BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 17 Juni 2010

BUDIDAYA PISANG

PENDAHULUAN



Latar Belakang

Pisang telah ada sejak manusia ada. Memang, saat itu pisang masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai pengumpul. Mereka hanya mengumpulkan makanan dari tumbuhan yang ada di sekitar mereka tanpa menanamnya.
Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan pengumpul (food gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara.
Beberapa bukti sejarah baik tertulis maupun berupa relief di tempat-tempat yang dianggap penting menunjukkan bahwa tanaman pisang telah lama dibudidayakan. Tulisan pertama tentang pemeliharaan pisang berasal dari India. Disebutkn bahwa pemeliharaan itu dilakukan di Epics ; Pali Boeddhist, 500-600 SM. Disebutkaan pula bahwa ”buah sebesar taring” itu memang disukai binatang-binatangbertaring atau bertaduk.
Di Cina, awal kebudayaan pisang dimulai dan terpusat di Yangtse dan Sungai Kuning. Pada zaman batu-batuan kuno dari tanah Yunani dikatakan bahwa pisang termasuk flora dari tanah India sekitar 300 tahuin SM. Sumber lain menyebutkan bahwa sebelum perhubungan benua Eropa dengan benua Asia ditemukan, bangsa portugis telah mengenal pisang dari Teluk Guines di Afrika.
Ahli sejarah dan botani mengambil kesimpulan, bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara. Oleh para penyebar agama Islam, Pisang disebarkan ke sekitar Laut Tengah. Dari Afrika Barat menyebar ke Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Asia Tenggara, termasuk Indonesia disebut sebagai sentra asal tanaman pisang. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia meliputi daerah tropik dan subtropik. Dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu juga ke barat melalui Samudera Atlantik,Kepulauan Kanari, sampai ke Benua Amerika. Oleh karenanya, tanaman pisang kini telah menjadi tanaman dunia karena tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Teknik Budidaya Tanaman Pisang (Musa paradisiaca).

Kegunaan Penulisan

- Sebagai tugas pada mata kuliah Agronomi Tanaman Buah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.



TINJAUAN PUSTAKA


Botani Tanaman

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Liliopsida
Genus : Musa
Spesies : Musa sp.
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang. Akar ini berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. sedang akar yang berada d bagian saming umbi batang ke sampan atau mendatar. Dalam perkembangannnya akar samping bisa mencapai 4-5 m (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedang yang berdiri tegak di atas tanah yang biasanya dianggap batang itu adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling melangkup dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5 m tergantung jenisnya (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset memanjang. Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah sekali robek atau terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Bunganya berkelamin satu, berumah satu dalam tandan. Daun penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna merah tua, belilin, dan mudah rontok dengan panjang 10-25 cm. Bunga tersusun dalam dua baris melintang. Bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi, panjangnya 6-7 cm. benang sari 5 buah pada bunga betina tidak sempurna, bakal buah peregi, sedang pada bunga jantan tidak ada (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan terbentk sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Jantungnya perlu dipotong sebab sudah tidak ba menghasilkan sisir lagi (Satuhu dan Ahmad, 2000).

Iklim
Pisang termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, agar produktivitas tanaman optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah. Ketinggian tempat haruslah di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut.
Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.

Tanah
Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5. Karenanya, tanaman pisang yang tumbuh di tanah berkapur sangat baik, seperti d Pulau Madura yang banyak memiliki bukit- bukit kapur. Di daerah beriklim kering antara 4-5 bulan pun pisang masih tumbuh subur asalkan air tanah tidah lebih dari 150 cm di bawah permukaan tanah. Sementara kedalaman air tanah yang sesuai untuk pisang yang ditanam di iklim biasa adalah 50-200cm di bawah permukaan tanah (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl.


MANFAAT PISANG


Bunga

Bunga pisang disebut juga jantung pisang karena bentuknya seperti jantung. Biasanya dimanfaatkan untuk dibuat sayur, karena kandungan protein, vitamin, lemak, dan karbohidratnya tinggi. Selain dibuat sayur, bunga pisang ini dapat pula dibuat manisan, acar, maupun lalapan.

Daun

Daun pisang banyak dimanfaatkan untuk membungkus. Daun-daun yang sudah tua dan robek-robek bisa digunakan untuk pakan ternak seperti, kambing, sapi atau kerbau. bila jumlah daun seperti itu berlebihan bisa pula dibuat kompos.

 Batang

Batang pisang banyak dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya, untuk membuat lubang pada banguanan, alas untuk memandikan mayat, untuk menutup saluran air bi9la ingin mengalirkan air atau membagi air, untuk tancapan wayang, untuk membungkus bibit-bibitan, untuk tali industripengolahan tembakau (dengan dikeringkan terlebih dahulu), dan baik pula dibuat kompos. Selain itu, air dari batang pisang dapat dimanfaatkan untuk penawar racun dan untuk pengobatan tradisional

Buah

Buah pisang banyak digunakan sebagai makanan seperti tepung, anggur, sale, sari buah, pisang goreng, pisang rebus, keripik pisang, dan sebagainya.

Kulit Buah

Kulit buah pisang digunakan sebagai bahan pakan ternak.

Bonggol

Pengertian bonggol pisang ini adalah batang tanaman pisang yang berupa umbi batang (batang aslinya). Bonggol batang pisang muda dapat dimafaatkan untuk sayur.



BUDIDAYA PISANG


Pembibitan

Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan didalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.
Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.
Pengolahan Media Tanam

Pembukaan Lahan

Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat, pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.

Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.
Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.

Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalamsetahun).
Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.
Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.



Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubungdan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian : sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.

Penyakit
1) Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
2) Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian : dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan: 1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon. 2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
2) Menutup tanah dengan plastik polietilen



CARA PERBANYAKAN TANAMAN PISANG DENGAN SISTEM KULTUR JARINGAN


Perbanyakan benih pisang dapat dilakukan secara konvensional (pemisahan dari anakan dari induknya, pembelahan bonggol) dan kultur jaringan. Perbanyakan benih dengan anakan paling banyak digunakan oleh petani karena mudah dilaksanakan, namunperolehan benih sedikit dan tidak seragam sehingga kurang efisien dalam skala usaha yang luas.

Perbanyakan benih melalui kultur jaringan memerlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi karena mengunakan sarana dan bahan yang steril, sehingga memerlukan modal yang cukup banyak.
Kedua cara tersebut diatas dapat dipilih disesuaikandengan kondisi biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan. Kedua cara perbanyakan tersebut masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut :

Cara perbanyakan Keuntungan Kerugian
Anakan (konvensional) - Biaya murah - Perolehan bibit per pohon sedikit
- Memerlukan waktu yang cukup lama
Kultur jaringan - Dapat memproduksi dalam jumlah yang banyak
- Kecil kemungkinan terinfeksi penyakit
- Lebih cepat berbuah - Biaya mahal

Benih Rebung
Bentuk benih berupa tunas yang belum berdaun, tinggi antara 20-40 cm.
Cara ini dilakukan dengan melakukan pembongkaran karena tunas masih kecil dan berada didekat permukaan tanah.
Benih Anakan Mudah
Berupa tunas yang sudah keluar daun, tetapi daunnya masih menggulung sehingga menyerupai pedang. Tingginya antara 41-100 cm.
Benih anakan sedang
Berupa tunas yang sudah berdaun mekar sehelai. Tingginya antara 101-150 cm.
Benih Anakan Dewasa
Anakan yang telah berdaun lebih dari dua helai,tingginya antara 151-175 cm. Cara perbanyakan ini sulit didapatkan dalam jumlah banyak secara serempak dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Benih dari belahan bonggol
Berupa bahan dari persemaian belahan bonggol yang pohonnya telah dipungut hasilnya.
Keuntungan dari cara perbanyakan dengan belahan bonggol sebagai berikut:
- memperoleh keuntungan dalam jumlah banyak dan keuntungan seragam
- Mempermudah pengangkutan
- Tahan lama dalam penyimpanan
- Memudahkan perlakuan benih untuk pencegahan serangan OPT.

Tahapan Pembuatan Benih
Tunas Anakan:
- Tentukan pohon induk yang unggul dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit
- Pilih anakan segar dan sehat, kemudian bongkar dengan menggunakan cangkul atau linggis
- Kumpulkan benih pada tempat yang teduh, bersihkan akar beserta tanahnya,kurangi daunnya, seleksi menurut besar dan tingginya benih untuk mendapatkan benih yang seragam.
- Celupkan benih kedalam larutan formalin 5% selama 20 menit atau ke dalam air panas 550 C selama 30 menit.
- Angkat dan kering anginkan benih ditemapat teduh
- Benih dapat ditanam langsung (anakan dewasa) atau ditanam dalam polybag ( tunas anakan/rebung).
Benih belahan bonggol
- Tentukan pohon induk yang unggl dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit
- Bongkar pohon/bonggol dengan alat cangkul atau linggis
- Bersihkan bonggol dari tanah dan akar-akar ya ng masih menempel secara hati-hati agar mata tunas tidak rusak
- Potong batang semu dan sisakan 10-12,5 cm dan diatas pangkal bonggol
- Periksa warna bonggol tersebut arah membujur sehingga menjadi beberapa belahan bonggol dengan ukuran 10x10x10 cm. tiap belahan bonggol memiliki satu mata tunas
- Masukkan belahan bonggol kedalam air panas 550 C selama 60 menit dana masukkan kedalam laruta ZPT IBA 20 ppm. Selama 60 menit. Tujuan merendam kedalam air panas adalah untuk menghilangkan hama penyakit dan ZPT untuk merangsang pertumbuhan tunas
- Angkat dan kering anginkan benih ti tempat yang teduh dengvan menggunakan alas plastik atau tempat dari bambu
- Selanjutnya benih dapat ditanam di persemaian atau ditanam dalam polybag sebelum ditanam dilapangan. Benih asal belahan bonggol biasanya setelah berumur 3 bulan setelah keluar daun 2-3 helai.



PANEN DAN PASCA PANEN


PANEN
Mutu pisang yang baik sangat ditentukan oleh tingkat ketuaan buah dan penampakannya. Tingkat ketuaan buah diukur berdasarkan umurnya, sedang penampakan yang baik diperoleh dari penanganan pasca panen yang baik.
Secara fisik sebetulnya mudah dilihat karena tanda-tanda ketuaan mudah diamati. Tanda-tanda buah pisang sudah tua diantaranya sebagai berikut:
1. Buah tampak berisi, bagian linger (tepi) buah sudah tidak ada lagi.
2. Warna buah hijau kekuningan. Untuk buah pisang dengan tingkat kematangan penuh, maka pada tandannya aka nada buah yang sudah masak (2-3 buah)
3. Tangkai di putik telah gugur
1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.


PASCA PANEN

Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
Pisang yang masih berupa tandan ini, sesampai di penampung akan diperam sebelum dipasarkan. Ada dua perlakuan sebelum pisang diperam. Pertama dilakukan penyisiran, kedua tetap dibiarkan utuh berupa tandan. Proses pemeramannya dengan asap, karbit atau gas etilen. Masing-masing punya kelebihan sendiri-sendiri. Penyisiran sebelum pemeraman memiliki keuntungan karena transportasinya lebih murah. Bobot tangkai tandan pisang bisa sampai 20% dari total bobot tandan. Kalau truk dari Lampung yang masuk Jakarta mengangkut 7 ton pisang tandanan, maka yang 1,4 ton adalah tangkai tandan.
Kalau penyisiran dilakukan di kebun, maka tangkai tandan pisang itu bisa dikembalikan ke lahan sebagai pupuk organik. Di lain pihak ada penghematan ongkos angkut. Dengan biaya angkut Rp 100,- per kg. maka dari tiap rit dengan bobot 7 ton, ada penghematan biaya Rp 140.000,- Kalau dalam keadaan normal tiap harinya ada sekitar 100 truk pisang dari Lampung ke Jakarta, maka penghematan yang bisa didapat mencapai Rp 14.000.000,- per hari atau Rp 420.000.000,- per bulan. Belum lagi penghematan yang bisa diperoleh dari upah menyisir yang lebih murah di Lampung daripada di Jakarta. Pasca panen pisang modern maupun tradisional, memang sama-sama menggunakan pola penyisiran. Dalam pasca panen modern, pisang harus segera disisir begitu dipanen. Sisiran pisang dimasukkan ke dalam bak berisi air yang mengalir untuk menghilangkan getahnya. Selanjutnya sisiran digrade, disortir, dikeringkan lalu dikemas plastik vacum dan dimasukkan ke dalam kardus. Pisang mentah yang telah dikemas ini, kemudian dimasukkan ke dalam cold storage dan dikirim dengan kapal laut ke negara importir. Dengan kemasan vacum dan suhu 14° C, pisang mentah ini bisa bertahan tetap segar sampai jangka waktu satu bulan.
Pemeraman
Buah pisang tergolong buah-buahan yang klimaterik.Artinya buah yang kurang tua saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan. Hanya saja, mutunya kurang baik, rasanya kurang enak, dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam4-5 hari setelah panen tanpa perlakuan pemeraman. Namun, kematangan tidak seragam dan warnanya kurang menarik.
Permeraman sering dilakukan pada pisang. Tujuan pemeraman ialah untuk mempercepat kematangan buah dan menyeragamkan kematangan buah. Banyak cara yang dilakukan untuk pemeraman pisang diantaranya ialah pemeraman dengan pemeraman dengan karbit, asap, ethrel, daun gamal, ethylene, dan sebagainya.

Pemeraman dengan gas Etilen
Di negara konsumen, pisang ini tetap disimpan dalam cold storage. Pemasakan (pemeraman) dilakukan secara bertahap sesuai daya serap pasar. Untuk memasakkannya, kardus dan plastik kemasan dibuka, lalu ditaruh dalam rak pemeraman. Rak ini berada dalam ruang bersuhu antara 20 sd. 22° C. Ke dalam ruang pemeraman ini dialirkan gas etilen. Dalam jangka waktu 24 jam, seluruh pisang akan masak dengan ditandai warna kulitnya yang kuning cerah. Biasanya, yang diperlakukan demikian hanyalah pisang cavendish serta golden fingger (lady finger). Namun perlakuan demikian sebenarnya bisa diterapkan untuk semua jenis pisang.
Pemeraman tradisional (Asap)
Secara tradisional (untuk dikonsumsi sendiri), masyarakat memeram pisang dengan terlebih dahulu disisir, dijemur lalu dimasukkan ke dalam lubang dengan lapisan daun lamtoro atau albisia yang telah dilayukan. Kemudian lubang ditutup tanah. Dalam jangka waktu tiga hari seluruh pisang yang diperam akan masak. Namun cara demikian tidak mungkin dilakukan secara massal. Para pemeram pisang di kawasan Ciawi, Cibedug dan Cijeruk, kab. Bogor, membuat lubang permanen (ruang bawah tanah) yang dukuatkan dengan batako. Bagian atas lubang dicor dengan semen. Ruang bawah tanah ini hanya diberi lubang ukuran 60 X 60 cm. yang bisa dibuka dan ditutup.
Melalui lubang inilah tandan pisang utuh dimasukkan dan ditata. Setelah ruang bawah tanah itu penuh tandan pisang, pintu lubang ditutup. Melalui lubang kecil yang diberi pipa besi dimasukkan asap. Caranya, sabut atau daun kelapa kering ditaruh pada ujung lubang lalu dibakar dan dikipas-kipas. Asap akan masuk ke dalam ruang melalui pipa besi tadi. Setelah ruangan penuh asap, sabut yang terbakar diambil dan lubang kecil itu juga ditutup. Pemeraman demikian hanya berlangsung selama 24 jam. Setelah itu pisang diambil dan disisir untuk dipasarkan.
Agar dicapai tingkat kemasakan penuh (pisang siap untuk dikonsumsi), pemeraman dalam ruang berasap juga harus dilakukan selama 3 X 24 jam. Namun akibatnya pisang tidak bisa tahan lama didisplai di pasar swalayan atau kios buah di kawasan Puncak. Dengan lama pemeraman hanya 24 jam, maka warna pisang masih hijau kekuningan. Daging buahnya sendiri meskipun sudah mulai empuk, namun belum siap untuk dikonsumsi. Hari itu pisang disisir, besuknya didistribusikan dan hari berikutnya ketika didisplai, pisang sudah siap untuk dikonsumsi. Pisang dengan tingkat kemasakan demikian akan tahan didisplai sampai sekitar satu minggu.
Pemeraman dalam ruang berasap ini berkembang di sekitar Ciawi, Cibedug, Cijeruk dan sekitarnya, karena suhu harian rata-rata di kawasan ini memang cocok untuk memeram pisang yakni 22° C.
Pengeraman dengan karbit
Selain dengan asap, ada juga pemeram yang menggunakan gas karbit (yang biasa digunakan untuk mengelas). Kelebihan gas karbit adalah, mudah pengoperasiannya, masaknya pisang lebih merata, warna kuningnya lebih cerah. Meskipun pisang ambon kuning masih sangat muda, apabila diperam dengan gas karbit akan masak dengan warna kulit yang kuning cerah merata.
Kelemahan pemeraman dengan karbit adalah, daya tahan pisang lebih pendek dari yang diperam dengan asap. Selain itu, rasa pisang juga menjadi lebih hambar jika dibanding dengan yang diperam menggunakan asap. Pembeli yang jeli, akan dengan mudah membedakan, mana pisang yang diperam dengan karbit, dan mana yang dengan asap. Pembeli awam, biasanya akan memilih pisang yang diperam dengan karbit, karena penampilannya yang lebih menarik. Sementara konsumen yang sudah berpengalaman akan lebih memilih pisang hasil pemeraman dengan asap. Meskipun warna kulitnya agak kurang cerah, namun rasanya lebih manis daripada yang diperam dengan gas karbit

PENGOLAHAN PISANG

Proses pengolahan diperlukan karena buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan sehingga umur simpannya sangat singkat. Selain itu ada sebagian buah yang bersifat musiman atau dengan kata lain tidak berbuah sepanjang masa. Hal ini menyebabkan pada masa musim panen tiba produksi buah menjadi sangat melimpah, sedangkan pada masa yang lain buah-buahan ini sulit ditemukan. Kondisitersebut di atas menyebabkan rendahnya nilai ekonomis beberapa komoditas buah. Bahkan pada saat musim panen tiba banyak buah yang tidak memiliki nilai ekonomis sama sekali.

Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
Buah pisang sangat prospektif sebagai bahan baku industri. Hal tersebut karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta berbagai produk dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Pengolahan berbagai produk olahan dapat meningkatkan penganekaragam pangan serta memberikan alternatif dalam memasarkan produk (buah segar atau produk olahan). Bentuk-bentuk olahan buah pisang antara lain.

a. Tepung Pisang
Pemanfaatan tepung pisang cukup luas dalam industri pangan, sebagai bahan makanan (bubur) balita juga sebagai bahan baku produk roti (bakery). Sebagai bahan baku industri, ketersediaan buah pisang dapat dipenuhi karena tanaman pisang mudah dibudidayakan, dapat tumbuh diberbagai kondisi lahan dan panen sepanjang tahun (tidak tergantung musim). Buah pisang yang digunakan sebagai bahan baku tepung pisang adalah buah pisang tua tetapi belum matang. Pada kondisi tersebut kadar pati buah mencapai maksimum sehingga sesuai untuk pembuatan tepung. Tahap pengolahan tepung pisang adalah pengukusan/ perebusan buah pisang, pengupasan, pengirisan dan pengeringan. Selanjutnya gaplek pisang dilakukan penepungan/penggilingan dan pengayakan. Komposisi gizi tepung pisang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia tepung dan rendemen gaplek pisang.

Komponen Tepung Pisang
Kadar air (%) 5,85-11,6
Kadar pati (%) 64,69-67,31
Kadar total gula (%) 18,24-20,04
Kadar serat kasar (%) 1,96-2,51
Kadar protein 3,36-4,12
Kadar vitamin C 0,0325-0,0326
Kadar total asam 0,36-0,71
Rendemen gaplek pisang (%) 15,4-18,8

b. Sale Pisang
Sale pisang merupakan jenis makanan yang dibuat dari buah pisang matang yang diawetkan dengan cara pengeringan. Sale ini mempunyai rasa yang khas dengan daya simpan cukup lama. Mutu sale sangat dipengaruhi oleh warna, rasa, aroma dan daya simpannya. Mutu sale tergantung jenis pisang, tidak semua jenis pisang enak diolah menjadi sale. Pembuatan sale pada prinsipnya melalui tahapan pengupasan, permukaan buah dikerok dan dikeringkan.

c. Sari Buah Pisang
Varietas pisang yang sesuai untuk pembuatan sari buah pisang adalah pisang raja. Buah pisang harus matang penuh dapat menghasilkan warna yang menarik, aromanya kuat dan rasanya enak. Buah yang kurang matang menghasilkan sari buah yang rasanya sepet (kurang enak). Prinsip pembuatan sari buah pisang adalah pengukusan selama 7-10 menit, buah dihancurkan (diblender) dengan penambahan air 1 : 3. Kemudian disaring dan ditambah gula sampai 15% (TSS) dan asam sitrat 2,5-3 g/lt sari buahnya. Sari buah dimasukkan dalam botol dan dipasteurisasi selama 30 menit.

d. Keripik Pisang
Buah pisang yang dipergunakan untuk keripik adalah buah masih mentah tetapi tua dan bisa juga pisang matang namun digoreng dengan penggoreng vakum. Pembuatan keripik adalah dikupas dan dipotong tipis-tipis. Irisan buah pisang direndam dalam larutan Na metabisulfit 0,05%, asam sitrat 0,1% dan garam 1% selama 30 menit. Pisang ditiriskan kemudian digoreng dengan minyak. Setelah matang dikemas dalam kaleng atau kantong plastik dan ditutup rapat. Jenis pisang yang enak diolah keripik adalah pisang kepok, pisang nangka, pisang siem dan pisang tanduk.

e. Selai Pisang
Bahan baku selai adalah buah pisang matang dan beraroma kuat serta tidak busuk. Pisang dikukus selama selama 10 menit, dikupas dan dihancurkan (diblender) dengan ditambah air seperlima bagian. Gula ditambahkan sebanyak 750 g per kg bahan dan asam sitrat 3 g per kg bahan. Campuran ini dimasak sampai kental.

f. Saos Tomat
Saos tomat dapat diolah dari bubur buah pisang dan ditambah bumbu-bumbu. Untuk bahan saos dapat dipilih buah pisang yang nilai ekonomi segarnya rendah (murah), namun setelah diolah menjadi saos justru memiliki nilai ekonomi tinggi. Buah pisangdiperlukan cukup matang. Prinsip pembuatan saos adalah buah pisang pengupasan, pemotongan, penghancuran, pemasakan bubur buah dan ditambah gula dan garam. Sementara itu bumbu saos dihancurkan hingga halus dan dibungkus dengan kain saring, kemudian dimasukkan dalam bubur pisang. Selama pemasakan tambahkan zat pewarna merah, cuka 25% dan asam sitrat.

g. Buah Pisang Dalam Sirup
Buah pisang dalam sirup diolah dari buah pisang yang matang dan tidak busuk. Buah dikupas dan direndam dalam larutan asam sitrat 0,5% sambil dikerok bagian luarnya. Buah ditiriskan dan dipotong-potong menurut selera. Kemudian dikukus selama 5 menit dan diatur dalam wadah. Selanjutnya, buah dituangi sirup 30% dalam keadaan panas. Wadah ditutup dan dipasteurisasi selama 30 menit.

h. Dodol Pisang
Dodol pisang dapat diolah dari buah pisang yang kurang baik mutu segarnya, sehingga nilai tambahnya dapat ditingkatkan setelah diolah menjadi dodol. Buah pisang matang dikupas (4 kg), diris tipis, direndam dalam larutan Na metabisulfit atau kapur sirih1 g per 1 lt air selama 5-10 menit. Kemudian ditiriskan, dihancurkan, tambahkan tepung terigu 400 g. Campuran tersebut masukkan dalam wajan, dimasak sambil diaduk, tambah gula pasir 1 kg, benzoat 1 sdm. Setelah mencapai kekentalan tertentu masukkan dalam oyang, dikeringkan, dipotong dan dibungkus plastik.

DAFTAR PUSTAKA


Http://endrah.blogspot.com/2010/02/teknologi-pengolahan-pisang.html, diakses tanggal 16 Mei 2010.

Http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/pedoman-budidaya-pisang.html. Budidaya pisang. diakses tanggal 12 mei 2010.

Satuhu, S dan Ahmad S. 2000. Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar Pisang. Jakarta. Penebar Swadaya.

BUDIDAYA LENGKENG

PENDAHULUAN




Latar Belakang


            Tanaman lengkeng berasal dari Sri lanka, India, Birma dan Cina. Jenis-jenis kelenkeng liar banyak ditemukan di Kalimantan Timur degan nama buku, ihaw, medaru, kakus atau mata kucing. Tanaman ini mirip dengan leci yang tumbuh di dataran tinggi. Di Indonesia, kelengkeng terdapat di Temanggung, Magelang, sedangakn leci di terdapat di Bali.
Lengkeng (Nephelium longanum) termasuk famili Sapidaceaae. Lengkeng berasal dari negeri Cina (daerah Subtropis), agak menyimpang dari familinya sendiri, yaitu rambutan, kapulasan dan leci. Pohonnya dapat menjadi besar dan bercabang banyak, daunnya rimbun, dan masih berproduksi di atas 100 tahun.
Pohon lengkeng memerlukan perawatan yang khusus seperti pengerokan kulit luar batang, pemangkasan dan pemberongsongan. Lengkeng yang baik biasanya menghasilkan buah yang baik setelah berumur 6-8 tahun. Pada saat panen ketika pohon telah berumur 10 tahun, produksi buah tidak kurang dari 50kg/pohon.
Keterbatasan lahan tak mesti mengekang hobi pertanian. Sebagian pehobi coba kutak-kutik. Mereka tetap melakukan hobi berkebun walau ruang yang tersedia tak cukup luas. Jangan sebut kata luas, tapi pas-pasan. Lewat sebuah kebetulan, muncul alternatif baru untuk menjawab kelangkaan lahan tadi. Dari situ, pilihan tempat untuk menanam tak lagi terbatas di lahan terbuka, macam pekarangan atau kebun, namun sudah merambah pada media pot. Inilah yang disebut tanaman buah dalam pot atau yang di kalangan pehobi disebut ”tanbulampot”.
Idealnya, pembungaan dan pembuahan tabulampot berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Pembungaan paling lebat terjadi pada musim penghujan. Namun, terkadang macet. Untuk merangsang pembuahan, silakan simak beberapa tips berikut:
1. Sekitar 3 bulan sebelum musim hujan, beri pupuk NPK (15-20-20), dilanjutkan dengan teknik pengeringan berselang-seling. Contohnya, selama seminggu tidak disiram sama sekali (asal jangan sampai layu permanen). Setelah itu, siram sedikit demi sedikit selama 3 hari, dan keringkan lagi. Lakukan teknik pengeringan berulang-ulang hingga muncul tunas-tunas baru untuk pembungaan.
2. Ikat pangkal batang tabulampot lengkeng dengan kawat. Tujuannya untuk membatasi transportasi air dan unsur hara dari dalam tanah yang berlebihan.
3. Jangan ragu menambahkan zat pengatur tumbuh, misalnya Dekamon atau Atonik.
4. Potong akar dengan menyisakan 3 cabang akar.
Pada dasarnya terdapat jenis-jenis Lengkeng Dataran Rendah antara lain :

1. Lengkeng Diamon River
2. Lengkeng Pingpong
3. Lengkeng Puang rai
4. Lengkeng Kristal
5. Lengkeng Aroma Durian
              Lengkeng-lengkeng tersebut berasal dari indukan yang sudah berbuah, sehingga bibit akan berbuah lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji.
Koleksi yang sedang dipersiapkan untuk diperbanyak
1. Lengkeng Jenderal
2. Lengkeng Aroma Durian Putih



TINJAUAN PUSTAKA



Botani Tanaman

Tanaman lengkeng diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Sapindales
Famili              : Sapindaceae
Genus              : Nephelium
Spesies            : Nephelium longanum L.
Akar tunggangnya lebih dari 3 m dalamnya, dan tetap langgeng akar lateralnya memencar sampai di batas proyeksi tajuknya, dengan akar-akar penyerap hara menancap sedalam 6 m. Akar penyerap ini mempunyai fungsi menyerap air maupun zat makanan.Pada akar ini mempunyai jaringan pengangkut berupa floem dan xylem. Untuk floem terbagi menjadi 2 macam yakni floem primer dan floem sekunder, masing-masing floem primer mengandung kanal tunggal. Pada floem sekunder kanal ini berukuran lebih kecil.
Lengkeng merupakan tanaman keras mempunyai batang dan kayu yang kuat, sistem perakaran sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang sangat dalam (terutama tanaman lengkeng yang berasal dari biji), sehingga sangat tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh.
Daun lengkeng termasuk daun majemuk tiap tangkai memiliki tiga sampai enam pasang helai daun. Bentuknya bulat panjang, ujungnya agak runcing tidak berbulu, tepinya rata dan permukaan nya mempunyai lapisan lilin. Kuncup daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang berwarna merah.
Yang harus kita perhatikan adalah bahwa tanaman lengkeng dilihat dari bunganya terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
-Lengkeng jantan (hanya menghasilkan bunga jantan).
-Lengkeng betina (hanya menghasilkan bunga betina)
-Lengkeng jantan dan betina (dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan       betina).
-Lengkeng hermaprodit (dalam satu bunga terdapat putik/betina dan serbuk sari/jantan).
Biji besar kecil agak besar .Warna kulit buah matang agak gelap cerah agak cerah, daging buah tipis tebal kurang tebal. Sifat daging buah lengket ngelotok ngelotok. Rasa kurang manis manis segar manis. Aroma langu agak harum kurang harum.
Buah lengkeng berbentuk malai yang terletak di ujung rantingnya, warna kuning muda atau putih kekuningan, ukurannya sangat kecil sehingga hanya sangat jelas bila memakai alat pembesar.

Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman lengkeng sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman lengkeng  kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain. Suhu harian di sentra penghasil lengkeng minimun antara 15-25° C dan maksimun antara 25-35° C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27°C.
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang mempunyai tipe iklim B (basah), tipe iklim C (agak basah) dan tipe iklim D (sedang). Penentuan tipe iklim tersebut didasarkan pada rumus dikemukakan oleh Schmidt Fergusson, yakni perbandingan rata – rata jumlah bulan kering dengan rata- rata jumlah bulan basah yang dinyatakan dalam persen. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun dengan 9-12 bulan basah dan 2-4 bulan kering.
 Tinggi tanaman dapat mencapai 40 m. Lebih cocok ditanam di dataran rendah (300-900 m dpl), tipe iklim basah dengan musim kering tidak lebih dari 4 bulan. Suhu malam dingin selama musim kemarau (15° - 20° C) mendorong tanaman berbunga. Ada tanaman yang berbunga sempurna maupun hanya berbunga betina atau jantan saja. Tanaman kelengkeng berbunga setahun sekali, biasanya pada bulan Agustus-Oktober dan buah dapat dipanen 4 bulan setelah bunga mekar. Buah kelengkeng berbentuk bulat besar, kulit hijau kasar ketika masih muda dan kuning kecoklatan setelah tua serta tidak berbulu. Daging buah bening berair, dengan rasa manis dan aroma yang khas. RH tanaman lengkeng adalah 60-80 %.
Tanah
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang tanahnya bertekstur halus dengan pH 5,5 sampai 6,5. Tanah bertekstur halus biasanya adalah tanah yang sebagian besar terdiri dari lempung atau tanah yang tidak berpasir, misalnya tanah andosol, vertisol, latosol atau laterit dan sebagainya.
Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air.
Di Indonesia tanaman lengkeng dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.



BUDIDAYA TANAMAN LENGKENG (Nephelium longanum L)



Perbanyakan Tanaman


 Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun). Selain itu, bibit dari biji sering tumbuh menjadi lengkeng jantan yang tidak mampu berbuah. Bibit okulasi/cangkokan mulai berbuah pada umur empat tahun.
Pengolahan media Tanam

            Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu,  tanah tanaman lengkeng sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.
            Pemberian pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu.

Teknik Penanaman

Budi daya tanaman Lengkeng ditanam pada jarak tanam 8 m x 10 m atau 10 m x 10 m dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 20 kg. Pupuk buatan yang diberikan sebanyak l00-300 g urea, 300-800 g TSP (400- 1000 kg SP-36), dan l00-300 g KCl untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dalam selang tiga bulan. Setelah panen buah, pemberian pupuk cukup sekali sebanyak 300 g urea, 800 g TSP, dan 300 g KCl per pohon.
Pegolahan media tanam. Pada dasarnya sama dengan yang diterapkan pada skala rumah tangga. Hanya di sini, penggunaan pupuk kandang dapat perhatian lebih, dimana di tahap awal penanaman pemberian pupuk kandang penting untuk diterapkan di media tanam. Kandungan unsur yang terurai dalam hara, berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman. Selebihnya media pasir, tanah liat, dan sekam bisa dikombinasikan. Pengaturan lahan. Tersusun dengan sistem bedengan, dimana jarak antar bedengan diberi sela 4 meter. Sedangkan jarak tanam dalam setiap bedengan di beri jarak 3 meter.
Pemeliharaan Tanaman
            Penyiraman bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air siraman jangan sampai menggenangi tanaman.
            Penggemburan diusahakan media tanam tidak memadat. Pemadatan media biasanya terjadi karena penyiraman yang berlebihan. Setelah itu, lakukan penggemburan dengan menggunakan sekop kecil. Hati-hati, jangan sampai merusak akarnya.
Meski media tanam menggunakan pupuk kandang, pupuk organik masih diperlukan. Sampai umur 2 tahun, setiap 4 bulan, tambahkan NPK (15:15:15) sebanyak 25 gram per tanaman. Sejak umur 3 tahun dan seterusnya, setiap tanaman diberi 100 gram NPK (15:15:15). Caranya, benamkan pupuk NPK sedalam 10 cm, lalu siram hingga cukup basah.
Pemangkasan adalah pemotongan atau pengurangan sebagian dari cabang dan ranting. Pemangkasan cabang dan ranting ini bertujuan: (1) Untuk memperbanyak cabang/ranting, karena hilangnya dominasi titik tumbuh apikal; (2) Untuk memperpendek pohon, supaya mudah pemanenannya (dwarfing), (3) Untuk mempermuda tnaman yang telah tua; (4) Untuk mengatur keseimbangan karbohidrat dan nitrat pada tanaman agar dapat berbuah. Pemangkasan dapat dilakukan sambil memetik buah lengkeng dengan menggunakan gunting stek. Pada tanaman lengkeng yang buahnya sedikit harus selalu dilakukan pemangkasan, sebab dengan dilekukan pem,angkasan lengkeng akan cepat berbuah. Hal ini didasarkan pada perbandingan banyaknya karbohidrat dalam daun dengan banyaknya protein dan nitrat yang dapat larut dalam tanaman. Jika karbohidratnya rendah dan kadarnya tinggi, tanaman secara vegetatif akan tumbuh terus denga subur tetapi tanpa berbuah. Jika karbohidratnya tinggi dan kadar nitratnya rendah, tanaman akan tumbuh kerdil dan buahnya sedikit. Tetapi jika karbohidratnya sedang dan kadar nitratnya tinggi, tanaman lekeng akan tumbuh sedang dan dapat berbuah lebat. Jika karbohidratnya rendah dan kadar nitratnya tinggi biasanya daun-daunnya tumbuh lebat tetapi tidak dapat berbunga dan berbuah. Tanaman lengkeng yang demikian perlu dipangkas secara teratur supaya karbohidratnya menjadi sedang dan kadar nitratnya bertambah karena adanya penyerapan pupuk nitrogen (N) dari dalam tanah oleh akar-akarnya. Dengan demikian tanaman lengkeng dapat berbunga lebat dan berbuah banyak.
Pemotongan akar, pengeratan batang dan mengurangi daun
Beberapa cara yang dilakukan petani klengkeng di Jabung dan Tumpang untuk merangsang pembungaan tanaman yang tidak berbunga, adalah: (1) Pemotongan akar, untuk mengurangi penyerapan larutan makanan terutama N dari dalam tanah; (2) Pengeratan (ringing) pada batang-batangnya, untuk menghambat pengangkutan (translokasi) karbohidrat; dan (3) Pemangkasan daun-daunnya agar tidak terjadi penimbunan karbohidrat.
Hama dan Penyakit
1..Hama
a.         Trusuk. Serangga ini ukurannya sebesar semut hitam, warnanya coklat dan bersayap. Hama ini menyerang bagian batang, terutama batang pokoknya, yakni dengan cara membuat lubang dan masuk ke dalamnya. Apabila jumlahnya sangat banyak, pohon lengkeng yang diserang tentu terdapat lubang yang banyak pula. Lengkeng yang terserang hama trusuk menunjukkan perubahan pada warna daunnya, yakni semula berwarna hijau menjadi kunig dan akhirnya rantok. Dengan rontoknya daun-daun tersebut, cabang-cabang menjadi kering dan mengakibatkan kematian. Pengendalian hama trusuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada batang yang telah terserang oleh hama tersebut. Namun akan lebih baik kalua dilakukan pencegahan secara dini sebelum terserang, yakni dengan melakukan penyemprotan insektisida pada batang-batang tanaman lengkeng yang sehat, terutama batang pokoknya.
b.         Kelelawar. Kelelawar juga termasuk hama yang sangat merugikan petani, makan buah-buah masak dan merontokkan buah-buah muda. Untuk mengatasi gangguan kelelawar, buah lengkeng pada malainya harus diberongsong dengan anyaman bambu atau tepes kelapa.
2.Penyakit
      Salah satu penyakit yang sering mengganggu tanaman lengkeng adalah Jamur. Penyakit ini pada umumnya menyerang batang pohon lengkeng, terutama batang pokoknya. Pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada batang yang terserang.
Panen dan Pascapanen Lengkeng
            Lengkeng termasuk buah non-klimakterik , dimana setelah dipanen respirasi dan produksi etilen buah mengalami penurunan dan tidak mengalami proses pematangan jika buah telah dipanen. Pada buah non-klimakterik, saat panen perlu diperhatikan agar kualitas buah yang diperoleh optimal. Kandungan total padatan terlarut, total gula dan vitamin C buah mengalami peningkatan selama proses pemasakan buah. Penentuan saat panen lengkeng dapat diukur dari ukuran buah, warna kulit, kandungan TPT, total asam, rasio TPT:TA, rasa buah, dan umur buah (setelah bunga mekar). Diantara beberapa faktor tersebut penentuan saat panen buah berdasarkan warna kulit buah, rasa buah dan umur buah adalah yang umum dilakukan. TPT dapat juga diukur dengan cara menggunakan Handrefractometer (manual atau digital). Angka (% atau brix) yang ditunjukkan menunjukkan jumlah kasar padatan terlarut dalam jus buah, termasuk karbohidrat dan gula.
                                      Tabel Penentuan saat panen buah
No
Indikator
Varietas Lokal
Varietas Introduksi
1
Warna kulit buah
Coklat-coklat tua
Kuning kecoklatan-coklat cerah
2
Rasa buah
Manis (brix minimal 14)
Manis (brix minimal 18)
3
Umur buah
6 bulan
4-6 bulan (tergantung varietas)
Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari. Panen saat hari hujan juga sebaiknya dihindari. Kerusakan buah saat panen dapat mempercepat proses pembusukan buah, karena itu proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Buah dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik atau bambu. Semua buah dalam satu pohon sebaiknya dipanen secara bersamaan kecuali jika tingkat kematangan antar tandan buah berbeda jauh. Buah yang telah dipanen diletakkan di tempat yang teduh dan jika memungkinkan segera dibawa ke bangsal pengepakan.
Musim panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300–600 kg per pohon. Lengkeng termasuk buah non-klimakterik sehingga harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis.
KESIMPULAN



  1. Pohon lengkeng memerlukan perawatan yang khusus seperti pengerokan kulit luar batang, pemangkasan dan pemberongsongan
  2. Tanaman lengkeng sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman lengkeng  kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain
  3. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun).
  4. Tanaman lengkeng yang demikian perlu dipangkas secara teratur supaya karbohidratnya menjadi sedang dan kadar nitratnya bertambah karena adanya penyerapan pupuk nitrogen (N) dari dalam tanah oleh akar-akarnya
  5. Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari.


DAFTAR PUSTAKA



http://balitjestro.litbang.deptan.go.id .2010. Pemanenan Buah Lengkeng. Diakses tanggal 7 Mei 2010.

 

http://catatan pasartani. 2008. Budi Daya Kelengkeng Pingpong Antara Hobi Dan Peluang Usaha. Diakses tanggal 7 Mei 2010.

 

http://emirgarden.com.2010.Tabulampot-solusi-pas-lahan-terbatas.Diakses tanggal 9 Maret 2010


http://ficusbenyamina.blogspot.com/2010/02/lengkeng-pingpong.html.Diakses tanggal 17 Maret 2010



http://infokebun.wordpress.com.2008.Tanaman-buah-dalam-pot-tambulapot. Diakses tanggal 9 maret 2010


http://putrakencanaarta.wordpress.com.2008.Menjaga-penampilan-tabulampot. Diakses tanggal 9 Maret 2010

http://tabulampot.wordpress.com.2006. Lebih-asyik-dengan-tabulampot..Diakses tanggal 9 Maret 2010
Najiyati, S dan Danarti. 1999. Memilih dan Merawat Tanaman Buah di Pekarangan Sempit. Penebar Sawadaya, Jakarta

Nuswamaehaeni,S.,D. Prihatini dan E.P.Pohan. 1999. mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya, jakarta

Sunanto, H. 1990. Budidaya Lengkeng dan Aspek Ekonominya. Kanisius, Yogyakarta

Untung, O. 2004. Agar Tanaman Berbuah di Luar Musim. Penebar Swadaya, Jakarta



BUDIDAYA ALPUKAT

DAERAH ASAL

            Nama Alpukat, Apokat atau Avocad (dari bahasa Inggris, Avocado) berasal dari bahasa Aztek, ahuacatl (dibacanya kira-kira “Awakatl”). Suku Aztek berada di daerah Amerika Tengah dan Meksiko. Oleh karena itu, buah ini pada mulanya dikenal di daerah tersebut. Pada saat pasukan Spanyol memasuki wilayah tersebut pada sekitar awal abad ke-16, berbagai tumbuhan dari daerah ini, termasuk Alpukat, diperkenalkan kepada penduduk Eropa. Orang pertama yang memperkenalkan buah Alpukat kepada penduduk Eropa yaitu Martin Fernandez de Enciso, salah seorang pemimpin pasukan Spanyol. Dia memperkenalkan buah ini pada tahun 1519 kepada orang-orang Eropa. Pada saat yang sama juga, para pasukan Spanyol yang menjajah Amerika Tengah juga memperkenalkan kakao, jagung, dan kentang kepada masyarakat Eropa.                                                           

            Alpukat (Persea americana Mill) yang berkembang di Indonesia kebanyakan berasal dari Amerika Tengah dan sedikit dari Guatemala. Buah itu masuk ke Indonesia pada abad ke - 18. Sebenarnya masih ada jenis lain yang masuk ke Indonesia, yaitu alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai untuk ditanam di daerah subtropis ( dengan ketinggian daerah diatas 2.000 m dpl ), maka pertumbuhannya di Indonesia kurang begitu baik.

            Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920 - 1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi

.

            Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika ( Florida, California, Hawaii ), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat.

            Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Alpukat dapat ditemukan di seluruh daerah di Indonesia. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.


MANFAAT ALPUKAT

            Belakangan sejumlah ilmuwan menemukan fakta baru. alpukat sarat glutation, senyawa fitokimiawi alami non-gizi yang berkhasiat. Glutation merupakan antioksidan kuat pengusir beragam kanker, khususnya kanker mulut dan tenggorokan, serta mencegah serangan jantung. Dibandingkan dengan pisang, apel, blewah, maupun anggur, kandungan glutation dalam alpukat 3 kali lipatnya.
           Beta-sitoterol adalah senyawa fitokimiawi lain yang ditemukan dalam alpukat. Lemak nabati merupakan bagian “lemak baik”, khasiatnya menurunkan seluruh jenis lemak darah yang dapat memicu penyakit akibat gangguan pembuluh, khususnya stroke dan serangan jantung. Beta-sitosterol akan menormalkan kadar “kolesterol jahat”, trigliserida, maupun total lemak darah. Jumlahnya mencapai 4 kali lipat dibanding yang terdapat dalam pisang, apel, anggur, maupun blewah. Pemanfaatan buah alpukat disamping daging buahnya bisa juga biji dari buah ini, yaitu untuk mengobati maag. cara menyiapkan atau membuat obat herbal dari biji alpukat tersebut.

            Alpukat sangat berguna untuk menangkal gejala penyakit flu. Karena, di dalam setiap buah alpukat, terkandung banyak vitamin E yang berkhasiat untuk menangkal radikal bebas dan menekan resiko infeksi. Selain itu, alpukat juga mengandung vitamin B yang membantu proses produksi antibodi secara alami. Alpukat juga mengandung omega 6 serta asam lemak esensial yang bermanfaat untuk meredakan radang. Mengkonsumsi buah ini secara rutin dapat meningkatkan sistem imun pada tubuh manusia.

            Efek farmakologis daun alpukat adalah peluruh kencing ( diuretik ) dan astringen. Selain itu, daun dan kulit ranting memiliki efek farmakologis, seperti peluruh kentut ( karminatif ), penyembuh batuk, pelancar menstruasi, emollient, dan antibakteri.
           
            Buah Alpukat ternyata memiliki banyak sekali manfaat. Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bakar, kulitnya digunakan sebagai pewarna warna coklat pada produk dari bahan kulit, dagingnya dijadikan bahan dasar untuk kosmetik. Bijinya digunakan sebagai bahan pewarna pakaian yang tidak mudah luntur. Biji Alpukat juga bisa dijadikan obat penurun kadar gula untuk penderita diabetes. Caranya biji tersebut dihaluskan dengan menggunakan blender lalu hasilnya diminum.

            Daun alpukat ternyata juga bermanfaat mengatasi berbagai keluhan seperti batu ginjal, sakit pinggang, dan hipertensi.
           
            Biji alpukat bisa mengobati sakit gigi dan kencing manis. Daunnya yang berbentuk bulat telur memanjang pun juga sangat berkhasiat. Terutama untuk memperlancar kencing, mengobati kencing batu, batu ginjal, darah tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran pernafasan membengkak, sakit punggung, sakit perut, disentri, dan menstruasi tidak teratur. Kulit kayu alpukat bisa mengiobati penyakit eksim. Daging buahnya yang penuh vitamin E dapat dijadikan pelembut, penghalus kulit, pembersih muka, penghitam rambut dan pendingin mata. Sementara kulit bagian dalam buah alpukat mengandung senyawa humektan yang dapat menahan kelembapan.

            Kadar asam folat dan vitamin E juga tinggi, kalium alpukat lebih efektif dalam meredam hipertensi dan memperlancar aliran darah. Berbeda dari buah-buahan lain, alpukat hampir tidak mengandung pati, sedikit mengandung gula buah, tetapi banyak mengandung serat selulose. Oleh sebab itulah alpukat sangat dianjurkan bagi penderita diabetes. Di dalam alpukat juga banyak mengandung zat besi dan zat tembaga yang sangat penting dalam pembentukan sel darah merah dan pencegahan anemia gizi. Paduan antara vitamin C, vitamin E, zat besi, kalium dan mangan menjadikan alpukat baik untuk menjaga kulit dan rambut. Zaman dahulu orang maya menganggap alpukat sebagai makanan yang mampu menjaga tulang-tulang sendi bergerak dengan bebas. Dalam satu alpukat mengandung 300 kalori, 88 persen dikontribuso sebagai lemak. Oleh sebab itulah tidak heran jika buah alpukat mampu memberikan lubrikasi ( pemberian minyak ) secara alami pada tulang-tulang persendian tubuh seperti leher, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut dan pergelangan kaki.

            Kayu pohon alpukat bermanfaat sebagai bahan bakar. Biji dan daunnya dapat digunakan dalam industri pakaian. Kulit pohonnya dapat digunakan untuk pewarna coklat pada produk yang terbuat dari kulit. Dalam bidang kecantikan, buah alpukat juga sering digunakan sebagai masker wajah. Buah ini dianggap mampu membuat kulit lebih kencang. Buah alpukat juga bermanfaat untuk perawatan rambut misalnya sewaktu melakukan creambath. Selain itu, sebagai buah, alpukat juga tentu bisa dinikmati sebagai hidangan yang lezat. Berbagai hidangan disajikan dengan menambah alpukat sebagai bagian dari hidangan tersebut.


KOMPOSISI KIMIAWI BUAH ALPUKAT DALAM 100 GR DAGING BUAH
Komponen
Kadar
Energi buah
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Abu
Vitamin :
    A
    B1
    B2
    B3
    B6
    C
    D
    E
    K
Mineral :
    Ca
    Fe
    P
85 kal – 233 kal
67,49% - 84,30%
0,27 gr – 1,7 gr
6,5 gr – 25,18 gr
5,56 gr – 8 gr
0,70 gr – 1,4 gr

0,13 mg – 0,51 mg
0,025 mg – 0,12 mg
0,13 mg – 0,23 mg
0,79 mg – 2,16 mg
0,45 mg
2,3 mg – 37 mg
0,01 mg
3 mg
0,008 mg

10 mg
0,9 mg
20 mg

            Tumbuhan alpukat, terutama bagian daun, memiliki rasa pahit dan kelat. Kulit ranting mengandung beberapa zat kimia di antaranya minyak terbang, seperti methylehavikol, alphapinene, tanin, dan flavonoid. Daging buah mengandung lemak jenuh, protein, sesqueterpenes, vitamin A, B1, dan B2.
           
            Banyak orang masih sering salah sangka dengan kandungan gizi alpukat, lantaran sangat berlemak. Alpukat memang memilkiki kadar lemak tinggi diantara semua jenis buah-buahan. Namun total kalorinya tidaklah tinggi karena kandungan karbohidratnya terbatas. Lemak alpukat termasuk lemak tak jenuh tunggal, sehingga tidak akan menyebabkan naiknya berat badan. Satu buah alpukat mengandung nutrisi kalsium 23 mg, fosfor 95 mg, zat besi 1,4 mg, sodium 9 mg, potassiummm 1,368 mg, vitamin A 660 Iu, niacin 8,6 mg dan vitamin C 82 mg.

            Alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya lemak. Kadarnya lebih dari dua kali kandungan lemak durian. Walaupun demikian, lemak alpukat termasuk lemak sehat, karena didominasi asam lemak tak jenuh tunggal oleat yang bersifat antioksidan kuat. Lemak alpukat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menaikkan kolesterol baik (HDL), sehinggasecara nyata menekan resiko stroke dan serangan jantung. Kemampuan ini diperkuat oleh kandungan betakaroten, klorofil, vitamin E dan vitamin B kompleks yang banyak terdapat di dalam alpukat. Alpukat kaya mineral kalium, tetapi rendah kandungan natriumnya. Perbandingan ini mendorong suasana basa di dalam tubuh kita. Berkurangnya keasaman tubuh akan menekan munculnya penyakit akibat kondisi tubuh terlalu asam.


BOTANI TANAMAN

            Sistematika tanaman alpukat ( Persea americana  Mill atau Persea gratissima Gaertn )
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Laurales
Family             : Lauraceae
Genus              : Persea
Spesies            : Persea americana Mill
                          Persea gratissima Gaertn     

            Akar merupakan akar tunggang yang pertumbuhannya cepat. Akar tunggang mempunyai akar pokok yang tumbuh lurus ke dalam tanah, dan tumbuh cabang akar. Cabang akar bercabang-cabang lagi dan cabang yang paling akhir umumnya lembut dan tipis (rambut akar). Panjang cabang akar 3 – 4 meter.

            Tinggi batang > 20 m, kecuali yang berasal dari bibit hasil okulasi. Pada batang terdapat daun berbentuk tunggal dan tersusun dalam bentuk spiral. Batang bercabang rendah.

            Daun merupakan daun tidak lengkap ( terdiri dari : tangkai & helaian, tanpa upih dan pelepah daun ). Berwarna hijau atau hijau tua, berbentuk runcing sampai agak melebar, panjang 10 – 20 cm. Daun satu dengan yang lain sedikit berjarak dan daun teratur pada batang.

            Temasuk bunga lengkap berkelamin dua ( memiliki benang sari dan putik ), tumbuh tersusun dalam malai pada tunas pucuk tapi penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi. Bunga tergolong kecil berdiameter 0,5 cm – 1,5 cm. Sistem pembungaan alpukat :
Tipe A
            Hari I ( pagi ) bunga berfungsi sebagai bunga betina. Saat ini putik siap menerima serbuk sari, tapi benang sarinya belum masak. Hari II ( siang ), bunga berfungsi sebagai bunga jantan. Saat ini serbuk sari masak, tapi putik sudah tidak mau membuka lagi.
Tipe B
            Hari I ( pagi ), bunga berfungsi sebagai bunga jantan. Saat ini benang sari masak, namun putiknya belum siap menerima tamu ( menutup ). Hari II ( siang ), bunga berfungsi sebagai bunga betina. Saat ini putik terbuka, dan serbuk sari tidak siap membuahi.

            Bentuk buah ada yang panjang, ada yang bundar. Kulitnya bermacam-macam dari yang tipis dan halus sampai kasar, tebal, dan keras.

            Biji berkeping dua. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Bagian bawah biji agak rata dan membulat atau melonjong. Di bagian bawah ini terdapat semacam urat yang berhubungan dengan daging buahnya.


SYARAT TUMBUH


Keadaan Iklim

            Cahaya matahari berkisaran 40% - 80%. Toleran dengan cahaya 80% atau lebih rendah ( var. dataran rendah ). Toleran dengan cahaya 40% atau lebih ( var. dataran tinggi ). Cahaya matahari langsung, terbuka penuh.

            Angin diperlukan dalam proses penyerbukan. Kecepatan angin 62,4 km/jam – 73,6 km/jam dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman.

            Tanaman alpukat dapat bertoleransi pada suhu tidak lebih dari 30 oC ( dat. rendah ); tidak lebih dari 15 oC ( dat. tinggi ).

            Curah hujan 1500 – 3000 mm/tahun. Tipe curah hujan pada tanaman alpukat :
Tipe A : 12 b.b dan 0 b.k
Tipe B : < 9 atau 12 b.b dan 1 – 2 atau 2 – 4 b.k
Tipe C : 5 – 6 b.b dan 5 – 6 bk
Bulan basah ( b.b ) : bila curah hujan lebih dari 100 mm/bulan.
Bulan kering ( b.k ): bila curah hujan di bawah 100 mm/bulan.        

Keadaan Tanah

            Ketinggian tempat 0 m – 2000 m dpl. Paling cocok ditanam pada ketinggian antara 200 – 1000 m dpl. pH tanah : 5,5 – 6,5.

            Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, remah berhumus, tidak kedap air, dan drainase baik.


RAS ALPUKAT

            Tanaman alpukat dikelompokkan menjadi tiga tipe keturunan atau tiga Ras. Masing – masing ras Meksiko, ras Guetamala, dan ras Hindia Barat. Sifat atau tipe masing – masing ras diuraikan berikut ini:

Ras Meksiko

            Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis (2.400 - 2.800 m dpl). Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan.Buah kecil dengan berat 100 - 225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.

Ras Guatemala

            Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis ( 800 - 2.400 m dpl). Kurang tahan terhadap suhu dingin ( toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200 - 2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar ( berbintil-bintil ). Masak buah antara 9 - 12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.

Ras Hindia Barat

            Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400 - 2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6 - 9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.



VARIETAS ALPUKAT

            Antara tahun 1920 – 1930 dalam usaha memperbaiki kesehatan gizi masyarakat, pemerintah telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikt. Varietas – varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua yaitu varietas unggul dan varietas lainnya.
Varietas Unggul
1.      Alpukat Ijo Panjang
2.      Alpukat Ijo Bundar
Varietas Alpukat Lainnya
1.      Alpukat Merah Panjang
2.      Alpukat Merah Bundar
3.      Alpukat Dickinson
4.      Alpukat Butler
5.      Alpukat Winslowson
6.      Alpukat Benik
7.      Alpukat Puebla
8.      Alpukat Fuerte
9.      Alpukat Collinson
10.  Alpukat Waldin
11.  Alpukat Ganter
12.  Alpukat Mexicola
13.  Alpukat Duke
14.  Alpukat Ryan
15.  Alpukat Leucadia
16.  Alpukat Queen
17.  Alpukat Edranol

Varietas Unggul

Alpukat Ijo Panjang
Tinggi pohon               : 5 m – 8 m
Tajuk pohon                : jorong ke atas, 6 m x 7 m
Bentuk percabangan   : banyak, horizontal cenderung ke atas
Letak daun                  : agak tegak
Permukaan daun         : licin
Bentuk daun               : bulat panjang dengan tepi rata
Ukuran daun               : 7,5 cm x 16,5 cm
Panjang tangkai daun  : 3 cm
Warna tandan bunga   : hijau muda
Warna bunga               : hijau kekuningan
Berbuah                       : terus-menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah
Kerontokan buah        : sedikit
Berat buah                   : 0,3 kg – 0,5 kg
Bentuk buah                : bentuk pear (pyriform)
Kulit buah                   : hijau licin berbintik kuning, tebal 1,5 mm
Ujung buah                 : tumpul
Pangkal buah               : mengecil (meruncing)
Warna buah muda       : hijau muda
Warna buah masak      : hijau tua kemerahan
Daging buah                : kuning
Rasa buah                    : enak, gurih, agak lunak
Tebal daging buah       : tebal
Diameter buah             : 6,5 cm–10 cm (rata-rata 8 cm)
Panjang buah               : 11,5 cm–18 cm (rata-rata 14 cm)
Bentuk biji                  : jorong
Ukuran biji                  : 4 cm x 5,5 cm
Hasil                            : 40 kg–80 kg per pohon per  tahun (rata-rata 50 kg)

Alpukat Ijo Bundar
Tinggi pohon               : 6 m–8 m
Tajuk pohon                : melebar ke samping 9,5 m x 10 m
Bentuk percabangan   : banyak, mendatar
Letak daun                  : agak tegak
Permukaan daun         : agak kasar
Bentuk daun               : bulat panjang dengan tepi berombak
Ukuran daun               : 6,5 cm x 15 cm
Panjang tangkai daun  : 2,5 cm
Warna tandan bunga   : hijau muda
Warna bunga               : hijau kekuningan
Berbuah                       : terus-menerus, tergantung kepada lokasi dan kesuburan                                            lahan
Kerontokan buah        : sedikit
Berat buah                   : 0,3 kg – 0,4 kg
Bentuk buah                : lonjong (oblong)
Kulit buah                   : permukaan licin, berbintik kuning, tebal 1mm
Ujung buah                 : bulat
Pangkal buah               : tumpul
Warna buah muda       : hijau muda
Warna buah masak      : hijau tua
Daging buah                : kuning kehijauan
Rasa buah                    : enak, gurih, agak kering
Daging buah                : tebal
Diameter buah             : 7,5 cm
Panjang buah               : 9 cm
Bentuk biji                  : jorong
Ukuran biji                  : 4 cm x 5,5 cm
Hasil                            : 20 kg – 60 kg per pohon per  tahun (rata-rata 30 kg)

Varietas Alpukat Lainnya

Alpukat Merah Panjang

            Sangat kecil disukai, berbentuk bulat lonjong. Berat rata-rata lebih kurang 340 gr. Kulit licin, tidak tebal, berwarna hijau kekuningan. Daging buah tebal, rasanya gurih enak. Biji tergolong besar, berukuran 5 cm x 3,5 cm. Produksi buah tergolong tinggi, daya simpan buah baik.
Alpukat Merah Bundar

            Buah berbentuk bulat dan cukup disukai. Buahnya tergolong kecil, rata -rata sebesar 290 gr. Kulit buah licin, tipis, dan berwarna hijau kekuningan. Daging buah tebal, agak berair, rasanya gurih. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 4 cm. Produksi buah tinggi, daya simpan buah baik.

Alpukat Dickinson

            Ditemukan dari ras Guatemala. Buah berbentuk bulat, ukuran kecil, dan berat rata-rata 390 gr. Kulit buah tebal ( 2mm ), kasar, berbintik-bintik, berwarna hijau tua. Daging buah tebal dan kering sehingga sangat disukai. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 4 cm. Produksi buah tinggi, daya simpan buah baik.

Alpukat Butler

            Ditemukan dari ras Hindia Barat. Bentuk buah bulat kecil dengan berat rata-rata 350 gr. Kulit buah tebal ( 1,5 mm ), licin, berwarna hijau kekuningan, dan berbintik-bintik. Daging buah tebal, gurih, dan agak berair. Cukup disukai. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 4 cm. Produksi buah tergolong sedang, daya simpan buah baik.

Alpukat Winslowson

            Tergolong ras Guatemala dan sangat disukai. Buah berbentuk bulat, berukuran sedang, dan berat buah rata-rata 500 gr. Kulit buah tebal, kasar, dan berwarna hijau tua. Daging buah tebal, gurih, dan agak manis. Biji tergolong besar, berukuran 5 cm x 6 cm. Produksi buah sedang, daya simpan buah cukup baik
Alpukat Benik

            Tergolong ras Guatemala yang cukup disukai. Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, dengan berat rata-rata 430 gr. Kulit buah licin, berwarna hijau kehitaman dengan bintik-bintik, dan ketebalan kulit sedang. Daging buah tebal, gurih, dan kurang berair. Biji tergolong besar dengan ukuran 5 cm x 5 cm. Produksi buah tinggi, daya simpan buah cukup baik.

Alpukat Puebla

            Tergolong ras Meksiko dan sangat disukai. Buahnya berbentuk bulat, ukuran kecil, berat rata-rata 220 gr. Kulit buah licin, tipis, berwarna hijau. Ketebalan daging buahh sedang dan cukup gurih rasanya. Biji tergolong besar, berukuran 4,5 cm x 5 cm. Produksi buah sedang, daya simpan buah tergolong jelek.

Alpukat Fuerte

            Cukup disukai. Bentuk bulat, lonjong, berat buah rata-rata 250 gr, Kulit buah tebal ( 1,5 mm ), agak kasar, berbintik-bintik, dan berwarna hijau tua. Daging buah tebal dan gurihh rasanya. Biji tergolong besar, berukuran 5 cm x 4 cm. Produksi buah sedang, daya simpan buah cukup baik.

Alpukat Collinson

          Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, berat rata-rata 210 gr. Kulit buah tipis, licin, berwarna hijau kekuningan, dan berbintik-bintik jelas. Daging buah tebal, gurih, dan manis. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 6 cm. Produksi buah sedang, dan daya simpan buah tergolong jelek.
Alpukat Waldin

            Tergolong ras Hindia Barat yang cukup disukai. Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, berat rata-rata 230 gr. Kulit buah tipis, halus, berwarna hijau kekuningan. Daging buah tebal, gurih, dan agak berat. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 6 cm. Produksi buah rendah dan daya simpan buah jelek.

Alpukat Ganter

            Tergolong ras Meksiko yang cukup disukai. Bentuk buah bulat, berukuran kecil, berat rata-rata 110 gr. Kulit buah halus, tipis ( 1 mm ), berwarna hijau, berbintik jelas. Daging buah tipis, rasanya gurih. Biji tergolong besar, berukuran 4,5 cm x 4,5 cm. Produksi buah rendah, daya simpan buah jelek.

Alpukat Mexicola

            Dari ras Mexico ini kurang disukai. Bentuk buah bulat lonjing, berukuran kecil, berat rata-rata 70 gr. Kulit buah licin, tipis, berwarna hijau berbintik-bintik. Daging buah tipis dan agak berbau. Biji tergolong kecil, berukuran 3,5 cm x 3,5 cm. Produksi buah sedang, dan daya simpan buah jelek.

Alpukat Duke

            Dari ras Meksiko, dan kurang disukai. Buahnya kecil, berbentuk bulat lonjong, berat rata-rata 150 gr. Kulit buah licin, tipis, berwarna hijau kecoklatan, dan berbintik-bintik. Daging buah tipis, dan rasanya hambar. Biji tergolong kecil, berukuran 4 cm x 3 cm. Produksi buah tergolong tinggi, daya simpan buah jelek.
Alpukat Ryan

            Dari ras Guatemala ini cukup disukai. Buah kecil, hanya 220 gr, berbentuk bulat lonjong. Kulit buah tipis dan kasar berbintik-bintik. Ketebalan daging buah sedang, dan rasanya gurih. Biji tergolong besar, berukuran 4,5 cm x 5 cm. Produksi buah rendah dan daya simpan buah jelek.

Alpukat Leucadia

            Berbentuk bulat lonjong, kecil, hanya 230 gr, tetapi cukup disukai. Kulit buah licin berbintik-bintik, berwarna hijau agak kehitaman, dan tebalnya sedang. Daging buah tebal, rasanya gurih, dan agak berair. Biji besar, berukuran 5 cm x 5 cm. Produksi buah sedang dan daya simpan buah baik.

Alpukat Queen

            Cukup disukai dan buah berbentuk bulat lonjong, berukuran sedang, dengan berat rata-rata 580 gr. Kulit buah berwarna hijau tua, tebal, dan kasar berbintik-bintik. Daging buah tebal, rasanya gurih sedikit hambar. Biji besar dan berukuran 5 cm x 4,5 cm. Produksi buah dan daya simpan buah sedang.

Alpukat Edranol

            Dari ras Guatemala dan cukup disukai. Buahnya berbentuk bulat lonjong, kecil, dengan berat rata-rata 300 gr. Kulit buah berwarna hijau tua, tipis, agak kasar dengan bintik-bintik. Daging buah tebal, gurih, dan agak berair. Biji tergolong kecil, berukuran 3,5 cm x 5 cm. Produksi buah tergolong tinggi, dan daya simpan buah sedang.

Standarisasi buah alpukat yang disukai di pasaran internasional:
ž  Besar buah berkisar antara 170 – 300 gr
ž  Buah berbentuk pear (pyriform) sehingga mudah untuk dikemas
ž  Kulit buah berwarna hijau gelap
ž  Biji berukuran kecil memenuhi rongga biji sedangkan kulit biji melekat pada biji. Berat biji sebaiknya 12% dari berat buah dan memenuhi rongga biji
ž  Kulit buah licin, tebalnya sedang, dan bila masak mudah dikelupas
ž  Daging buah berwarna hijau kekuningan, tidak berserat dan mengandung lemak 16 – 22 %
ž  Aroma buah semerbak, memiliki rasa seperti kacang, tidak manis dan pahit serta berminyak
ž  Buah memiliki kualitas dan daya simpan baik, bila masak merata lunaknya. Di belah daging buah tetap segar dan menarik selama beberapa jam


PERBANYAKAN TANAMAN ALPUKAT

            Perbanyakan tanaman alpukat dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.

Perbanyakan Secara Generatif

            Perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan melalui biji. Biji terbentuk oleh adanya persatuan atau pembuahan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina di dalam kandung bakal biji ( ovulum ).  Tanaman alpukat asal biji akan tumbuh tegak meninggi mencapai ketinggian 15 m – 20 m baru akan berbuah dan menghasilkan setelah brumur 8 - 10 tahun.

            Tanaman alpukat asal biji tidak memiliki kepastian genetik, dan sifatnya tidak akan sama dengan induknya. Oleh karena itu, biji jarang digunakan sebagai bibit. Biji hanya digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan vegetatif .

Perbanyakan Secara Vegetatif

1. Perbanyakan Cara Enten
    a. Cara sambung celah pada b.b berumur 3 bulan
1.      b.a dipotong ± 10 cm, seluruh daun dibuang kecuali daun pucuk. b.a disayat kiri kanan 2 cm sehingga membentuk baji.
2.      b.b dipotong pucuknya sehingga tinggal ± 10 cm tingginya.
3.      b.b dibelah dua lurus sepanjang ± 2,5 cm.
4.      b.a diselipkan diantara belahan b.b, lalu diikat dengan tali plastik.
5.      Sambungan enten ini ditutup dengan kantong plastik.
 b. Cara sambung siku
1.      b.a dipotong ± 10 cm, seluruh daun dibuang, kecuali daun pucuk.
2.      Bagian bawah b.a dibelah sepanjang 2 cm, sebagian celah sebelah kiri dibuang dengan disayat lurus, lalu membentuk sambungan siku.
3.      Bagian atas b.b dipotong pucuknya hingga tinggal ± 10 cm tingginya, lalu dibelah sepanjang 2 cm. belahan bagian kanan dibuang sehingga berbentuk siku.
4.      Bentuk siku b.a dipersatukan dengan bentuk siku b.b, lalu diikat dengan tali rafia.
5.      Sambungan enten ini ditutup dengan kantung plastik.

  c. Cara sambung samping
1.   b.a dipotong ± 10 cm, seluruh daun dibuang, kecuali daun pucuk, bagian bawah b.a, sepanjang 2 cm, kiri kanannya dibuang sehingga membentuk taji.
2.   b.b tidak dipotong, hanya dibuat celah disamping sepanjang 2,5 cm pada ketinggian 10 cm dari tanah.
3.   b.a yang terbentuk baji disisipkan ke dalam celah samping tersebut, lalu diikat dengan tali rafia.
4.   Setelah sebulan pucuk b.b sudah dapat dipotong.

     d. Cara sambung celah pada b.b berumur 5 - 6 bulan
1.   b.a disiapkan sepanjang 5 cm – 8 cm, besarnya sama dengan b.b, daun dibuang, kecuali daun pucuk. Bagian bawah cabang di kiri kanan disayat menjadi bentuk baji.
2.   b.b dipotong pucuknya, tinggal ± 13 cm dari tanah, dibelah dua sepanjang 2,5 cm, dua daun bagian bawah ditinggalkan.
3.   b.a diselipkan pada b.b, lalu diikat dengan tali rafia. Daun bagian bawah yang ditinggalkan digunakan untuk membungkus cabang enten.

2.  Perbanyakan Cara Okulasi
         Cara ini dilakukan pada b.b berumur 9 – 10 bulan, dengan cara forkert yang diperbaiki (modified Forkert method) atau disebut cara Cokro (nama penemu).

         Okulasi menurut cara Cokro dilakukan sebagai berikut:
1.      Tempat mengokulasi 10 cm diatas tanah, dan bebas dari percikan air hujan. Kulit batang pangkal pohon disayat melintang hingga bagian kayunya, kemudian kulit batang ini dikelupas ke bawah hingga 2 cm – 3 cm. lidah kulit batang yang dikelupas ini dipotong 2/3nya.
2.      Mata tempel atau mata okulasi tidak bertangkai daun disayat berikut kayunya dari atas ke bawah atau ke arah badan.
3.      Kayu tunas mata okulasi dikupas atau dikelentik pelan-pelan agar tidak merusak kehidupan mata tempel.
4.      Kulit kayu yang mengandung mata tempel diselipkan di antara lidah kulit b.b, lalu diikat dengan melilitkan rapat tali rafia, tanpa menutupi mata tempel.
5.      Setelah ± 3 minggu, biasanya mata tempel telah melekat/menyatu dengan batang b.b. Namun, tali pengikat mata tempel tetap dibiarkan terikat sampai  4 – 6 minggu. b.b boleh digantung separuhnya dan dirundukkan, untuk mempercepat pertumbuhan mata tempel.
3.  Perbanyakan Cara Cangkok

        Pada kalus terbentuk bintil-bintil akar atau akar rudimen atau akar yang belum berakar. Bila di bawah kalus ini dibuat lagi sayatan cangkok untuk kedua kalinya dan media cangkok diganti baru, bintil-bintil akar ini akan tumbuh membentuk akar. Dengan demikian, cangkokan alpukat akan diperoleh.

        Jadi, tanaman alpukat bisa diperbanyak secara cangkok. Akan tetapi, untuk menumbuhkan akar harus dilakukan pencangkokan ulang untuk kedua kalinya.



BUDIDAYA ALPUKAT

            Bercocok tanam alpukat sama seperti bercocok tanam tanaman buah lainnya. Bahkan karena mudahnya, dibiarkanpun alpukat dapat tumbuh dengan baik. Masyarakat pada umumnya menanam dengan tidak sengaja. Kalaupun sengaja dilakukan secara sembarangan. Tanaman alpukat tidak memerlukan suatu pemeliharaan yang khusus asal tanahnya cocok, hasil yang didapat cukup memuaskan. Budidaya tanaman alpukat dapat dilakukan sebagai berikut:

Pembibitan

1)  Persyaratan Bibit
                Bibit yang baik antara lain yang berasal dari:
  1. Buah yang sudah cukup tua.
  2. Buahnya tidak jatuh hingga pecah ( dalam keadaan sehat ).
  3. Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.
  4. Berasal dari varietas yang baik atau unggul.
  5. Berasal dari perbanyakan okulasi atau sambung  pucuk
2)  Penyiapan Bibit
                 Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif  ( melalui biji ) dan vegetatif ( penyambungan pucuk / enten dan penyambungan mata / okulasi ).
                Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah ( 6 - 8 tahun ) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah ( 1 - 4 tahun ) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.

Persiapan Lahan

            Alang-alang atau tanaman lain dicabut atau ditebang sampai akar - akarnya. Tanah yang bersih segera dibajak/dicangkul dengan kedalaman cukup. Agar tanah gembur dan terjadi pertukaran udara di dalam tanah

            Daerah lubang tanam yang terdapat batu cadasnya dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan akar.

Aturan Penanaman

            Untuk penanaman dengan bentuk bujursangkar hanya dapat ditanami 100 pohon untuk 1 ha dengan jarak tanam 10 m. Untuk penanaman dengan bentuk segitiga dapat mencapai 112 pohon untuk 1 ha dengan jarak tanam yang sama. Kedua bentuk hanya dapat diterapkan di lahan datar. Penanaman di lahan miring harus sesuai dengan garis kontur. Lahan dibuat teras-teras untuk mencegah erosi.

Lubang Tanam

            Lubang tanam dibuat sekitar 10 – 12 m. Langkah-langkah membuat lubang tanam :
1.      Tanah digali dengan ukuran panjang. lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm
2.      Sewaktu penggalian, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan. Dibiarkan terbuka ± 2 minggu
3.      Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Sebelum dimasukkan tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang
4.      Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi air untuk memudahkan mengingat letak lubang tanam.

Penanaman

            Waktu penanaman yang tepat : awal musim hujan ( untuk mengurangi penyiraman ) dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak mengalami penurunan ( agar bibit yang telah tertanam tidak lagi bergerak ).

            Tahap-tahap penanaman :
1.      Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar polibag/keranjang wadah bibit
2.      Bibit dikeluarkan dari keranjang/polibag. Caranya gunting ranjang/polibag dari atas ke bawah, terus melingkar sampai ke sisi lain. Kemudian bibit dikeluarkan dengan hati-hati.
3.      Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang dan ditimbun. Bagian bibit yang terpendam dalam tanah hanya sebatas leher akar.
4.      Setiap bibit lebih baik diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai bibit benar-benar telah tumbuh, dengan ciri-ciri tumbuhnya tunas-tunas baru atau kira-kira 2 – 3 minggu.

Pemeliharaan

Penyiraman : bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, untuk itu penyiranam setiap hari ( pagi atau sore ).
Penyiangan : mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.
Penggemburan : karena penyiraman setiap hari, tanah akan semakin padat, dan udara di dalamnya semakin sedikit. Maka tanah disekitar tanaman digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.


Pemangkasan


            Ada beberapa macam :

Pemangkasan bentuk

            Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mendapatkan bentuk keseluruhan dari tanaman. Dapat dipilih, bentuk tanaman yang dikehendaki berbatang pokok rendah/tinggi.
Tanaman berbatang pokok rendah dapat diperoleh dengan memangkasnya setelah tinggi tanaman sekitar 1 – 1,5 m.
Mendapatkan tanaman berbatang pokok tinggi, pemangkasan dilakukan setelah tinggi tanaman lebih dari 1,5 m, atau sesuai selera.

Pemangkasan pemeliharaan

            Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara agar tanaman tumbuh dengan baik, sehat, dan cepat berbuah.
            Cabang yang perlu dipangkas : cabang liar; cabang yang bergesekan; cabang yang tumbuh ke dalam; cabang yang terlalu panjang; cabang yang lemah, rusak, atau sakit; dan cabang bekas tangkai buah.

Pemangkasan peremajaan

            dilakukan dengan memangkas hampir semua bagian tanaman, hanya tersisa cabang primernya. Dilakukan awal musim hujan dan kira-kira 2 minggu setelah pemupukan.

Pemupukan

Untuk tanaman muda( 1 - 4 tahun ) :
            pupuk kandang           : 10 kg/pohon
            pupuk Urea                 : 0,27 – 1,1 kg/pohon
            pupuk TSP                  : 0,5 – 1 kg/pohon
            pupuk KCl                  : 0,2 – 0,83 kg/pohon
Untuk tanaman produksi ( > 5 tahun ) :
            pupuk kandang           : 10 kg/pohon
            pupuk Urea                 : 2,22 – 3,55 kp/pohon
            pupuk TSP                  : 3,2 kg/pohon
            pupuk KCl                  : 4 kg/pohon
            Pemberian pupuk yang baik pada saat menjelang musim hujan.
           
            Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Agar pupuk larut dalam air sehingga akar mudah menyerapnya.
           
            Cara pemberian pupuk :
o   Dibuat lubang melingkari tanaman sedalam 30 – 40 cm. Tepat dibawah tepi tajuk tanaman.
o   Pupuk disebar merata di dalam lubang.


HAMA DAN PENYAKIT

Hama

A.    Hama pada daun

      a.   Ulat kipat ( Cricula trisfenestrata Helf )
            Gejala              : daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan.
            Pengendalian   : menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.

      b.   Ulat kupu-kupu gajah ( Attacus atlas L. )
Gejala              : Sama dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun.
Pengendalian   : menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.

 c.  Aphis gossypii
Gejala              : Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin.
Pengendalian   : Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
d.  Kutu dompolan putih ( Pseudococcus citri Risso )
Gejala              : Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan lama kelamaan kering.
Pengendalian   : Disemprot dengan insektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi fomula.

 e.  Tungau merah ( Tetranychus cinnabarinus Boisd )
Gejala              : Permukaan daun berbintik-bintik kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok.
Pengendalian   : Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung bahan aktif dikofoldan, dengan dosis 0,6-1 liter/ha.

B. Hama pada buah

    a.  Lalat buah Dacus ( Dacus dorsalis Hend.)
Gejala                 : Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva.
Pengendalian      : Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter.
     b. Codot ( Cynopterus  sp. )
Gejala                 : Terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja.
Pengendalian      : Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.

C. Hama pada cabang/ranting

     Kumbang bubuk cabang ( Xyleborus coffeae Wurth )
Gejala                    : Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting yang dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati.
Pengendalian         : Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.

Penyakit

a.  Antraknosa
Penyebab               : Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
Gejala                    : Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur.
Pengendalian         : Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal ( sudah tua tapi belum matang ). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP.

b.   Bercak daun atau bercak cokelat
Penyebab               Cercospora purpurea Cke. / dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea ( Cke. ) Derghton.
Gejala                    : bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik -bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain.
Pengendalian         : Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.

c.   Busuk akar dan kanker batang
Penyebab               : Jamur Phytophthora
Gejala                    : Bila tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang.
Pengendalian         : drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yang menggenang / dengan membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti dengan tanaman yang baru.


d.   Busuk buah
Penyebab               : Botryodiplodia theobromae Pat.
Gejala                    : Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil.
Pengendalian         : Oleskan bubur Bordeaux / semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.



PANEN DAN PASCA PANEN

Panen

            Saat panen : dilakukan hanya pada buah yang sudah tua tetapi belum masak. Jangan terlalu awal dan jangan terlalu lambat.

            Untuk yang ditanam dari biji, buah mulai dihasilkan pada umur 6 – 10 tahun. Sedangkan yang berasal dari okulasi berbuah saat umur 4 – 6 tahun.

            Ciri-ciri buah tua tetapi belum masak :
1.      Warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat / merah dan tidak mengkilap
2.      Bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang tidak nyaring
3.      Bila buah digoyangkan, terdengar bunyi akibat tumbukan antara biji dan daging buahnya.

            Cara panen : sebaiknya dipetik menggunakan tangan, dapat juga dibantu dengan menggunakan alat.

            Hasil panen : satu pohon bisa menghasilkan  100 – 500 buah ( bila tidak ada gangguan ). Setiap buah memiliki berat 200 – 400 gr, bahkan mencapai 600 – 700 gr.

            Tingkat ketuaan buah alpukat dikelompokkan sbb :

Buah muda ( Immature fruit )
            Buah belum cukup umur ( < 6 bln setelah bunga mekar ), dan berwarna hijau muda. Buah akan masak tetapi tidak normal, kulit buah berkerut, tekstur daging buah kenyal, keras berserabut, rasa dan aroma buah hilang, bahkan ada rasa pahit.

Buah tua ( Mature fruit )
            Buah cukup umur untuk dipanen ( < 6-9 bln setelah bunga mekar ). Buah akan masak normal, rasa dan aroma optimal, kulit buah rata, licin.

Buah masak ( Ripe fruit )
            Buah tua masak sempurna, daging buah lunak, tidak berserat, berwarna kuning menarik, rasanya enak renyah serta beraroma optimal. Kulit buah dapat berwarna hijau atau merah.

Buah terlalu masak (Overripe fruit)
            Kulit dan daging buah sudah terlalu lunak dan bonyok. Pada kulit buah tampak bercak hitam lembek berair.

Pascapanen
            Penanganan pascapanen :
Pencucian : untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel dan dapat mengganggu kondisi buah.
Sortasi : memilih buah yang baik dan memenuhi syarat.
            Ciri buah yang layak diekspor :
1.      tidak cacat, kulit buah mulus tanpa bercak
2.      cukup tua tetapi belum matang
3.      ukuran buah seragam ( 1 kg terdiri dari 3 buah, atau isi 5 buah dalam 2 kg / setiap buah berbobot 400 gr )
4.      bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalahh berbentuk panjang / lonceng

Pemeraman
            Cara pemeraman umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni kemudian ujung karung diikat rapat-rapat. Setelah itu karung ini diletakkan pada tempat yang bersih dan kering.

Pengemasan
             Fungsi kemasan :
1.      Sebagai wadah/tempat
2.      Sebagai pelindung
3.      Sebagi faktor penunjang dalam penyimpanan dan transportasi
4.      Sebagai alat untuk bersaing dalam pemasaran
Syarat kemasan :
1.      Tidak toksik
2.      Menjamin isi bebas dari kerusakan fisik atau pengaruh bahan kimia
3.      Dapat mencegah pemalsuan
4.      Mudah dibuka dan ditutup
5.      Menjamin kemudahan dan keamanan dalam pengeluaran isi
6.      Menjamin kemudahan pembuangan kemasan bekas
7.      Ukuran, bentuk, dan berat kemasan sesuai isi
8.      Penampilan harus sesuai dengan negara/daerah tujuan
9.      Dapat mempertahankan cetakan label dan tambahan dekorasi
10.  Memenuhi syarat-shyarat khusus yang ditetapkan negara/daerah tujuan
            Kemasan di tingkat eksportir, menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat, Sebelum di masukkan ke dalam kotak karton, buah dibungkus kertas tissue. Kemudian diatur susunanya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton
Pengangkutan
Adapun syarat alat angkut :
  1. Suhu 7 – 9 oC
  2. Kelembaban antara 85 - 90 %
Penyimpanan
            Umur simpan sekitar 7 hari ( sejak petik sampai siap dikonsumsi ).
            Lama penyimpanan dapat diperlambat sampai 30 – 40 hari apabila disimpan dalam ruangan bersuhu 50 oC.
  

KESIMPULAN

1.    Ras alpukat dibagi 3, yaitu Ras Meksiko, Ras Guetamala, dan Ras Hindia Barat.
2.    Varietas alpukat dibagi 2 varietas unggul dan varietas lain. Varietas unggul berupa alpukat ijo panjang dan alpukat ijo bundar.
3.    Perbanyakan tanaman alpukat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif melalui biji. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara enten, okulasi, dan cangkok.
4.    Tahapan perbanyakan tanaman alpukat adalah pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.
5.    Tanaman menghasilkan buah dari biji pada umur 6-10 tahun, sedangkan dari okulsi 4-6 tahun.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.cahturqlho.wordpress.com, 2010. Berburu Ice Juice ( Seri Alpokat /Advokat ). Diakses tanggal 15 Mei 2010.

http://www.masjamal.blogdetik.com, 2010. Manfaat Daun Alpukat. Diakses pada  15 Mei 2010.

http://www.pusri.co.id, 2010. Alpukat. Diakses tanggal 10 Mei 2010.

http://www.soponyonopati.blogspot.com, 2010. Alpukat. Diakses tanggal 10 mei 2010.
                      
http://www.sovianchoeruman.wordpress.com, 2010. Alpukat yang Bermanfaat. Diakses tanggal 10 mei 2010.

http://www. yanaputra81.blogspot.com, 2010. Deskripsi Tanaman Alpukat dan Aren. Diakses tanggal 10 Mei 2010.

Kalie, M. B., 1997. Alpukat, Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.

Redaksi Agromedia, 2009. Buku Pintar Tanaman Buah Unggul Indonesia. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Rismunandar, 1990. Memperbaiki Lingkungan Dengan Bercocok Tanam    Jambu Mede dan Advokat. Sinar Baru, Bandung.

Sunarjono, H. H., 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tim Penulis PS, 1997. Alpukat. Penebar Swadaya, Jakarta.