BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 11 September 2009

imbibisi biji

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah ”Hidroponik” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan Prof.Dr.Ir.J.A.Napitupulu,MSc; Prof.Dr.Ir.J.M.Sitanggang,MSc; Ir.Meirani,MP; Ir.Lisa Mawarni,MP; Ir.Haryati,MP; Ir.Ratna Rosanti Lahay,MP, yang telah memberikan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, serta kepada abang dan kakak asisten yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Akhir penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2008

Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Kegunaan 2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 3

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan 6
Bahan dan Alat 6
Prosedur Percobaan ........................................................................... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 8
Perhitungan 9
Pembahasan 13

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 15
Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengurangan kandungan lengas biji, serta suhu dan kelembaban relatif di tempat dimana biji disimpan, memperpanjang umur penyimpanan kebanyakan biji. Douglas (1980) menyajikan grafik-grafik umur penyimpanan biji dalam hubungannya dengan factor-faktor tersebut serta interaksinya
(Goldsworthy dan Fisher,1994).

Air dan oksigen sangat diperlukan dalam perkecambahan dan cahaya atau kekurangannya juga sangat berperan. Beberapa biji menyerap air 10 kali atau lebih dari berat total air sebelum akar timbul. Beberapa biji, sebagaimana biji jarak telah menemukan bahwa fungsi penyerapan air dapat meningkat proses perkecambahan (Stern, 2001).

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini di kenal sebagai kecambah (http://wikipedia.org/wiki, 2008).

Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tanaman. Pada tumbuhan tingkat rendah penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh (http:// tedbio.multiplay.com,2008).

Masih sangat kepustakaan mengenai hubungan antara ukuran atau bobot benih dengan masa hidup benih yang dilakukan melalui percobaan penyimpanan. Akan tetapi penelitian yang memperlihatkan keunggulan benih berat dan masak terhadap benih ringan dan belum masak melalui uji daya kecambah vigor dan panennya, telah banyak dilakukan (Justice dan Bass,1990).

Benih bukan merupakan objek pasca panen kerana benih merupakan komoditi pratanam, yang proses produksinya harus kita persiapkan sejak benih sumber yang ditanam yang harus jelas genetiknya, sampar, menghasilkan benih bermutu sesuai kaidah analisis benih di tangan konsumen benih (Sadjad,1993).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan daya hisap biji terhadap air dan membandingkan daya hisap air beberapa biji tanaman Padi (Oryza sativa) dan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris).

Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air kedalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengenbang. Misal masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam (http:// tedbio.multiplay.com ,2008).

Fisiologi benih menyatakan ada empat tahap :
1. Hidrasi atau imbibisi ; selama kedua periode tersebut, air masuk ke dalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain.
2. Pembentukan atau pengaktifan enzim, yang menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik
3. Pemanjangan sel radikal, diikuti munculnya radikal dari kulit biji (perkecambahan sebenarnya).
4. Pertumbuhan kecambah selanjutnya.
(Salisbury dan Ross,1992).

Perkacambahan diawali dengan penyerapan air dan lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dan lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air, efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel (biologi) sel; sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik ( http:// id wikipedia.org/wiki,2008).

Terdapat barbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada kulit lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap terhadap air) atau dari bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa) (Mugnisjah,dkk,1994).

Fisiologi benih proses perkacambahan, melibat kan beberapa tahapan, yakni imbibisi, reaktivasi enzim, penguraian bahan simpanan, dan pertumbuhan radikel. Fisiologi benih merupakan cabang fisiologi tumbuhan yang ruang lingkup pembahasan nya terbatas pada proses-proses yang berlangsung pada tahapan-tahapan perkecambahan benih seperti disebutkan diatas (Lakitan,2000).

Kalau suatu biji tidak berkecambah bila diberi air cukup dan suhu yang sesuai, ia mungkin mati atau dorman. Kalau selanjutnya dapat ditunjukan bahwa biji akan berkecambah setelah perlakuan yang sesuai maka biji dikatakan dorman dan perlakuan telah memetahkan dormansi (Anggota IKAPI,1992).

Pada kacang-kacangan dan semanggi,biji yang keras dapat tumbuh jika mampu menyerap air, setelah biji kehilangan karakter yang tahan air dan biji dapat berkecambah. Dalam keadaan lain biji tertutup terhadap gas, ,maka oksigen tidak mampu masuk dan karbondioksida tidak mampu lepas. Pada akhirnya bijinya menjadi permeabel dan embrio dapat berespirasi dengan bebas (Thomson,1990).

Didalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkecambahan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Sutopo,1995).

Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air,O2, cahaya dan suhu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4) tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7) spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur (http:// elisa.ugm.ac.id,2008).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di areal pertanian Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut pada hari rabu tanggal 20 September 2008, pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang merah (Phaseolus vulgaris)dan biji padi (Oryza sativa) masing-masing 100 g sebagai objek percobaan, air sebagai indikator biji, kertas label untuk menulis label nama.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol kocok untuk tempat objek percobaan, timbangan untuk menimbang berat biji yang diinginkan, kalkulator untuk menghitung data, alat tulis untuk menulis data dan sebagainya, tissue untuk mengeringkan biji, kertas milimeter untuk menggambar grafik.

Prosedur Percobaan

- Disiapkan 20 botol kocok.
- Ditimbang biji kacang merah dan padi masing-masing 10 gram
- Di masukkan kedalam gelas beaker / botol kocok dan masing-masing direndam selama 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 24, 48 jam.
- Ditimbang berat biji yang telah dihitung sesuai perlakuan.
- Di hitung persentase kadar air dengan rumus :
Berat akhir – Berat awal X 100 %
Berat akhir
- Digambar grafik hubungan antara lama perendaman dengan pertambangan berat biji dalam grafik untuk kedua biji.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Padi (Oryza sativa)
Perlakuan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA
1 10 10,5 4,76
2 10 11,4 12,28
3 10 11,5 13,04
4 10 11,3 11,50
5 10 11,6 13,79
6 10 11,5 13,04
8 10 10,4 3,85
12 10 12,6 20,63
24 10 12,7 21,26
48 10 35,2 71,59

Parameter Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
Perlakuan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA
1 10 10,9 8,25
2 10 11,6 13,79
3 10 16,5 25,93
4 10 13,4 30,56
5 10 15,9 37,11
6 10 13,9 28,06
8 10 16,3 30,65
12 10 19,3 40,19
24 10 19,8 49,50
48 10 44,0 77,27

Perhitungan

Parameter padi

Perlakuan 1 jam
%KA = 10,5 gr – 10 gr X 100 %
10,5 gr
= 4,76 %

Perlakuan 2 jam
%KA = 11,4 gr – 10 gr X 100 %
11,4 gr
= 12,28%
Perlakuan 3 jam
%KA = 11,5 gr – 10 gr X 100 %
11,5 gr
= 13,04 %
Perlakuan 4 jam
%KA = 11,3 gr – 10 gr X 100 %
11,3 gr
= 11,50 %
Perlakuan 5 jam
%KA = 11,6 gr – 10 gr X 100 %
11,6 gr
= 13,79 %
Perlakuan 6 jam
%KA = 11,6 gr – 10 gr X 100 %
11,6 gr
= 13,79%

Perlakuan 8 jam
%KA = 10,4gr – 10 gr X 100 %
10,4 gr
= 13,85%
Perlakuan 12 jam
%KA = 12,6 gr – 10 gr X 100 %
12,6 gr
= 20,63%
Perlakuan 24 jam
%KA = 12,7 gr – 10 gr X 100 %
12,7 gr
= 21,26 %
Perlakuan 48 jam
%KA = 35,2 gr – 10 gr X 100 %
35,2 gr
= 71,59 %

Parameter kacang merah
Perlakuan 1 jam
%KA = 10,9 gr – 10 gr X 100 %
10,9 gr
= 8,25 %
Perlakuan 2 jam
%KA = 11,6 gr – 10 gr X 100 %
11,6 gr
= 13,79%
Perlakuan 3 jam
%KA = 16,5 gr – 10 gr X 100 %
16,5 gr
= 25,93 %

Perlakuan 4 jam
%KA = 13,4 gr – 10 gr X 100 %
13,4 gr
= 30,56 %
Perlakuan 5 jam
%KA = 15,9gr – 10 gr X 100 %
15,9 gr
= 37,11 %
Perlakuan 6 jam
%KA = 13,9gr – 10 gr X 100 %
13,9 gr
= 28,06%
Perlakuan 8 jam
%KA = 16,3 gr – 10 gr X 100 %
16,3 gr
= 30,65%
Perlakuan 12 jam
%KA = 19,3 gr – 10 gr X 100 %
19,3 gr
= 40,19%

Perlakuan 24 jam
%KA = 19,8 gr – 10 gr X 100 %
19,8 gr
= 49,50 %
Perlakuan 48 jam
%KA = 44 gr – 10 gr X 100 %
44 gr
= 77,27 %

Pembahasan

Faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan data ialah disebabkan oleh kurangnya perhatian khusus praktikan terhadap percobaan yang mengakibatkan kurangnya air yang mengakibatkan potensi air, biji yang rendah akan memperlambat proses imbibisi biji, dimana hal ini terjadi pada biji yang kering dan keriput. Selain juga dipengaruhi komponen absorbsi dan substrasi biji. Hal ini sesuai dengan literatur Http//tedbio.Multiplay.com (2008) yang menyatakan bahwa imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan berkembang.

Pada percobaan diperoleh %KA kacang merah lebih besar daripada padi dikeranakan padi memiliki luas permukaan penyerapan air yang lebih sempit dibandingkan dengan kacang merah, selain itu struktur biji padi lebih keras dan lebih tebal kulitnya, sehingga menjadi penghambat masuknya air kedalam biji. Hal ini sesuai dengan literatur Mugnisjah,dkk (1994) yang menyatakan bahwa penyebab dormansi benih pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih atau bagian dalam benihnya.

Selain benih itu sendiri, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi imbibisi biji pada tiap benih. Hal ini sesuai dengan literatur http:// elisa.ugm.ac.id (2008) yang menyebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4) tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7) spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur.
Pada percobaan dapat dilihat kurva terhadap kemampuan imbibisi biji padi tidak membentuk linear seperti pada data dilihat biji dengan perendaman 3 jam lebih besar berat akhirnya dibandingkan dengan perendaman 4 jam dan biji dengan perendaman 6 jam lebih besar berat akhirnya di bandingkan dengan perendaman 8 jam sehingga grafiknya naik turun. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan prosedur percobaan pada saat praktikum yang dapat mempengaruhi pembuatan data, misalnya kurang tirisnya biji yang ditimbang terhadap air, sehingga air yang tidak seharusnya ditimbang, ikut tertimbang. Kejadian ini menyimpang dari pengertian imbibisi dasarnya yang merupakan peresapan air yang dilakukan oleh biji, sesuai dengan literatur http:// tedbio.multiplay.com (2008) yang menyatakan bahwa imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel sehingga dinding sel nya mengembang.

Pada percobaan dapat dilihat kurva terhadap kemampuan imbibisi biji padi tidak membentuk linear seperti pada data dilihat biji kacang merah dengan perendaman 3 jam lebih besar dibandingkan dengan perendaman 4 jam, sehingga grafiknya naik turun. Seharusnya semakin lama waktu perendaman maka semakin berat biji tersebut. Hal ini disebabkan adanya kesalahan dalam prosedur seperti lama waktu perendaman yang terlalu cepat atau lambat, berbedanya tempat penyimpanan biji yang direndam air dari perlakuan 1 dengan perlakuan lainnya, sehingga lingkungan yang mempengaruhi kemampuan biji berimbibisi berbeda pula untuk setiap perlakuan contohnya suhu yang tinggi akan lebih berhasil mematahkan dormansi dibandingkan suhu rendah. Hal ini sesuai dengan literatur http:// elisa.ugm.ac.id (2008) yang menyatakan bahwa proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air,O2,cahaya dan suhu.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada percobaan didapat %KA terbesar pada biji padi adalah biji padi dengan lama perendaman 48 jam yaitu 71,59 %.
2. Pada percobaan didapat %KA terkecil pada biji padi adalah biji padi dengan lama perendaman 1 jam yaitu 4,76 %.
3. Pada percobaan didapat %KA terbesar pada biji kacang merah adalah biji kacang merah dengan lama perendaman 48 jam yaitu 77,27 %
4. Pada percobaan didapat %KA terkecil pada biji kacang merah adalah biji kacang merah dengan lama perendaman 1 jam yaitu 8,25 %
5. Pada percobaan dapat disimpulkan bahwa kacang merah memiliki kemampuan imbibisi lebih besar dari biji padi.

Saran

Sebaiknya pada waktu percobaan praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur percobaan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI,1992.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah mada University press. Yogyakarta.

Goldsworthy P.R dan Fisher N.N,1994.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan.3/11/08
http://elisa.ugm.ac.id/dormansi.2008. oleh Elisa 9/11/08.
http://tedbio.multiplay.com/jurnal.2008 oleh Tedi.3/11/08.
Justice.L dan Bass L.N,1990. Prinsip-prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta.

Lakitan B,2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta
Mugnisjah W.Q, Setiawan A; Suwarto dan Santiwa C,1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja grafindo Persada. Jakarta.

Sadjad.S.,1993.Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta.
Salisbury F.B dan C.W.Ross,1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3 Penerbit ITB. Bandung
Stern K.R,2001.Introductory Plant Biology. MC Graw Hill. New York
Sutopo L.1995.Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.
Thomson J.R,1990. An Introduction to seed Technology. Leonard hill. New york.


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini di kenal sebagai kecambah
(http://wikipedia.org/wiki, 2008).

Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tanaman. Pada tumbuhan tingkat rendah penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh (http:// tedbio.multiplay.com,2008).

Pengurangan kandungan lengas biji, serta suhu dan kelembaban relatif di tempat dimana biji disimpan, memperpanjang umur penyimpanan kebanyakan biji. Douglas (1980) menyajikan grafik-grafik umur penyimpanan biji dalam hubungannya dengan factor-faktor tersebut serta interaksinya (goldsworthy dan fisher,1994)

Benih bukan merupakan objek pasca panen kerana benih merupakan komoditi pratanam, yang proses produksinya harus kita persiapkan sejak benih sumber yang ditanam yang harus jelas genetiknya, sampar, menghasilkan benih bermutu sesuai kaidah analisis benih di tangan konsumen benih (sadjad,1993).

Masih sangat kepustakaan mengenai hubungan antara ukuran atau bobot benih dengan masa hidup benih yang dilakukan melalui percobaan penyimpanan. Akan tetapi penelitian yang memperlihatkan keunggulan benih berat dan masak terhadap benih ringan dan belum masak melalui uji daya kecambah vigor dan panennya, telah banyak dilakukan (Justice dan Bass,1990).

Air dan oksigen sangat diperlukan dalam perkecambahan dan cahaya atau kekurangannya juga sangat berperan. Beberapa biji menyerap air 10 kali atau lebih dari berat total air sebelum akar timbul. Beberapa biji, sebagaimana biji jarak telah menemukan bahwa fungsi penyerapan air dapat meningkat proses perkecambahan (Stern, 2001).



Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan daya hisap biji terhadap air dan membandingkan daya hisap air beberapa biji tanaman.

Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.























TINJAUAN PUSTAKA


Fisiologi benih menyatakan ada empat tahap :
1. Hidrasi atau imbibisi ; selama kedua periode tersebut, air masuk ke dalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain.
2. Pembentukan atau pengaktifan enzim, yang menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik
3. Pemanjangan sel radikal, diikuti munculnya radikal dari kulit biji (perkecambahan sebenarnya).
4. Pertumbuhan kecambah selanjutnya.
(Salisbury dan Ross,1992).

Perkacambahan diawali dengan penyerapan air dan lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti “minum”). Biji menyerap air dan lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air, efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel (biologi) sel; sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik ( http:// id wikipedia.org/wiki,2008).

Imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air kedalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengenbang. Misal masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam (http:// tedbio.multiplay.com ,2008).

Kalau suatu biji tidak berkecambah bila diberi air cukup dan suhu yang sesuai, ia mungkin mati atau dorman. Kalau selanjutnya dapat ditunjukan bahwa biji akan berkecambah setelah perlakuan yang sesuai maka biji dikatakan dorman dan perlakuan telah memetahkan dormansi (Anggota IKAPI,1992).

Fisiologi benih proses perkacambahan, melibat kan beberapa tahapan, yakni imbibisi, reaktivasi enzim, penguraian bahan simpanan, dan pertumbuhan radikel. Fisiologi benih merupakan cabang fisiologi tumbuhan yang ruang lingkup pembahasan nya terbatas pada proses-proses yang berlangsung pada tahapan-tahapan perkecambahan benih seperti disebutkan diatas (Lakitan,2000).

Terdapat barbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada kulit lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap terhadap air) atau dari bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa) (Mugnisjah,dkk,1994).

Didalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernapasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkecambahan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Sutopo,1995).

Pada kacang-kacangan dan semanggi,biji yang keras dapat tumbuh jika mampu menyerap air, setelah biji kehilangan karakter yang tahan air dan biji dapat berkecambah. Dalam keadaan lain biji tertutup terhadap gas, ,maka oksigen tidak mampu masuk dan karbondioksida tidak mampu lepas. Pada akhirnya bijinya menjadi permeabel dan embrio dapat berespirasi dengan bebas (Thomson,1990).

Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air,O2, cahaya dan suhu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4) tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7) spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur
(http:// elisa.ugm.ac.id,2008).











BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di areal pertanian Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl pada hari rabu tanggal 05 November 2008, pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji kacang merah dan biji padi masing-masing 100 g sebagai objek percobaan, air untuk merendam biji, kertas label untuk menandai biji pada botol kocok.

Sedangkan alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol kocok sebagai media perendaman biji, timbangan untuk menimbang biji, alat tulis untuk menulis data, jam untuk melihat waktu perendaman, tissue untuk mentiriskan biji.

Prosedur Percobaan

- Disiapkan 20 botol kocok.
- Ditimbang biji kacang merah dan padi masing-masing 10 gram
- Di masukkan kedalam gelas beaker / botol kocok dan masing-masing direndam selama 1,2,3,4,5,6,8,12,24,48 jam.
- Ditimbang berat biji yang telah dihitung sesuai perlakuan.
- Di hitung persentase kadar air dengan rumus :
Berat akhir – Berat awal X 100 %
Berat akhir
- Digambar grafik hubungan antara lama perendaman dengan pertambangan berat biji dalam grafik untuk kedua biji.





HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Parameter padi (Oryza sativa)

Perlakuan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA
1 10 11,0 9,09
2 10 10,7 6,54
3 10 11,9 15,96
4 10 12,2 18,03
5 10 10,8 7,40
6 10 11,4 12,28
8 10 12,3 18,69
12 10 16,5 39,39
24 10 12,3 18,69
48 10 12,5 20

Parameter Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
Perlakuan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA
1 10 16,4 39,02
2 10 17,9 44,13
3 10 18,8 46,80
4 10 19,8 49,49
5 10 18,8 46,80
6 10 20,4 50,98
8 10 19,5 48,71
12 10 20,3 50,73
24 10 20 50
48 10 19,4 48,45

Perhitungan

Parameter padi

Perlakuan 1 jam
%KA = 11,0 gr – 10 gr X 100 %
11,0 gr
= 9,09 %

Perlakuan 2 jam
%KA = 10,7 gr – 10 gr X 100 %
10,7 gr
= 6,54%
Perlakuan 3 jam
%KA = 11,9 gr – 10 gr X 100 %
11,9 gr
= 15,96 %
Perlakuan 4 jam
%KA = 12,2 gr – 10 gr X 100 %
12,2 gr
= 18,03 %
Perlakuan 5 jam
%KA = 10,8 gr – 10 gr X 100 %
10,8 gr
= 7,40 %
Perlakuan 6 jam
%KA = 11,4 gr – 10 gr X 100 %
11,4 gr
= 12,28%


Perlakuan 8 jam
%KA = 12,3 gr – 10 gr X 100 %
12,3 gr
= 18,69%
Perlakuan 12 jam
%KA = 16,5 gr – 10 gr X 100 %
16,5 gr
= 39,39%
Perlakuan 24 jam
%KA = 12,3 gr – 10 gr X 100 %
12,3 gr
= 18,69 %
Perlakuan 48 jam
%KA = 12,5 gr – 10 gr X 100 %
12,5 gr
= 20 %

Parameter kacang merah
Perlakuan 1 jam
%KA = 16,4 gr – 10 gr X 100 %
16,4 gr
= 39,02 %
Perlakuan 2 jam
%KA = 17,9 gr – 10 gr X 100 %
17,9 gr
= 44,13%
Perlakuan 3 jam
%KA = 18,8 gr – 10 gr X 100 %
18,8 gr
= 46,80 %

Perlakuan 4 jam
%KA = 19,8 gr – 10 gr X 100 %
19,8 gr
= 49,49 %
Perlakuan 5 jam
%KA = 18,8 gr – 10 gr X 100 %
18,8 gr
= 46,80 %
Perlakuan 6 jam
%KA = 20,4 gr – 10 gr X 100 %
20,4 gr
= 50,98%
Perlakuan 8 jam
%KA = 19,5 gr – 10 gr X 100 %
19,5 gr
= 48,71%
Perlakuan 12 jam
%KA = 20,3 gr – 10 gr X 100 %
20,3 gr
= 50,73%

Perlakuan 24 jam
%KA = 20 gr – 10 gr X 100 %
20 gr
= 50 %
Perlakuan 48 jam
%KA = 19,4 gr – 10 gr X 100 %
19,4 gr
= 48,45 %


Pembahasan

Pada percobaan dapat dilihat kurva terhadap kemampuan imbibisi biji padi tidak membentuk linear seperti pada data dilihat biji dengan perendaman 4 jam (12,2 gr) lebih besar berat akhirnya dibandingkan dengan perendaman 5 jam (10,8 gr) dan biji dengan perendaman 12 jam (16,5 gr) lebih besar berat akhirnya di bandingkan dengan perendaman 24 jam (12,3gr) sehingga grafiknya naik turun. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan prosedur percobaan pada saat praktikum yang dapat mempengaruhi pembuatan data, misalnya kurang tirisnya biji yang ditimbang terhadap air, sehingga air yang tidak seharusnya ditimbang, ikut tertimbang. Kejadian ini menyimpang dari pengertian imbibisi dasarnya yang merupakan peresapan air yang dilakukan oleh biji, sesuai dengan literatur http:// tedbio.multiplay.com (2008) yang menyatakan bahwa imbibisi merupakan penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel sehingga dinding sel nya mengembang.

Pada percobaan dapat dilihat kurva terhadap kemampuan imbibisi biji padi tidak membentuk linear seperti pada data dilihat biji kacang merah dengan perendaman 6 jam (20,4gr) lebih besar dibandingkan dengan perendaman 8 jam (19,5gr), sehingga grafiknya naik turun. Seharusnya semakin lama waktu perendaman maka semakin berat biji tersebut. Hal ini disebabkan adanya kesalahan dalam prosedur seperti lama waktu perendaman yang terlalu cepat atau lambat, berbedanya tempat penyimpanan biji yang direndam air dari perlakuan 1 dengan perlakuan lainnya, sehingga lingkungan yang mempengaruhi kemampuan biji berimbibisi berbeda pula untuk setiap perlakuan contohnya suhu yang tinggi akan lebih berhasil mematahkan dormansi dibandingkan suhu rendah. Hal ini sesuai dengan literatur http:// elisa.ugm.ac.id (2008) yang menyatakan bahwa proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air,O2,cahaya dan suhu.

Pada percobaan diperoleh %KA kacang merah lebih besar daripada padi dikeranakan padi memiliki luas permukaan penyerapan air yang lebih sempit dibandingkan dengan kacang merah, selain itu struktur biji padi lebih keras dan lebih tebal kulitnya, sehingga menjadi penghambat masuknya air kedalam biji. Hal ini sesuai dengan literatur Mugnisjah,dkk (1994) yang menyatakan bahwa penyebab dormansi benih pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih atau bagian dalam benihnya.
Selain benih itu sendiri, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi imbibisi biji pada tiap benih. Hal ini sesuai dengan literatur http:// elisa.ugm.ac.id (2008) yang menyebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4) tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7) spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur.

Pada percobaan didapat terjadinya kekelirua data. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekeliruan data berasal dari kesalahan prosedur dan faktor luar yang mempengaruhi imbibisi biji, antara lain :
- Lama perendaman yang tidak sesuai prosedur
- Pentirisan biji yang tidak sempurna




















KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada percobaan didapat %KA terbesar pada biji padi adalah biji padi dengan lama perendaman 12 jam yaitu 39,39 %.
2. Pada percobaan didapat %KA terkecil pada biji padi adalah biji padi dengan lama perendaman 2 jam yaitu 6,54 %.
3. Pada percobaan didapat %KA terbesar pada biji kacang merah adalah biji kacang merah dengan lama perendaman 6 jam yaitu 50,98 %
4. Pada percobaan didapat %KA terkecil pada biji kacang merah adalah biji kacang merah dengan lama perendaman 1 jam yaitu 39,02 %
5. Pada percobaan dapat disimpulkan bahwa kacang merah memiliki kemampuan imbibisi lebih besar dari biji padi.

Saran

Sebaiknya pada waktu percobaan praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur percobaan. Sebaiknya biji yang direndam diletakkan/disimpan di tempat yang sama. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menghitung berat agar tidak terjadi kekeliruan data.











DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI,1992.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah mada University press. Yogyakarta.

Goldsworthy P.R dan Fisher N.N,1994.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan.3/11/08
http://elisa.ugm.ac.id/dormansi.2008. oleh Elisa 9/11/08.
http://tedbio.multiplay.com/jurnal.2008 oleh Tedi.3/11/08.
Justice.L dan Bass L.N,1990. Prinsip-prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta.

Lakitan B,2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta
Mugnisjah W.Q, Setiawan A; Suwarto dan Santiwa C,1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja grafindo Persada. Jakarta.

Sadjad.S.,1993.Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta.
Salisbury F.B dan C.W.Ross,1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3 Penerbit ITB. Bandung
Stern K.R,2001.Introductory Plant Biology. MC Graw Hill. New York
Sutopo L.1995.Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.
Thomson J.R,1990. An Introduction to seed Technology. Leonard hill. New york.














KURVA PERBANDINGAN % KA BIJI PADI padi (Oryza sativa)
DAN KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris)

0 komentar: