BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 02 Oktober 2009

karbohidrat

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur – unsur : C, H dan O terutama terdapat didalam tumbuh – tumbuhan yaitu kira – kira 75 % di samping itu bagian yang padat pun dari tanaman – tanaman tersusun dari zat ini. Dinamakan karbohidrat karena senyawa – senyawa ini sebagai hidrat dari karbon. Dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering berbanding, seperti air. Karbohidrat merupakan zat yang mempunyai sifat aktif optik, sedangkan gliseraldehid adalah merupakan induk karbohidrat (Sastrohamidjojo, 2005).
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organic yang mengandung atom karbon, hydrogen dan oksigen dan pada umumnya unsure hydrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (Hutagalung, 2008).
Nama karbohidrat yang bermakna hidrat karbon diterbitkan daripada formula glukosa C6H12O6, kini perkataan karbohidrat menunjuk kepada aldehid dan keton yang lebih dikenal dengan nama umum gula atau sakarida. Sakarida tersusun dari satu aldehid atau keton dinamakan gula atau monosakarida (Elisa, 2008).
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan dan dalam bentuk serat, seperti selulosa, pectin, serta lignin. Karbohidrat mempunyai rumus empiris yaitu (CH2O)n dan ini dipakai oleh karbohidrat sederhana , gliseraldehid (n=3) ke polisakarida yang lebih luas, yang memiliki berat molekuler jutaan warna, polimer ini terbuat dari beberapa monosakarida yang akan dijelaskan (Ottaway dan Apps, 1997).
Karbohidrat yang terdiri dari glycolipids, tidak dapat dijadikan atau terbuat dari bahan – bahan organik kebanyakan bahan – bahan yang ada diatur, meskipun sedikit, seperti sellulosa, jumlahnya sangat relatif (Clark dan Switzer, 1997).
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui sifat – sifat karbohidrat (monosakarida, disakarida dan polisakarida) secara kualitatif.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di laboratorium Biokimia,Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan


































TINJAUAN PUSTAKA
Aldehid dan keton bereaksi dengan alcohol membentuk masing – masing heniasetal dan hemiketal. Karena monosakarida mempunyai baik, gugus aldehid atau keton ditambah gugus alcohol, maka pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk menghasilkan suatu struktur cincin atau lingkaran karena adanya tegangan sudut ikatan struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula (Sulaiman, 1995).
Satuan unit terkecil penyusun setiap karbohidrat adalah monosakarida. Setiap monosakarida dicirikan oleh adanya gugus aldehid dan gugus keton. Kedua gugus ini sangat reaktif pada larutan alkali. Didalam larutan yang mengandung satu atau lebih ion – ion pengoksidasi, gugus aldehid dan gugus keton akan teroksidasi membentuk gugus asama disebut gugus karboksil ( - COOH ) (Lakitan, 2007).
Semua jenis karbohidrat baik monosakarida, polisakarida akan berwarna merah ungu bila larutannya dicampur beberapa teted larutan α naftol. Didalam alcohol ditambahkan H2SO4 (Asam Sulfat) sehingga tidak tercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang atas antara kedua cairan yang menandakan adanya karbohidrat suatu bahan (Wirahadikusumah, 1985).
Senyawa yang mempunyai dua satuan sakarida yang banyak dibicarakan adalah maltosa. Sellulosa. Laktosa dan sukrosa. Untuk mengujinya digunakan larutan fehling A dan B. Disakarida tersusun dari 2 satuan monosakarida yaitu glukosa. Dengan larutan gula 1% pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1% endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. Pereaksi benedict banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi fehling karena terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air. Dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida (Martoharsono, 1997).
Karbohidrat atau sakarida digolongkan atas golongan besar yakni monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Polisakarida terdiri pati yaitu Amilosa dan Amilopektin. Amilosa dapat dikenal dengan iodium yang menghasilkan warna biru tua. Amilosa terdiri atas molekul α – D glukosa yang berikatan glikosida 1,4 membentuk rantai lurus tanpa percabangan. Amilopektin serupa dengan amilosa tapi rantainya bercabang – cabang melalui ikatan 1,6. Amilopektin atau glikogen memberikan warna ungu hingga merah jika direaksikan dengan larutan iodium. Pereaksi benedict, digunakan ion Cu¬¬¬-- diikat molekul sitrat dalam larutan alkalis. Ion Cu++ akan direduksi oleh monosakarida menjadi Cu- yang tidak larut dan mengendap sebagai endapan cokelat Cu2O. Pereaksi Tollens yaitu larutan perak dalam ammonium. Ion perak akan direduksi menjadi logam perak yang mengendap pada dinding tabung membentuk cermin, karena itu reaksi ini disebut juga reaksi cermin perak (Sulaiman dan Sinuraya, 1996).





















BAHAN DAN METODA
Bahan
- Sukrosa [C12H22O11]
- Galaktosa [C6H12O6]
- Dextrin Cn(H2O)n
Bahan Reagensi
- Reagent Mollisch [C6H10O]
- Reagent Benedict [Cu(NO3)2]
- Reagent Tollens [Cu(CH3CuOH)2]
- Reagent Fehling [CuNO3]
- Asam sulfat (H2SO4)
- Air (H2O)
Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet tetes
- Pipet skala
- Alat pemanas
- Beacker glass
- Erlenmeyer
- Serbet
- Penjepit tabung
- Buku data
- Alat tulis
Prosedur Percobaan
1.Uji Mollisch
a. Diambil 3 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambah 1cc reagent mollisch pada masing-masing tabung
c. Ditambah H2SO4 98% dengan cara reaksi dinding
d. Diamati perubahannya
2. Percobaan R.Benedict
a. Diambil 3 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambah 1cc reagen benedict pada masing-masing tabung
c. dipanaskan selama 2 menit
d. Diamati perubahannya
4. Percobaan R.Fehling
a. Diambil 5 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambahkan 1cc reagent fehling pada masing-masing tabung
c. Dipanaskan selama 2 menit
d. Diamati perubahannya
5.Uji Cermin Perak
a. Diambil masing – masing 2 ml contoh karbohidra dimasukkan dalam tabung reaksi , ditambahkan 1 ml R. Tollens lalu dikocok
b. Dipanaskan dalam air mendidih selama ± 10 menit
c. Diamati terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi
6.Uji Perbedaan Amilosa dan Amilopektin
a. Diambil pati singkong, pati jagung, pulut dan beras ditetesi larutan iodine 0,01 N, lalu diamati perubahan warna yang terjadi
7.Pemeriksaan Glukosa Pada Urine Penderita Diabetes
a. Diambil 4 buah tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 ml urine yang diduga mengandung glukosa.
b. Kemudian dilakukan percobaan uji mollisch, uji benedict dan uji fehling
c. Dibandingkan hasil percobaan satu sama lain
HASIL DAN REAKSI

Hasil
NO Zat yang direaksikan Pereaksi Observasi visual keterangan
1 2cc galaktosa 1cc reagent mollisch dan H2SO4 98% Terbentuk cincin ungu Reaksi dinding
2cc Sukrosa
2cc Dextrin
2 2cc galaktosa 1cc reagent Benedict Endapan Orange Dengan pemanasan
2cc Sukrosa Warna biru kehijauan
2cc Dextrin Warna Hijau
3 2cc galaktosa 1cc Reagent Fehling Endapan merah bata Dengan pemanasan
2cc Sukrosa Warna biru tua
2cc Dextrin Biru kecokelatan
4 2cc galaktosa 1cc reagent Tollens Endapan abu perak Dengan pemanasan
2cc Sukrosa Orange muda
2cc Dextrin Hitam
5 Tepung pulut I2 0,01 N Endapan putih susu Dipanaskan 10 menit
Tepung beras Endapan putih susu
Tepung singkong Endapan hitam
Tepung jagung Endapan orange putih
6. Pemeriksaan glukosa
R.Mollish Cincin Hijau R.dingding
R.Benedit Cincin Hijau Dipanaskan
R.Fehling Cincin Hijau

Reaksi
a. Uji mollisch





Hidroksi metil furfural
( Cincin ungu )


Sukrosa Hidroksi metil furfural
(Cincin ungu)


Dextrin
+ (H2O)n


b. Uji Benedict



+ Cu(NO3)2 Cu2O +
R. Benedict Endapan
berwarna











d.Uji Fehling















+ Cu(NO3)2 Cu2O +
Berwarna merah bata
e.Uji Cermin Perak





AgO
+ Ag






AgO






+ + Ag







Ag O



+ Ag








































PEMBAHASAN



Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji molish diperoleh bahwa ketiga sakarida membentuk cincin ungu dengan menggunakan reagen molisch. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi suhu senyawa yang berfungsi sebagai katalisator yaitu H2SO4. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman (1995) yang menyatakan bahwa pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk menghasilkan suatu struktur enzim atau lingkungan karena adanya tegangan sudut ikatan, struktur cincin beranggotankan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji fehling diperoleh bahwa 2 cc galaktosa yang ditambahkan fehling menghasilkan endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena larutan galaktosa merupakan larutan gula. Hal ini sesuai dengan literature Martoharsono (1997) yang menyatakan bahwa dengan larutan gula 1% pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Dari hasil percobaan pada uji perbedaan Amilosa dengan Amilopektin, dapat diketahui bahwa tepung singkong yang ditambah iodium menghasilkan warna hitam atau biru tua sedangkan tepung jagung menghasilkan warna orange putih atau ungu. Hal ini disebabkan karena larutan amilosa jika ditambahkan iodium berubah warna menjadi biru tua sedangkan amilopektin jika ditambahkan iodium berubah warna menjadi ungu. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan amilosa dapat dikenal dengan iodium yang menghasilkan warna biru tua. Amilopektin memberikan warna ungu hingga merah jika direaksikan dengan larutan iodium.
Dari hasil percobaan pada benedict terjadi perubahan warna pada galaktosa menjadi warna merah setelah dipanaskan ± 5 menit. Seharusnya perubahan warnanya menjadi cokelat karena ion Cu – diikat pada molekul sitrat dalam larutan alkalis. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan pereaksi benedict dimana ion Cu diikat pada molekul sitrat dalam larutan alkalis. Ion Cu++ akan direduksi oleh monosakarida menjadi Cu yang tidak larut dan mengendapa sebagai endapan cokelat.
Pada uji fehling didapat hasil berupa bentuk cermin perak pada galaktosa karena tollens merupakan larutan perak dalam amoniak dan mengendap pada dinding tabung. Hal ini sesuai dengan literatur Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan pereaksi tollens yaitu larutan perak yang mengendap pada dinding tabung membentuk cermin, karena itu reaksi ini disebut juga reaksi cermin perak.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji pemeriksaan glukosa pada urine dapat diperoleh dari urine yang ditambahkan R.Fehling menghasilkan perubahan menjadi cincin hijau. Hal ini karena adanya larutan glukosa 0,1 % dalam urine yang apabila ditambahkan pereaksi fehling diperoleh endapan berwarna hijau. Hal ini sesuai literatur Martoharsono (1997) yang menyatakan larutan glukosa 0,1 % jika ditambahkan pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna hijau kekuningan.










KESIMPULAN
1. Galaktosa yang direaksikan dengan R. Molish dan reaksi dinding akan menghasilkan cincin ungu
2. Pada uji benedict, galaktosa terbentuk warna orange sukrosa menjadi warna biru kehijauan, dekstrin menjadi warna hijau
3. Pada uji fehling, galaktosa mengalami perubahan warna merah bata
4. Pada uji perbedaan amilosa dan amilopektin tepung singkong dan jagung mengalami perubahan
5. Dalam uji glukosa pada penderita diabetes urine yang mengalami perubahan warna ,positif menderita diabetes






DAFTAR PUSTAKA
Clark, M.J and L.R.Switzer, 1997. Experimental Biochemistry. Freeman and Company. New York.
Elisa.2008.Karbohidrat.Http://elisa.ugm.ac.id/files/karbohidrat.htm. diakses pada tanggal 10 november 2008. Page 1 of 1
Hutagalung.2008.IlmuGizi.Http://www.usu.ac.id/library/fk/karbohidratarticles.htm. diakses pada tanggal 10 November 2008. Page 1
Lakitan, B. 2007. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Utama. Jakarta
Martoharsono,S.1997. Biokimia. Jilid 1. UGM Press. Yogyakarta.
Ottaway, H.S and K.D Apps. 1997. Biochemistry. Fourth Edition. ELBS Press. New York
Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik. UGM Press. Yogyakarta
Sulaiman, A.H.1995. Kimia Anorganik USU Press. Medan
Sulaiman, A.H dan G. Sinuraya. 1996. Biokimia. USU Press. Medan
Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia.ITB Press. Bandung.

0 komentar: