BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 03 Agustus 2009

kurva sigmoid

KURVA SIGMOID

LAPORAN

Oleh:
BRAM ARDA BINTARIO BANGUN / 070301036
STHEFANI MELKASARI / 070301065
BUDIDAYA PERTANIAN – AGRONOMI
IV / 13

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

KURVA SIGMOID

LAPORAN

Oleh:
BRAM ARDA BINTARIO BANGUN / 070301036
STHEFANI MELKASARI / 070301065
BUDIDAYA PERTANIAN – AGRONOMI
IV / 13

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan


Ditugaskan oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi Tumbuhan



( Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc. )
NIP. 130231557


Diketahui oleh: Diperiksa oleh:
Asisten Koordinator Laboratorium Asisten Koordinator Group IV


( Rimember A. Lubis ) ( Susi Octaviani S. D. )
NIM. 040301014 NIM. 040301049

LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Judul laporan ini adalah “KURVA SIGMOID” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc.; Prof. Dr. Ir. J.M. Sitanggang, MP.; Ir. Meiriani, MP.; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.; Ir. Haryati, MP. dan Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Medan, November 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
Tujuan Percobaan …………………………………………………….. 2
Kegunaan Percobaan …………………………………………………. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ……………………………………………………… 4
Syarat Tumbuh ……………………………………………………….. 6
Iklim ……………………………………………………………. 6
Tanah ………………………………………………………….... 7
Pertumbuhan dan Perkembangan ………………………………….… 8

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu ………………….………….…………………….. 10
Bahan dan Alat ………………………………….……………………. 10
Prosedur Percobaan …………………………….…………………….. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ……………………………………………………………….…. 12
Gambar ……………………………………………………………….. 13
Pembahasan …………………………………………………….…….. 14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………………………...… 17
Saran …………………………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kata ‘jagung’ mempunyai suatu arti khusus di Amerika Serikat dan diterapkan hanya untuk jagung atau maizena/sejenis tanaman jagung di negara-negara yang lain itu berlaku bagi semua bulir. Di Eropa, kata-kata itu digunakan untuk ditunjukkan pada gandum, wheat, rye dan bazley, karena seperti jagung. Acuan jagung dalam kitab yang mungkin berarti hanya bulir yang kecil karena jagung atau maizena tanaman jagung tidak dikenal di daerah ketimuran di belahan bumi sebelumditemukan oleh Amerika (Thompson, 1949).

Para ahli botani dan pertanian memeperkirakan tanaman jagung berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis. Nikolai Ivanovich Vavilow memastikan daerah asal sentrum tanaman jagung adalah Meksiko bagian Selatan dan Amerika bagian Tengah. Penyebaran tanaman jagung ke berbagai negara di dunia diperkirakan dibawa oleh Christopher Colombus sekitar tahun 1942, kemudian menyebar ke seluruh dunia (Rukmana, 1997).

Jagung digambarkan oleh Lyle (1916) suatu ‘tanaman yang mengagumkan’, barangkali hanya dikenal di Amerika dalam periode sebelum Colombus. Sekarang ini mempunyai peringkat dalam produksi dunia di antara tiga tanaman padi-padian utama. Ia ditanam lebih banyak di negara daripada setiap padi-padian lain, dan telah menghasilkan hasil bijian yang paling besar di antara setiap tanaman padi-padian lain. Kebanyakan daerah yang ditanami jagung (58 persen) adalah di negara-negara yang sedang berkembang, dan daripadanya kira-kira 50 juta hektar terdapat di daerah tropik, terutama pada ketinggian yang rendah (kira-kira 46 juta ha). Walaupun demikian, kira-kira dua pertiga jagung dunia dihasilkan di negara-negara yang berkembang, yang iklimnya hampir seluruhnya iklim sedang (Goldsworthy and Fisher, 1992).

Kata “jagung” diberlakukan bagi sejenis gandum, barley, wheat, atau rye di Eropa. Di Amerika, itu mengacu pada jagung atau sejenis tanaman jagung. Jagung tumbuh di Amerika Utara sebelum 2000 SM. Jenis jagung yang dikenal sebagai jagung manis (Zea mays var rugosa) dipercaya untuk menjadi mutasi bidang atau lekukan jagung. Itu ditumbuhkan oleh orang Indian dan dikumpulkan pertama yang untuk diuraika oleh penetap di tahun 1780, dengan 1900 hadir, di atas 63 lahan sudah diuraikan. Hal ini, di atas 2000 lahan dan bastar ada tersedia (Splittstoesser, 1984).

Pertumbuah dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuahan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersediannya meristem, hasil asimilasi, hormon, dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukungnya (Gardner, dkk, 1991).

Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays).


Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Rukmana (1997), kedudukan tanaman jagung (termasuk baby corn) dalam sistematika tumbuhan, adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays Linn.

Sistem perakaran tanaman jagung meliputi tiga macam akar, yakni akar seminal, akar koronal, dan akar udara. Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah yang dicirikan dengan arah pertumbuhan akar ke bawah atau menembus tanah. Akar koronal muncul dri jaringan batang setelah plumula tumbuh. Akar udara tumbuh pada buku-buku di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk asimilasi dan mendukung batang terhadap kerebahan (Rukmana, 1997).

Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1,5 m dan 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku, dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Sering melingkupi hingga buku berikutnya, pada lidah daun (ligula). Setiap pelepah daun kemudian membengkak menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung. Ligula ini melekat kuat melingkupi batang pada ujung pelepah. Lembar daun berselang-selingdan bentuknya lir-rumput. Daun panjang ini memili lebar agak seragam, dan tulang daunnya terlihat jelas, dengan banyak tulang daun kecil sejajar dengan panjang daun. Tidak jarang, sebelum bibit mencapai tinggi 20 cm, seluruh tunas daun dan perbungaan akhir sudah terbentuk (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm, serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang. Daun mempunyai dua jenis bunga yang berumah satu (Najiyati dan Danarti, 1999).

Pembungaan jantan berbentuk malai longgar (tassel), yang terdiri dari bulir poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah biasanya memiliki empat buah baris pasangan bunga (spikelet) atau lebih cabang lateral biasanya terdiri dari dua baris. Setiap batang bunga bertingkat. Bunga tassel mengandung benang sari, dan putik yang rudimeter (tidak berkembang) yang tumbuh lebih awal, walaupun pada kondisi tertentu putik dapat juga terbentuk (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Buah jagung berupa tongkol yang ditutupi oleh kelobot. Tongkol jagung stadium muda disebut jagung semi atau baby corn (Rukmana, 1997).

Biji-biji menempel kuat pada suatu poros yang kuat ‘jangge’, dan tidak seluruhnya tertutup oleh daun pelindung bunga atau sekam-sekam sebagaimana pada kebanyakan padi-padi lainnya (biji-bijinya dilindungi) secara individual, pada jagung, biji-biji tertutup seluruhnya bersama-sama. Ini menghasilkan suatu perlindungan alami tongkol yang sedang masak terhadap banyak hama di lapangan dan suatu ketergantungan pada manusia untuk penyebaran dan kelangsungan hidupnya (Goldsworthy and Fisher, 1992).

Syarat Tumbuh

Iklim
Jagung manis beradaptasi cukup baik terhadap iklim bebas bunga es, dan ditanam hingga lintang sejauh 50o dari khatulistiwa. Namun jagung manis tidak beradaptasi dengan baik pada kondisi tropika basah (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).

Menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Di tempat-tempat yang teduh, pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mau membentuk buah (Najiyati dan Danarti, 1999).

Umumnya tanaman jagung memiliki daya adaptasi yang baik di daerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Daerah perkembangan baby corn yang paling baik adalah dataran rendah berketinggian 750 m dpl, tergantung daya adaptasi suatu varietas jagung (Rukmana, 1997).

Hampir selalu ditanam langsung, benih ditanam dengan beda aman 3-5 cm. jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 21-25 cm dalam barisan dan 75-90 cm antarbarisan (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).

Tinggi produksi jagung semi (baby corn) dipengaruhi oelh sifat genetika (varietas) dan interaksinya dengan lingkungan tumbuh (enviromental). Tanaman yang membutuhkan suhu hangat antara 21oC-32oC dengan suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 23oC-27oC, dan kelembaban udara (rH) 50%-80%. Faktor iklim yang mendukung pertumbuhan dan produksi baby corn, antara lain curah hujan dan sinar matahari. Curah hujan yang ideal adalah 100 mm-125 mm perbulan dan distribusinya merata. Sinar matahari amat berperan dalam proses fotosintesis tanaman jagung. Bila tanaman ternaungi, pertumbuhannya terhambat dan hasilnya rendah (Rukmana, 1997).

Tanah
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis tanah. Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk untuk mengembangkan budidaya jagung. Jenis tanah yang paling ideal untuk menghasilkan tanaman jagung semi (baby corn) adalah tanah andosol, latosol, dan podsolik merah kuning (PMK) (Rukmana, 1997).

Jagung manis peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,0-6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).

Tanaman jagung manis memerlukan kelenggasan tinggi, berkisar antara 500 hingga 700 mm permusim. Cekaman lenggasan paling kritis terjadi selama pembentukan rambut dan pengisian biji (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).
Membutuhkan air yang cukup, terutama pada saat awal pertumbuhannya, yaitu pada stadia pembungaan dan stadia pengisian biji (Najiyati dan Danarti, 1999).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Agar supaya tanaman dapat menjadi dominan pada lingkungan yang cocok, diperlukan kemampuan memanfaatkan lingkungan sepenuhnya. Di dalam lingkungan yang baik dan bebas dari gangguan yang merusaknya. Di dalam keadaan seperti itu, vegetasi seperti semak muncul, yang ditandai oleh pertumbuhan yang cepat dan bukannya pertumbuhan yang besar (Fitter and Hay, 1991).

Umumnya, tahap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua fase, yakni fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah (Novizan, 2002).

Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation) (Ashari, 1995).

Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah, dan biji atau pada perbesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makana, akar-akar dan batang yang berdaging (Harjadi, 1982).
Dapat dilihat adanya perubahan dalam berat kering selama kurang lebih 10 hari pertama. Kemudian penurunan berat terjadi sampai kurang lebih 20 hari berlalu (Heddy, 2001).

Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme (termasuk tumbuh-tumbuhan), yaitu berbentuk kurva sigmoid (Latifah, 2008).

Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1996).


BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

Tempat dan Waktu

Percobaan dilakukan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2008 sampai 28 Oktober 2008.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung (Zea mays) sebagai objek perbobaan, dan top soil, pasir, kompos sebagai media tanam, label nama untuk memberi tanda pada polibag, dan polibag sebagai wadah percobaan.

Adapun alat yang digunakan adalah cangkul untuk membersihkan gulma dan mengolah lahan, meteran untuk mengukur lahan dan mengukur tinggi tanaman, batu bata sebagai alas polibag, tali plastik untuk membatasi lahan, pacak untuk pembatas lahan, ayakan untuk mengayak pasir dan top soil, buku data untuk menulis data, alat tulis untuk menulis data, gembor untuk menyiram tanaman jagung dan spanduk sebagai pembatas lahan.

Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada Kurva Sigmoid adalah:
- Diisi media ke dalam polibag yaitu campuran top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1.
- Direndam benih jagung yang hendak di tanam dalam air selama 15 menit.
- Dibersihkan lahan dari gulma dan disusun batu bata sebanyak 4 buah dengan 2 batu bata sebagai lanjaran setiap polibag.
- Dibuat 3 buah lubang pada tiap polibag.
- Ditanam benih yang sudah direndam pada polibag sebanyak 2 benih tiap lubang.
- Diamati jumlah daun (helai) dan tinggi tanaman (cm) tiap minggu
- Dicatat data dan digambar grafiknya.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter: Jumlah Daun (Helai)
MINGGU SETELAH TANAM SAMPEL TOTAL RATAAN
1 2
2 September 2008 3 3 6 3
9 September 2008 5 5 10 5
16 September 2008 5 5 10 5
23 September 2008 4 5 9 4,5
30 September 2008 5 7 12 6
7 Oktober 2008 6 6 12 6
14 Oktober 2008 6 6 12 6
21 Oktober 2008 5 6 11 5,5
28 Oktober 2008 6 6 12 6

Parameter: Tinggi Tanaman (cm)
MINGGU SETELAH TANAM SAMPEL TOTAL RATAAN
1 2
2 September 2008 21,5 22 43,5 21,75
9 September 2008 43 48 91 45,5
16 September 2008 74 75 149 74,5
23 September 2008 77,5 83 160,5 80,25
30 September 2008 85 91 176 88
7 Oktober 2008 87 93 180 90
14 Oktober 2008 88 94,3 182,3 91,15
21 Oktober 2008 89,1 95,7 184,8 92,4
28 Oktober 2008 92 97 189 94,5

Gambar
Keterangan:
A: fase logaritmik
B: fase linear
C: fase penuaan
Keterangan:
A: fase logaritmik

Pembahasan

Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tanaman jagung mengalami perkembangan dan pertumbuhan karena terjadi pertumbuhan akar, batang, buah, bunga, dan biji. Ini dapat kita lihat dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung mulai dari minggu pertama sampai minggu kesembilan. Jumlah daun, dari minggu pertama hanya 3 daun, rataan akhir pada minggu kesembilan menjadi 6. Hal ini sesuai dengan literatur Novizan (2002), fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah.

Dari hasil percobaan jumlah daun diperoleh pada minggu pertama sampai kedua, minggu keempat sampai kelima, dan minggu kedelapan sampai kesembilan adalah fase logaritmik; minggu kedua sampai ketiga dan minggu kelima sampai ketujuh adalah fase linier. Sedangkan pada minggu ketiga sampai keempat dan minggu kedelapan sampai kedelapan terjadi fase penuaan. Terjadi penurunan jumlah daun dan kenaikan jumlah daun merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (1995), pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi (penggandaan) sel.

Dari percobaan dengan menggunakan tanaman jagung (Zea mays), didapatkan parameter tinggi tanaman pada pengamatan kurva sigmoid mulai minggu pertama sampai minggu kesembilan pertumbuhan tunggi tanamannya logaritmik. Belum terjadi fase linier dan fase penuaan pada tahap ini. Tanaman belum menghasilkan buah. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996), Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan.

Dari data percobaan dapat dilihat bahwa jagung mengalami pertambahan tinggi dari minggu pertama rataanya 21,75 hingga minggu kesembilan rataannya menjadi 94,5. Semakin lama, tanaman semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (1995), pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation).
Dari data diperoleh bahwa tinggi tanaman mengalami penambahan tinggi tanaman yang tidak selalu sama. Pada minggu pertama rataannya 21,75, pada minggu kedua rataanya 45,5, pertambahan ini terus terjadi tatapi pada minggu kedelapan rataanya 92,4 dan minggu kesembilan adalah 94,5. hal ini terjadi karena banyak faktor, misalnya faktor volume, biomassa, dan diameter umur tanaman mengikuti bentuk ideal pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur Latifah (2008), pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme yaitu berbentuk kurva sigmoid.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada percobaan tanaman jagung dengan paremeter tinggi tanaman pada minggu pertama sampai minggu kesembilan mengalami fase logaritmik.
2. Dari percobaan dengan paremeter jumlah daun, minggu kelima sampai minggu ketujuh adalah fase linear.
3. Pada minggu kedelapan, pada paremeter jumlah daun, tanaman jagung mengalami proses penuaan.
4. Tinggi tanaman jagung tertinggi terjadi pada minggu kesembilan dengan total tinggi 189 dan rataanya 94,6 dan terendah pada minggu pertama dengan jumlah 43,5 dan rataan 21,75.
5. Jumlah daun terbanyak terjadi pada minggu kelima, enam, tujuh, dan sembilan, dengan total daun 12 dan rataanya 6 dan terendah pada minggu pertama yaitu 6 dengan rataan 3.

Saran

Sebaiknya praktikan melakukan perawatan tanaman secara intensif agar diperoleh hasil yang optimal dan dapat sesuai dengan fase-fase pertumbuhan.


DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Decoteau, D. R., 2000. Vegetable Crops. Prentice Hall, New York.

Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI-Press, Jakarta.

Golsworthy, P. R. dan N. M. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Tohari. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Harjadi, S. S., 1982. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

Heddy, S., 2001. Ekofisiologi Tanaman. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Latifah, S., 2008. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU-Digital Library, Medan.

Najiyati, S. dan Danarti, 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rubatszky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia: Pinsip, Produksi, dan Gizi. Penerbit ITB, Bandung.

Rukmana, H. R., 1997. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Jakarta.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross, 1996. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.

Splittstoesser, W. E., 1984. Vegetable Growing Handbook. Avi Book, New York.

Thompson, H. C., 1949. Vegetable Crops. Mc Graw-Hill Book Company, Inc., London.

0 komentar: