BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 11 September 2009

hidroponik

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah “Hidroponik” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Prof. Dr. Ir. J. M. Sitanggang, MSc., Ir. Meiriani, MP., Ir. Lisa Mawarni, MP., Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., dan Ir. Haryati, MP. selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………………… 1
Tujuan Percobaan ………………………………………………………... 3
Kegunaan Percobaan …………………………………………………….. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ………………………………………………………….. 4
Syarat Tumbuh …………………………………………………………… 5
Iklim ……………………………………………………………… 5
Tanah …………………………………………………………….. 6
Hidroponik. ………………………………………………………………. 7
Bayfolan ………………………………………………………………….. 10

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan …………………………………………… 12
Bahan dan Alat …………………………………………………………... 12
Prosedur Percobaan ……………………………………………………… 12
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ……………………………………………………………………… 14
Pembahasan ……………………………………………………………… 14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………………………………. 17
Saran ……………………………………………………………………… 17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bambu jepang (Dracaena godseffiana) merupakan tanaman daerah tropis. Di Indonesia, beberapa jenis Dracaena masih dianggap tanaman liar/tanaman yang kondisinya kurang terpelihara sehingga tidak terlihat keindahannya. Di Inggris maupun Amerika, Dracaena mulai menjadi tanaman hias yang digemari. Dracaena banyak digunakan untuk menghiasi rumah model kontemporer maupun model hi-tech (http://www.indonesiaindonesia.com, 2008).
Hidroponik atau istilah asingnya “hydroponics” adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Istilah ini di kalangan umum lebih popular dengan sebutan “berkebun tanpa tanah”, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, gabus putih, dan lain-lain (Lingga, 1999).
Hidroponik adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metoda. Prinsip-prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam macam-macam cara, yang dapat disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang pada tiap orang yang ingin mengerjakannya. Metode-metode bercocok tanam hidroponik yang telah dikembangkan selama 45 tahun ini, dapat dibagi menjadi kategori-kategori yang ditentukan oleh media tempat, dimana tumbuhan ditanam (Nicholls, 1996).
Jenis tanaman yang telah banyak dihidroponikkan dari golongan tanaman hias antara lain philodendron, dracaena, aglonema, dan spatyphillum. Dari jenis sayuran yang dapat dihidroponikkan antara lain paprika, tomat, mentimun, selada, sawi, kangkung dan bayam. Dan jenis tanaman buah antara lain melon, jambu air, kedondong dan belimbing (Prihmantoro dan Indriani, 2000).
Pemahaman prinsip kerja hidroponik secara jelas merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam menerapkan sistem budidaya hidroponik. Berikut ini 5 prinsip kerja hidroponik yang perlu dipahami:
1. Menyiapkan tempat budidaya yang bersih, tidak ternaungi dan atap bangunan tertutup plastik transparan
2. Memasang jaringan irigasi dengan metode tetes menggunakan gaya gravitasi
3. Menyediakan media tanam yang porus, steril, ringan, mudah didapat dan murah
4. Memberikan larutan nutrisi yang mengandung 16 unsur hara esensial tersebut dalam dosis, konsentrasi, komposisi, pH dan volume yang tepat kepada tanaman yang dibudidayakan
5. Melakukan pemeliharaan dengan baik dan benar, terutama pemangkasan, pemasangan benang lanjaran, dan pengendalian hama dan penyakit (Hartus, 1991).

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan dari pertumbuhan hidroponik adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman bambu jepang (Dracaena godseffiana) secara hidroponik.

Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Prihmantoro (1997) bambu jepang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Dracaenales
Family : Dracaenaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena godseffiana Hort.
Seolah-olah bukan jenis Dracaena. Batangnya kecil seperti kawat tebal dengan daun berbentuk oval rata, tersusun melingkar seperti spiral pada batang. Warna daun hijau tua dengan bintik-bintik putih sangat manis (Wianta, 1983).
Bambu jepang mempunyai bentuk yang berbeda dengan dracaena yang lain, jenis ini berbentuk semak dengan bentuk daun oval. Tanaman ini mempunyai banyak cabang, tinggi tanaman bisa mencapai 2 kaki. Daun memiliki bintik-bintik dengan berbagai warna. Varietas Florida Beauty mempunyai bintik krem yang cukup banyak sehingga warna daunnya lebih terlihat krem daripada hijau (http.//www.indonesiaindonesia.com, 2008).
Ruas batang bambu jepang berwarna hijau tua dan keras. Tanaman ini sangat cocok dijadikan bonsai. Tinggi batangnya mencapai 5 meter, dengan panjang ruas sekitar 30 cm. Tanaman ini mudah diperbanyak dengan rimpang atau stek batangnya. Batangnya tegak dan berwarna hijau kelabu. Percobaan muncul dari buku-buku bagian tengah, sehingga jajaran batang bisa membentuk pagar jika ditanam secara berderet. Penampilannya sangat menarik, dengan bentuk daun yang variatif. (http.//www.suaramerdeka.com, 2008).
Daun berbentuk elips yang ujungnya lancip, tumbuh pada tangkai pendek yang muncul dari ruas batang kecil memanjang tetapi liat. Tinggi tanaman mencapai 2 m. Warna daun hijau tua dan ditaburi oleh titik-titik berwarna kuning atau krem (Prihmantoro, 1997).
Tanaman bambu jepang memiliki bunga yang berwarna putih, kuning ataupun merah. Memiliki kelopak bunga yang berjumlah 5, daun mahkota berbentuk seperti terompet berwarna putih (Rao,1991).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Pada lahan yang terbuka sinar matahari dapat langsung memasuki celah-celah rumpun bambu sehingga proses fofosintesis dapat berjalan lancar.Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8.8 - 36ºC. Suhu lingkungan yang dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat. Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 0 sampai 2000 m dpl (Berlian dan Rahayu, 1995).
Kebanyakan tanaman hias membutuhkan ruangan bersuhu 22ºC di waktu malam dan 24ºC di waktu siang. Tanaman hias dalam ruangan sangat mudah menyesuaikan diri pada suhu ruangan yang ada, asalkan suhu itu tidak terlalu cepat berubah-ubah. Rata-rata suhu ruangan yang dibutuhkan adalah 18.3 - 21ºC sepanjang hari (Redaksi Trubus, 1998).
Semakin basah tipe iklimnya, makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik. Hal ini berkaitan dengan banyaknya curah hujan. Tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimum 1020 mm per tahun. Kelembaban udara yang dikehendaki minimum 80% (Berlian dan Rahayu, 1995).

Tanah

Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3.5, dan umumnya menghendaki tanah yang pH nya 5.0 sampai 6.5. Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi. Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai becek, dan dari tanah subur sampai kurang subur (Berlian dan Rahayu, 1995).
Media hidroponik yang baik mempunyai keasaman yang netral atau pH 5.8 – 7.2. Selain itu, media harus porus dan dapat mempertahankan kelembaban. Media yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, untuk persemaian berupa pasir halus, arang sekam, gambut atau rockwool dan untuk tanaman dewasa berupa pasir agak kasar, arang sekam, dan rockwool (Prihmantoro dan Indriani, 2000).

Hidroponik

Hidroponics (hidroponik) berarti “pengerjaan air”. Berasal dari kata hydro (air) dan ponos (kerja). Istilah ini diusulkan oleh W.A. Setchell sehubungan dengan keberhasilan W.F. Gericke mengembangkan teknik baru cara bercocok tanam. Gericke mengalami kesulitan dalam mencari istilah yang cocok untuk hal percobaannya. Teknik baru yang dicobanya adalah bercocok tanam dengan air sebagai medium tanah. Kini di Indonesia, hidroponik dapat menggunakan pasir, potongan batu apung, pecahan genteng, potongan sabut kelapa, dan bahan lainnya. (Tim Penulis PS, 1992)
Dalam hidroponik, manusia atau petanilah yang harus menyediakan unsur hara dan diberikan bersama dengan air siraman. Unsur hara yang diberikan pada tanaman hidroponik lebih dikenal sebagai larutan nutrisi. Pada pemberian larutan nutrisi ketanaman harus diketahui jenis hara yang diperlukan oleh tananaman. Hal ini lah yang menjadi salah satu kunci sukses berhidroponik (Hartus, 1991).
Berbeda dengan tanaman semusim, media tanam untuk tanaman tahunan harus tahan lama, tidak cepat rusak atau membusuk, tidak mempengaruhi pH, tidak berubah warna, berukuran agak besar, serta mampu menyerap dan menghantarkan air. Batu apung merah dapat menyimpan, menyerap dan menghantarkan air dengan baik serta dapat menghantarkan udara. Batu apung putih mempunyai kelebihan yang sama dengan batu apung merah, keuntungan lainnya yaitu media ini tahan lama (Prihmantoro dan Indriani, 2000).
Berdasarkan kebutuhan cahaya, Dracaena termasuk ke dalam tanaman setengah teduh. Dracaena juga termasuk kelompok tanaman hias yang menyukai suhu agak tinggi, yaitu sekitar 21 - 24ºC pada siang hari dan suhu terendah 15 - 18ºC pada malam hari. Tanaman hias dalam ruangan menyenangi kelembaban. Kelembaban relatif yang dibutuhkan tanaman adalah 40 – 50% (Palungkun dkk., 1999).
Pupuk daun yang digunakan untuk tanaman hidroponik tersedia dalam banyak jenis. Ada yang berbentuk cair atau padat, baik benntuk powder (bubuk) maupun prill (butiran). Berdasarkan pemakaiannya terdapat dua macam pupuk daun, yaitu pupuk daun untuk fase pertumbuhan vegetatif dan untuk fase pertumbuhan generatif (Hartus, 1991).
Perawatan tanaman hidroponik sedikit berbeda dengan tanaman yang ditanam pada media tanah. Cara penyiraman dan pemupukan misalnya. Penyiraman dilakukan seminggu sekali. Pupuk yang diberikan dilarutkan dalam air yang juga berfungsi sebagai air siraman, lalu dituangkan ke dalam pot. Perawatan lainnya adalah pembersihan media dan wadah. Kegiatan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemangkasan akar. Batu-batu sebagai media dibersihkan dari kotoran, demikian juga wadahnya (Palungkun dkk.,1999).
Daya serap air setiap tanaman berbeda, maka hendaknya pemberian air atau penyiraman harus disesuaikan dengan kebutuhan. Frekuensi penyiraman juga harus diperhatikan, bukan sekedar terjadwal 1, 2, 3, 4 hari sekali. Kita juga perlu memperhatikan faktor cuaca, letak, besar kecilnya tanaman. Bila cuaca panas, tanaman yang besar dan letaknya di tempat terbuka dan banyak anginn harus disiram lebih sering. Siram secukupnya untuk kondisi sebaliknya (Prihmantoro, 1997).
Keuntungan yang dapat diterima dari penanaman hidroponik, misalnya ruangan tidak akan kotor oleh percikan tanah dari tanaman, perawatan lebih mudah karena penyiraman dan pemberian hara hanya dilakukan sekali setiap 5 – 7 hari. Bibit hama dan penyakit tumbuhan lebih ringan untuk diangkat keluar-masuk ruangan (Nazaruddin dan Angkasa, 1992).
Bercocok tanam dengan cara hidroponik sangat banyak keuntungannya, misalnya tanaman hias yang dapat ditanam lebih banyak, sekalipun di ruang sempit. Bebas kotoran, hama dan penyakit. Tanaman tumbuh lebih subur, pemakaian pupuk dan air lebih hemat, metode kerja lebih praktis, tidak butuh tenaga kasar dan peralatan (Tim Penulis PS, 1992).

Bayfolan

Pupuk daun adalah pupuk yang bisa diaplikasikan lewat daun. Umumnya pupuk ini mengandung unsur hara majemuk. Artinya, dalam pupuk itu terdapat lebih dari 1 unsur hara, baik unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Mo, Co, dll.) ataupun unsur makronya (N, P, K, Ca, dll.) (Hasim, 1995).
Zat-zat makanan yang diperlukan oleh tanaman hidroponik adalah nitrogen (N2), fosfor, kalsium, magnesium, mangan, sulfur, boron dan seng. Adanya kelebihan dosis yang paling parah dari zat makanan jarang sekali terjadi. Hal ini hampir selain bersifat total kalau tidak segera diperbaiki. Tetapi untuk bisa merusak kelebihan dosis harus benar-benar parah. Hal ini mungkin bisa terjadi bila menuangkan larutan zat tidak dicairkan (Lingga, 1999).
Unsur diberikan melalui daun dengan cara penyemprotan. Bayfolan merupakan pupuk daun lengkap, berbentuk cair, produksi Bayer, kandungan kadar N 11%, P2O5 10%, K2O 6% dan unsur-unsur hara lainnya yang melengkapi.
1. Nitrogen dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna lebih hijau
2. P dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda
3. K dapat meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit
(Sutejo, 1995)
Waktu yang tepat untuk menyemprot tanaman dengan pupuk tidak boleh dilakukan pada malam hari, panas terik atau menjelang hujan. Kalau disemprot pada malam hari, mulut daun sedang menutup sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman. Penyemprotan pada siang hari saat sinar matahari sedang terik menyebabkan air akan cepat menguap dan pupuknya hanya menempel di permukaan daun (Lingga dan Marsono, 2004).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Pada hari Rabu, 27 Agustus 2008 pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bambu jepang (Dracaena godseffiana) sebagai objek percobaan, batu apung sebagai media tanam, pipa paralon, gabus dan lidi sebagai indikator tinggi air, air sebagai pelarut, pupuk bayfolan sebagai sumber nutrisi tanaman.
Alat yang digunakan adalah ember sebagai wadah penanaman, pisau/cutter untuk memotong, sendok takar untuk mengetahui takaran dosis, buku data dan alat tulis untuk mencatat data hasil percobaan.

Prosedur Percobaan

- Disterilkan batu apung dengan cara merebusnya selama 30 menit
- Dibersihkan akar tanaman dari kotoran dan dari bagian akar yang sudah mati
- Dimasukkan batu apung ± ⅓ bagian pot dan dimasukkan pipa paralon tegak di pinggir pot
- Dimasukkan tanaman dan diisi batu hingga menutupi akar tanaman
- Dimusukkan gabus yang telah ditusuk dengan lidi untuk mengetahui ketinggian air pada pot
- Diberikan pupuk bayfolan bersamaan dengan air siraman
- Diamati tanaman setiap minggu


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No. Tanggal Pengamatan Jumlah Daun Observasi Visual

1 27-08-2008 125 Hijau segar, tidak ada daun yang layu
2 03-09-2008 89 Hijau segar, 34 daun gugur/layu
3 09-09-2008 64 Hijau segar, 35 daun gugur/layu
4 17-09-2008 66 Hijau segar, 11 daun gugur/layu
5 23-09-2008 69 Hijau segar, tidak ada daun yang layu
6 27-09-2008 57 Hijau segar, 12 daun gugur/layu
7 10-10-2008 62 Hijau segar, 7 daun gugur/layu
8 16-10-2008 64 Hijau segar, 4 daun gugur/layu
9 22-10-2008 62 Hijau segar, 6 daun gugur/layu

Pembahasan

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hampir setiap minggu terdapat daun yang gugur/layu. Ini disebabkan oleh pemberian air atau penyiraman yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bambu jepang (Dracaena godseffiana) tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Prihmantoro (1997) yang menyatakan bahwa daya serap air setiap tanaman berbeda, maka hendaknya pemberian air atau penyiraman harus disesuaikan dengan kebutuhan. Frekuensi penyiraman juga harus diperhatikan, bukan sekedar terjadwal 1, 2, 3 atau 4 hari sekali.
Pada saat percobaan diketahui bahwa pemberian pupuk pada tanaman hidroponik berbeda dengan tanaman yang ditanam di tanah biasa. Pupuk bayfolan yang digunakan terlebih dahulu dilarutkan dalam air baru kemudian dituangkan ke dalam ember yang berisi bambu jepang (Dracaena godseffiana). Hal ini sesuai dengan literatur Palungkun dkk. (1999) yang menyatakan bahwa perawatan tanaman hidroponik sedikit berbeda dengan tanaman yang ditanam pada media tanah. Cara penyiraman dan pemupukan, misalnya. Penyiraman dilakukan seminggu sekali. Pupuk yang diberikan dilarutkan dalam air yang juga berfungsi sebagai air siraman, lalu dituangkan ke dalam pot.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa bambu jepang (Dracaena godseffiana) tumbuh dengan baik bila ditanam secara hidroponik. Ini karena bambu jepang merupakan contoh tanaman hias yang cocok untuk ditanam secara hidroponik. Hal ini sesuai dengan literatur Prihmantoro (1997) yang menyatakan bahwa jenis tanaman yang telah banyak dihidroponikkan dari golongan tanaman hias antara lain philodendron, dracaena, aglonema dan spatyphillum.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada saat penanaman hidroponik, ruangan tidak kotor oleh percikan tanah dari tanaman. Perawatannya juga lebih mudah, tanaman yang ditanam lebih banyak, bebas hama dan penyakit, juga tidak membutuhkan tenaga yang kasar. Ini merupakan keuntungan yang diperoleh dari penanaman secara hidroponik. Hal ini sesuai dengan literatur Nazaruddin dan Angkasa (1992) yang menyatakan bahwa keuntungan yang dapat diterima dari penanaman hidroponik, misalnya ruangan tidak akan kotor oleh percikan tanah dari tanaman, perawatan lebih mudah karena penyiraman dan pemberian hara hanya dilakukan sekali setiap 5 – 7 hari, bibit hama dan penyakit tumbuhan lebih ringan untuk diangkat keluar-masuk ruangan.
Pada percobaan digunakan batu apung, dimana batu apung memiliki beberapa kelebihan, antara lain ruang pori yang lebih besar sehingga mampu menyimpan cadangan air, selain itu ruang pori yang besar juga sebagai tempat melekatnya akar. Ini merupakan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan batu apung. Hal ini sesuai dengan literatur Prihmantoro dan Indriani (2000) yang menyatakan bahwa batu apung dapat menyimpan, menyerap, dan menghantarkan air dengan baik serta dapat menghantarkan udara, juga lebih tahan lama.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada minggu pertama/awal penanaman hidroponik, jumlah daun adalah 125 helai dan semuanya hijau segar
2. Dari hasil pengamatan pada minggu ke-3 diketahui bahwa jumlah daun yang segar adalah 64 helai dengan 35 helai daun gugur/layu
3. Dari hasil pengamatan pada minggu ke-5 diketahui bahwa jumlah daun yang segar adalah 69 helai dan tidak ada daun yang layu
4. Dari hasil pengamatan pada minggu ke-7 diketahui bahwa jumlah daun yang segar adalah 62 helai daun dengan 7 daun gugur/layu
5. Dari hasil pengamatan pada minggu ke-9 atau minggu terakhir diketahui bahwa jumlah daun yang segar adalah 62 helai dengan 6 daun gugur/layu

Saran

Sebaiknya praktikan merebus batu dengan baik sebelum praktikum dimulai, agar tanaman tumbuh dengan baik tanpa ada gangguan hama dan penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Berlian, N. dan E. Rahayu., 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar
Swadaya, Jakarta

Hartus, T., 1991. Berkebun Hidroponik secara Murah. Angkasa, Bandung

Hasim, I., 1995. Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya. Penebar Swadaya,
Jakarta

http://www.indonesiaindonesia.com/2008/Dracaena godseffiana/Diakses tanggal
24Agustus 2008/1 page of 8

http://www.suaramerdeka.com/2008/bambu jepang/Diakses tanggal 24 Agustus 2008

Lingga, P., 1994. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta

Lingga, P. dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta

Nazaruddin dan S. Angkasa, 1992. Palem Hias. Penebar Swadaya, Jakarta

Nicholls, R., 1996. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta

Palungkun, R., Y.H. Indriani, Y.E. Widyastuti, 1999. Menghijaukan Ruangan.
Penebar Swadaya, Jakarta

Prihmantoro, H., 1997. Tanaman Hias Daun. Penebar Swadaya, Jakarta

Prihmantoro, H. dan Y.H. Indriani, 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis
dan Hobi. Penebar Swadaya, Jakarta

Rao, K.M., 1991. Text Book of Horticulture. University of Madras, Madras

Redaksi Trubus, 1998. Tanaman Hias Indoor Populer. Penebar Swadaya, Jakarta

Sutejo, M.M., 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta

Tim Penulis PS, 1992. Hidroponik Tanaman Hias. Penebar Swadaya, Jakarta

Wianto, I.K., 1983. Tanaman Hias Ruangan. Kanisius, Jakarta

0 komentar: