tag:blogger.com,1999:blog-48320493547980879322024-02-20T05:44:37.833-08:00jurnal, paper, tugas, laporanberisi tentang jurnal, paper, tugas, dan laporan yang dikerjakan oleh mahasiswa/i agronomi fakultas pertanian universitas sumatera utara terutama mahasiswa/i agronomi stambuk 2007arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.comBlogger51125tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-82705396449711691252011-04-01T04:21:00.000-07:002011-04-01T04:21:31.426-07:00NANAS (Ananas comosus) Sebagai OBAT SEMBELIT<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 32px;"><u><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA;">Budidaya Nanas (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ananas comosus</i>)</span></u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA;">Buah nenas (Ananas comosus) muda mempunyai mata berwarna kelabu atau hijau muda, kelopak kecil-kecil yang menutupi separuh dari mata dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berwarna kelabu keputih-putihan sehingga buah tampak kelabu. Apabila buah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>telah tumbuh maksimal (tua atau mature) dan sejalan dengan proses pematangan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>maka warnanya berubah. Warna mata pada buah nenas<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>red<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Spanish menjadi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>cokelat kemerahan, kuning atau oranye muda. Untuk jenis smooth cayenne seperti <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nenas Palembang warnanya kuning muda atau kuning emas.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tanaman tahan terhadap tanah asam yang mempunyai pH 3-5, tetapi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>paling baik adalah pH tanah antara 5-6,5. Oleh karena itu, tanaman nenas bagus <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pula dikembangkan di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lahan gambut . Tanaman nenas dapat tumbuh di tempat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terbuka, tetapi dapat pula tumbuh subur di tempat ternaungi pohon besar. Namun, di tempat terbuka yang mendapat sinar matahari terik, buahnya sering hangus.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Di daerah beriklim kering (4-6 bulan kering), tanaman ini masih mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanah antara 50-150cm. Hal ini disebabkan akarnya dangkal, tetapi tanaman mampu menyimpan air <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Aktivitas enzim bromelin ditentukan berdasarkan metode Murachi dengan menggunakan substrat kasein. Sebanyak 0,5 ml kasein (10mg/ml) direaksikan dengan 0,5 ml enzim dan 8 ml larutan buffer fosfat. Untuk mendapatkan kondisi optimum aktivitas enzim, maka dibuat variasi suhu, pH, serta lama inkubasi terhadap aktivitas enzim. Setelah diinkubasi, ke dalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>campuran reaksi ditambahkan 1 ml larutan asam trikloroasetat 30%. </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA;">Panaskan lagi pada suhu yang sama selama 30 menit. Protein yang terkoagulasi dipisahkan dengan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kertas filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 280 nm. Sebagai kontrol digunakan enzim yang telah dimat ikan aktivitasnya melalui pemanasan. Unit aktivitas<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dinyatakan dalam 1 mikro mol tirosin yang dihasilkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>per ml enzim dalam15 menit pada kondisi percobaan. Untuk mengetahui jumlah tirosin yang dihasilkan digunakan kurva standar tirosin.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dari proses isolasi enzim bromelin dari bonggol nenas diperoleh ativitas enzim sebesar 107,80 unit/ml pada kondisi pH 7,5, suhu 55<sup>0</sup>C dengan lama inkubasi 15 menit. Dari proses imobilisasi enzim bromelin dengan menggunakan kkaragenan sebagai matriks polimer diperoleh aktivitas enzim 26 unit/ml pada kondisi pH 7,5 suhu 60<sup>0</sup>C dengan lama inkubasi 15 menit.Teknologi imobilisasi dapat meningkatkan difat termostabil dari enzim bromelin. Enzim imobil mempunyai kemampuan untuk digunakan secara berulang<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Analisis mengenai pengaruh variasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>konsentrasi NaCl (0,0%, 5,0%, 10,0%, 15,0% <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan 20,0% b/b) terhadap hidrolisis protein ikan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lemuru menunjukkan bahwa kondisi optimum <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hidrolisat tercapai pada konsentrasi NaCl 15,0% <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>b/b. Hidrolisat protein ikan tersebut<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengandung protein terlarut sebesar 4,23%<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan berat molekul kurang dari 14,2 x 10 3 Da,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan derajat hidrolisis yang dimiliki sebesar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>33,48%.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><u><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;">Manfaat Nenas (Ananas comosus) untuk Kesehatan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI; mso-bidi-language: AR-SA;">Nenas memiliki segala macam manfaat. Berdasarkan kandungan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nutrisinya, ternyata kulit buah nenas mengandung karbohidrat dan gula yang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>cukup tinggi. </span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;">Kulit nenas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat kandungan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nenas yang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>salah satunya etanol melalui proses fermentasi.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Efek farmakologis dan hasil <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penelitian terhadap pengaruh penambahan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sari buah nenas terhadap mutu susu sapi telah dilakukan. Ternyata, pada penambahan 3,4 ml sari buah nenas diperoleh <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>populasi bakteri terendah, yaitu 37,60x 10' sel/ml dan kadar lemak tertinggi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>7,594%. Pada penambahan 3,2 ml sari buah nenas diperoleh kadar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>protein <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tertinggi 19,138%.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Nanas memang berpotensi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi tanaman obat. Menurut <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dr Setiawan Dalimartha <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dalam bukunya yang berjudul, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Atlas Tumbuhan Obat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Indonesia”, enzim bromelain <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dalam buah nanas berkhasiat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagai antiradang, membantu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melunakkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>makanan di <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lambung, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengganggu <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pertumbuhan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sel kanker, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan mencegah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terjadinya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penggumpalan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>darah (blood <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>coagulation). Kandungan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>serat nanas yang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>cukup tinggi, cocok mengobati <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sembelit. Makan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>buah nanas, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sama artinya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengonsumsi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>obat pencahar <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(konstipasi). Efeknya, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>buang air besar yang tadinya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tersendat, menjadi lancar <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kembali. Nanas juga cukup <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>baik dikonsumsi oleh orangorang yang sedang sakit. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dalam nanas terkandung zatzat yang dapat meningkatkan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penyerapan obat ke dalam <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tubuh. Nanas merupakan buahbuahan yang mengandung <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>banyak vitamin dan berfungsi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagai tanaman obat. Selain <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>vitamin A, vitamin C, kalsium, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>magnesium, natrium, kalium, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>fosfor, dekstrosa, sukrosa, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>juga enzim bromelain. Enzim <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bromelain dalam nanas, selain<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berkhasiat untuk antiradang, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>juga membantu pencernaan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di lambung, menghambat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pertumbuhan sel kanker, dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mencegah penggumpalan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>darah. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kandungan serat dalam <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nanas terbilang tinggi dan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>cocok sebagai obat untuk <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sembelit sehingga nanas dapat menjadi obat pencahar bagi mereka yang sulit buang air besar. Nanas juga baik dikonsumsi saat sedang sakit karena dalam nanas <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terkandung zat-zat yang dapat membantu menyerap obat ke dalam tubuh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;">Sembelit<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="SV" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;">Pilih 3 buah nanas yang belum masak. Kupas dan cuci bersih. Parut atau jus, kemudian peras airnya. Minum air perasan nanas 2 kali sehari setelah makan. Masing-masing setengah gelas. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: list 18.0pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="SV" style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-family: Wingdings; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Wingdings;"><span style="mso-list: Ignore;">§<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;">Cuci bersih 300 gram buah papaya, 200 gram nanas setengah matang, lalu haluskan dengan blender, tambahkan air sebanyak 200 mL.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;"> </span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;">KESIMPULAN</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA;">buah nanas berkhasiat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagai antiradang, membantu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>melunakkan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>makanan di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lambung,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengganggu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pertumbuhan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sel kanker,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan mencegah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terjadinya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penggumpalan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>darah (blood<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>coagulation). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA;">Kandungan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>serat nanas yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>cukup tinggi,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>cocok mengobati<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sembelit. Makan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>buah nanas,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sama artinya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengonsumsi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>obat pencahar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(konstipasi).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-font-weight: bold; mso-bidi-language: AR-SA;">obat untuk semebil yaitu </span><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA;">cuci bersih 300 gram buah papaya, 200 gram nanas setengah matang, lalu haluskan dengan blender, tambahkan air sebanyak <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>200 mL<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: PT-BR; mso-bidi-language: AR-SA;">Dari proses isolasi enzim bromelin dari bonggol nenas diperoleh ativitas enzim sebesar 107,80 unit/ml pada kondisi pH 7,5, suhu 55<sup>0</sup>C dengan lama inkubasi 15 menit.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">.</span><span lang="SV" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV; mso-bidi-language: AR-SA;"><o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: SV;"><o:p> </o:p></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;"> </span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">Anonimous, 2008. Nanas, Pelangsing tubuh. </span><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: PT-BR;">Diakses dari </span><span lang="PT-BR" style="mso-ansi-language: PT-BR;">http://www.fk.undip.ac.id.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="PT-BR" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: PT-BR;">Hadju, V., 2010. </span><span lang="SV" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: SV;">Nanas Menghambat Serbuan Penyakit Serius. Koran Juni 2010. </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: FI;">Diakses dari http://www.fajar.co.id.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;"><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: FI;">Handayani, W., A. A. I. Ratnadewi, dan A. B. Santoso, 2007. Pengaruh Variasi Konsentrasi Sodium Klorida terhadap Hidrolisis Protein <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker, 1853) oleh Protease Ekstrak <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Nanas (Ananas comosus [L.] Merr. var. Dulcis) Jurnal<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Teknologi Proses <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Media Publikasi Karya Ilmiah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Teknik Kimia <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>6(1) Januari 2007: 1 – 9. ISSN 1412-7814 <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;"><span lang="ES" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: ES;">Sebayang, F., 2006. Pengujian Stabilitas Enzim Bromelin Yang Diisolasi Dari Bonggol Nanas Serta Imobilisasi Menggunakan Kappa Karagenan. </span><span lang="FI" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: FI;">Jurnal Sains Kimia Vol. </span><span lang="ES" style="font-family: "Times New Roman","serif"; mso-ansi-language: ES;">10, No.1, 2006: 20–26.</span></div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-32509995841489769942011-04-01T04:18:00.000-07:002011-04-01T04:18:10.631-07:00KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack.) SEBAGAI OBAT LUKA TERPUKUL (MEMAR)<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 32px;"><span lang="FI" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> Tumbuhan kemining (<i>Murraya paniculata </i>(L) Jack) merupakan tumbuhan hutan, tumbuh di semak belukar atau ditanam<i> </i>orang sebagai perdu hias. Tumbuhan kmuning<i> </i>(<i>Murraya paniculata </i>(L) Jack) tumbuh kira-kira<i> </i>sampai setinggi 400 m di atas permukaan laut.<i> </i>Variasi morfologi besar sekali, tumbuhan<i> </i>kemuning biasanya dijumpai untuk memagari<i> </i>pekarangan adalah jenis yang berdaun kecil dan<i> </i>lebat. Tumbuhan yang termasuk suku Rutaceae<i> </i>ini, merupakan perdu atau pohon kecil yang<i> </i>bercabang banyak, tinggi 3 – 8 m, batangnya<i> </i>keras, beralur, tidak berduri. Daunnya<i> </i>merupakan daun majemuk menyirip ganjil<i> </i>dengan anak daun 3 – 9, yang tumbuh berseling,<i> </i>bentuk bundar telur sungsang, dengan ujung dan<i> </i>pangkal daun meruncing, tepi rata atau agak<i> </i>beringgit, panjang 2 – 7 cm, lebar 1 – 3 cm,<i> </i>permukaan licin dan mengkilat. </span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Panjang tangkai<i> </i>daun 3 – 4 mm. Daun bila diremas tidak berbau. Bunganya bunga majemuk 1 – 8, warnanya putih, wangi keluar dari ujung batang atau ketiak daun. Buahnya buni berdaging, bulat telur atau bulat memanjang, lebar, merah mengkilat, panjang 8 – 12 mm, berbiji dua. Bagian tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat adalah daun, buah dan kulit.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tumbuhan ini dikenal dengan beberapa nama<i> </i>daerah, di Sumatera: Kemuning, kamunieng, di<i> </i>Jawa: kamuning, kamoneng, kemuning, Nusa<i> </i>tenggara: kajeni, kemuning, kamuni, kahabar,<i> </i>karizi, Sulawesi: kemuning, kamuni, kayu<i> </i>gading, kamoni, kamuning, palopo, Maluku:<i> </i>esehi, fanasa, kamoni, kamone (Siregar, 2005).</span><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">BUDIDAYA KEMUNING<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Perbandingan <i>λ </i>maks senyawa pembanding dari literatur dengan senyawa hasil isolasi adalah 390 – 430 nm: 400 – 410 nm. Sedangkan hasil interpretasi spektrum infra merah pada bilangan gelombang 2918.1 – 2848.7 cm-1 (kuat) menunjukkan vibrasi rentangan –CH dari –CH2, pada 1739.7 – 1706.9 cm-1 (sedang) menunjukkan vibrasi gugus –CO, 1647.1 cm-1 (lemah) menunjukkan vibrasi rentangan –C=C-, 1456.2 (sedang) menunjukkan –CH dari CH3, 1375.2 (sedang) menunjukkan serapan –CH3, 1232.4 – 1022.2 cm-1 menunjukkan vibrasi rentangan –C-O pada alkohol dan 972.1 – 887.2 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur dari HC=C-. interpretasi spektrum H1-NMR δ 0.6 – 3.0 ppm (senyawa pembanding kira-kira 1.7 ppm) dengan puncak multiplet menunjukkan adanya pergeseran kimia proton (-CH2-CH=C(CH3)2), (pembanding kira-kira 2.7 ppm) CH3OCO-, -C-CH3, aromatik, (senyawa pembanding 2.3 ppm) H-3 flavanon, δ 4.2 – 5.8 ppm (senyawa pembanding 4.2 – 6.0 ppm) dengan puncak multiplet menunjukkan adanya (H-2 dihidroflavonol), (H-2 flavanol), (-O-CH2-O-). Titik lebur senyawa hasil isolasi 197 – 198oC sedangkan untuk senyawa pembanding 196 – 197oC. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan senyawa yang diperoleh dari hasil isolasi mirip dengan senyawa auron.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dari hasil kromatografi lapis tipis ekstrak daun Kemuning (<i>Murraya paniculata (L.) Jack) </i>dengan pelarut ekstraksi etanol 40 % , menggunakan larutan pengembang etil asetat dan penampak bercak sinar UV 254 nm, 366 nm dapat disimpulkan sebagai berikut : Terdapat enam komponen senyawa kimia yang dimungkinkan merupakan senyawa golongan alkohol, keton tingkat tinggi, steroid, asam organik, terpen dan minyak atsiri. Pada percobaan uji aktivitas antibakteri terbukti ekstrak etanol daun kemuning (<i>Murraya paniculata</i> <i>(L.) Jack </i>mempunyai daya antibakteri terhadap <i>Escherichia coli </i>secara <i>in vitro</i> dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) 30 % b/v dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) 40 % b/v. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Daun tumbuhan kemuning (<i>Murraya paniculata </i>(L) Jack mengandung senyawa flavonoida<i> </i>kristal kuning berbentuk jarum sebanyak 99.6<i> </i>mg dengan titik lebur 197 – 198oC. (Siregar, 2005).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dari hasil analisis kuantitatif secara KLT terhadap ekstrak etanol daun kemuning dengan sinar UV 254 nm terdapat 6 bercak pada kromatogram dengan harga Rf masing-masing 0,45; 0,58; 0,62; 0,67; 0,68; 0,70. Masing – masing bercak dapat terpisah dengan baik dan tidak terjadi penumpukan. Ini menunjukkan bahwa larutan pengembang etil asetat dinilai sebagai eluen yang baik dalam memisahkan senyawa- senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kemuning (<i>Murraya panicula (L.) Jack</i>). Begitu juga pada warna yang dihasilkan masing- masing bercak terlihat jelas dengan penampak sinar UV 254 nm. Sedangkan pada pengamatan dibawah sinar UV 366 nm bercak yang nampak lebih sedikit terdeteksi dan semua meredam. Harga Rf yang dihasilkan pada 4 bercak dengan sinar UV 366 nm adalah sama dengan penampak sinar UV 254 nm untuk letak bercak yang sama pada lempeng KLT. Ini menunjukkan bahwa senyawa kimia pada bercak itu adalah sama. Warna beberapa bercak dibawah sinar UV 254 nm yang memiliki intensitas warna paling kuat diantara bercak lainnya antara lain ungu (Rf 0.62), ungu jingga (Rf 0.67) hijau (Rf 0.68) dan coklat (Rf 0.70). Dengan demikian secara kuantitatif senyawa kimia tersebut kandungannya lebih tinggi. (Kartika, 2007). <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Berdasarkand ari hasil penelitian yang yang dilakukan menggunakan ekstrak air daun Kemuning terhadap kadar kolesterol darah kelinci, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ekstrak air daun Kemuning (Muraya paniculata (L.) Jack,) konsentrasi 51,0 % dengan</span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> </span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">dosis</span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> </span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2,5 g/kg BB , 75 % dengan dosis 3,5 g</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">/</span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">kg BB, dan 100 % dengan dosis 5 g/kg BB satu kali sehari secara oral pada kelinci dapat menurunkan kadar Kolesterol total, LDL kolesterol Trigliserida dan rasio kadar Kolesterol total : HDl-kolesterol darahk elinci. Dan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam menurunkan kadar Kolesterol total , LDL - kolesterol , Trigliserida , dan rasio kadar kolestenol total : HDL - kolesterol pada pernberian ekstrak air daun Kennrning konsentrasi 5O o/o , 75Yo,dan l}Q o/o (<t ).="" 0,05="" <o:p="" ==""></t></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pemberian minyak kelapa dengan dosis 5 nrl / kg BB satu kali sehari selama2 minggu dapat meningkatkank adar Kolesterol total, LDl-kolesterol Trigliserida dan rasio kadar Kolesterol total : tlDl-kolesterol darah kelinci (Jualiawati, 1998).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">KEGUNAAN KEMUNING<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kegunaan tumbuhan kemuning antara lain dapat menyembuhkan memar karena benturan, sakit rematik, sakit gigi, sakit borok, epidemik encephalitis B, lokal anaesthesis, orchitis, bronchitis, infeksi saluran kecing, datang haid tidak teratur, mengurangi lemak tubuh berlebihan, gigitan serangga, ular, bisul gatal, eksim dan penyakit koreng (Siregar, 2005).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Salah satu bagian tanaman yang sering digunakan untuk obat adalah daun. Di masyarakat khasiat daun kemuning (<i>Murraya paniculata (L.)</i> <i>Jack) </i>diantaranya untuk mengatasi nyeri, menurunkan demam, obesitas, penyakit infeksi seperti bisul, ekzema, ulkus, infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernafasan, diare dan disentri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Daun kemuning (<i>Murraya paniculata (L.) Jack) </i>mengandung senyawa kimia yang merupakan metabolit sekunder seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, saponin, damar, dan tanin. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung di tanaman Kemuning (<i>Murraya paniculata (L.) Jack) </i>dilaporkan dalam beberapa karya ilmiah mempunyai aktivitas biologi sebagai obat pemati rasa (<i>anestesia</i>), penenang (<i>sedatif)</i>, penurun panas (<i>antipiretik</i>), dan antibakteri terhadap <i>Staphylococcus</i> <i>aureus (Kartika, 2007).<o:p></o:p></i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">FUNGSI OBAT<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kemuning dan kaca piring, masing-masing daun segar, sama banyak, dicuci lalu digiling halus. Tambahkan sedikit arak sambil diaduk di atas api. </span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Hangat-hangat ditempelkan pada bagian tubuh yang memar.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;">KESIMPULAN</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">1.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Daya kemuning sebagai obat pemati rasa (<i>anestesia</i>), penenang (<i>sedatif)</i>, penurun panas (<i>antipiretik</i>), dan antibakteri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">2.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Daun tumbuhan kemuning (<i>Murraya paniculata </i>(L) Jack mengandung senyawa flavonoida kristal kuning berbentuk jarum sebanyak 99.6 mg dengan titik lebur 197 – 198<sup>o</sup>C.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">3.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pengobatan memar dengan menggunakan daun kemuning digunakan daun yang masih segar.</span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">4.<span style="font: normal normal normal 7pt/normal 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Cara pemberian pengobatan dengan meletakkan daun yang telah di masak pada bagian yang terkena luka pukulan</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> (memar)</span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">.</span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt; line-height: 200%;">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 36.0pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19px; line-height: 38px;">DAFTAR PUSTAKA</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Juliawati, 1998. Pengaruh Ekstrak Air Daun Kemuning </span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">(<i>Murraya Paniculata (L.) Jack</i>.) </span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">terhadap Kadar Kolesterol Darah Kelinci. Skripsi. Diakses dari http://digilib.ubaya.ac.id.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Kartika, D. S., 2007. </span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Profil Kromatogram Dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (<i>Murraya Paniculata (L.) Jack</i>.</span><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">) Terhadap Bakteri</span><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><i><span lang="IT" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> Escherichia Coli In Vitr. </span></i><span lang="PT-BR" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Diakses dari http://eprints.undip.ac.id.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span lang="SV" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Siregar, P. H., 2005. </span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Isolasi Flavonoida dari Daun Tumbuhan Kemuning (<i>Murraya paniculata </i>[L] Jack) Jurnal Sains Kimia (Suplemen) </span><span lang="EN-US" style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Vol 9, No.3, 2005: 12-14. diakses dari http://repository.usu.ac.id.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 40.5pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-indent: -40.5pt;"><br />
</div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-58269226962576866552011-04-01T04:11:00.000-07:002011-04-01T04:11:37.014-07:00KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii (Ness)BL.)Ditinjau dari keatsirian minyaknya maka kayu manis dikenal dengan tiga tipe yaitu: kayu manis asal Ceylon Cinnamomum zaylanicum Ness, kayu manis asal Saigon Cinnamomumloureiril Ness dan kayu manis asal Cina Cinnamomum cassia Ness. Ketiga varietas tumbuhan tersebut dapat tumbuh di Indonesia tapi jarang dibudidayakan dengan pola perkebunan, namun dari familia Lauraceae yang banyak dibudidayakan di Indonesia dengan pola perkebunan adalah spesies kayu manis (Cinnamomum burmani) (Nainggolan, 2008).<br />
Karakteristik tiga jenis minyak kayu manis:<br />
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-bottom-style: none; border-collapse: collapse; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; width: 583px;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 162.9pt;" valign="top" width="217"> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-bottom-style: none; border-collapse: collapse; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; width: 210px;"><tbody>
<tr style="height: 9.6pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: none; height: 9.6pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 157.5pt;" valign="top" width="210"> <div class="Default" style="tab-stops: 157.25pt;"><span lang="EN-US">Karakteristik <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 58.05pt; mso-yfti-irow: 1; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border: none; height: 58.05pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 157.5pt;" valign="top" width="210"> <div class="Default" style="tab-stops: 157.25pt;"><span lang="EN-US">Berat jenis, 25 °/25 °C <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="tab-stops: 157.25pt;"><span lang="EN-US">Indeks bias, 25 °C <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="tab-stops: 157.25pt;"><span lang="EN-US">Putaran optik <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="tab-stops: 152.1pt;"><span lang="EN-US">Kelarutan dalam alkohol 70 % <o:p></o:p></span></div><div class="Default" style="tab-stops: 157.25pt;"><span lang="EN-US">Kadar Sinnamaldehida <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="Default"><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 99.0pt;" valign="top" width="132"> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-bottom-style: none; border-collapse: collapse; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; width: 125px;"><tbody>
<tr style="height: 9.6pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: none; height: 9.6pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 93.6pt;" valign="top" width="125"> <div class="Default"><i><span lang="EN-US">C. zeylanicum *) </span></i><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 58.05pt; mso-yfti-irow: 1; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border: none; height: 58.05pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 93.6pt;" valign="top" width="125"> <div class="Default" style="tab-stops: 78.3pt;"><span lang="EN-US">1,01 – 1,02 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">1,57 – 1,59 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">(0°) - (-2°) <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">Larut 1:3 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">55% - 78% <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 81.0pt;" valign="top" width="108"> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-bottom-style: none; border-collapse: collapse; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; width: 100px;"><tbody>
<tr style="height: 9.6pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: none; height: 9.6pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 75.35pt;" valign="top" width="100"> <div class="Default"><i><span lang="EN-US">C. cassia **) </span></i><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 58.05pt; mso-yfti-irow: 1; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border: none; height: 58.05pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 75.35pt;" valign="top" width="100"> <div class="Default"><span lang="EN-US">1,03 – 1,05 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">1,59 – 1,61 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">- <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">Larut 1:3 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">75% - 90% <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 94.5pt;" valign="top" width="126"> <table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-bottom-style: none; border-collapse: collapse; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; width: 137px;"><tbody>
<tr style="height: 9.6pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: none; height: 9.6pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 102.6pt;" valign="top" width="137"> <div class="Default"><i><span lang="EN-US">C. burmanii***) </span></i><span lang="EN-US"><o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="height: 58.05pt; mso-yfti-irow: 1; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border: none; height: 58.05pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 102.6pt;" valign="top" width="137"> <div class="Default"><span lang="EN-US">1,03 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">1,58 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">-3° <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">Larut jernih 1:1 <o:p></o:p></span></div><div class="Default"><span lang="EN-US">74,0 % <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt;"><o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><br />
Sumber : *) Masada, 1980. **) ISO, 1997. ***) (Ma’mun dan Suhirman, 2010).<br />
<br />
Budidaya Tanaman Kayu Manis<br />
Kayu manis menghendaki tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik serta kaya bahan organik. Sebagian besar tanaman kayu manis tumbuh di daerah yang memiliki suhu berkisar 10 - 230C, pada ketinggian 100 - 1.200 m dpl. Ketinggian terbaik untuk menghasilkan produk kulit kayu manis adalah 500 - 900 m dpl. Pada dataran rendah (300 - 400 m dpl) tanaman dapat tumbuh baik, tetapi produksi kulit rendah dengan ketebalan kulit kurang 2 mm serta warna kulit kuning kecokelatan. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka terjadi perubahan warna kulit mendekati cokelat sampai kecokelatan.<br />
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan setek, cangkok, cabang air, layering dan memelihara tunas yang tumbuh pada tunggul bekas pohon yang sudah ditebang. Perbanyakan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memiliki umur minimal ≥ 10 tahun dan telah masak sempurna. Penananam kayu manis di lapang dilakukan setelah bibit berumur 8 - 12 bulan, tinggi mencapai 60 – 80 cm. Jarak tanam tergantung elevasi dan umumnya digunakan adalah 1,5 x 1,5 m ; 2 x 2 m ; 2,5 x 2,5 m ; 3 x 3 m dan 4 x 4 m. Dari hasil penelitian menunjukkan jarak tanam yang terbaik adalah 2 x 3 m, hal ini bertujuan agar diperoleh batang yang lurus. Pemupukan pada tanaman kayu manis bervariasi jumlahnya tergantung umurnya. Pupuk kandang diberikan sebanyak 5 - 10 kg/pohon dengan cara disebarkan atau dibenamkan ke dalam tanah atau sekeliling parit di bawah tajuk tanaman setahun sekali. Untuk mendapatkan produksi kulit yang terbaik dilakukan pemupukan anorganik yang disesuaikan dengan umur tanaman (bertahap).<br />
Pemakaian pupuk NPK berdasarkan umur tanaman<br />
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 11.35pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-insideh: .5pt solid black; mso-border-insidev: .5pt solid black; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">Umur tanaman (tahun)<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">Dosis pupuk umum (g/tanaman)<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">Dosis pupuk anjuran (g/tanaman)<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">1<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">100<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">25<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">2<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">150<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">50<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">3<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">200<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">75<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">4<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">300<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">100<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">5<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">450<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">-<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 6; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">6<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">750-1000<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-top-alt: solid black .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 108.0pt;" width="144"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: TimesNewRoman;">-<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><br />
Sumber : Daswir et al. (2003)<br />
Penyiangan dan sanitasi lingkungan dilakukan bersamaan dengan pemupukan, dianjurkan 2 - 4 kali dalam setahun. (Anonimous, 2008).<br />
Pertumbuhan tanaman yang bermikoriza relatif lebih baik dibandingkan dengan yang tidak bermikoriza. Hal ini disebabkan karena tanaman bermikoriza mempunyai kemampuan menyerap unsur hara dan air lebih baik. Hifa dari CMA dapat secara kimia merombak dan menyerap P yang terfiksasi dengan bantuan enzim fosfatase yang dihasilkannya. Selain itu CMA terbukti dapat mengekstrak Ca dan Mg serta beberapa unsur mikro yang biasanya bukan bagian dari pupuk buatan. Faktor lingkungan terutama intensitas cahaya dan suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan CMA serta keberhasilan simbiosisnya dengan inang. Intensitas cahaya matahari yang tinggi akan meningkatkan suhu tanah, selanjutnya suhu tanah akan mempengaruhi kapasitas dan derajad perkembangan CMA dalam menginfeksi akar tanaman. Diketahui bahwa pembentukan dan perkembangan cendawan mikoriza yang optimum terjadi pada suhu tanah 27-28 0C. <br />
Peningkatan dosis CMA dari 50 g/bibit menjadi 100 g/bibit pada tingkat naungan 75% memberikan peningkatan pertumbuhan sebesar 3,64 cm sedangkan pada tingkat naungan 100% hanya sebesar 1,40 cm. Pada tingkat naungan 25% dan 50% peningkatan tinggi bibit akibat peningkatan dosis CMA berbeda tidak nyata. Penggunaan naungan pada kedua dosis CMA mampu meningkatkan tinggi bibit. Pada dosis CMA 50 g/bibit dan 100 g/bibit peningkatan naungan dari 25% sampai 75% menghasilkan peningkatan tinggi bibit masing-masing sebesar 3,61 cm dan 7,40 cm. Penggunaan naungan 100% pada kedua dosis CMA hanya memberikan peningkatan sebesar 3,58 cm dan 5,13 cm seperti yang tampak:<br />
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: 9.0pt; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-table-layout-alt: fixed;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td rowspan="2" style="border: solid black 1.0pt; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 81.9pt;" valign="top" width="109"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><b><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">Dosis CMA</span></b><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;"><o:p></o:p></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><b><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">(g/bibit)</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-language: AR-SA;"><o:p></o:p></span></div></td> <td colspan="4" style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 225.0pt;" valign="top" width="300"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><b><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">Tingkat naungan (%)</span></b><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;"><o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 63.0pt;" valign="top" width="84"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">25 (N1) <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 49.5pt;" valign="top" width="66"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">50 (N2) <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 58.5pt;" valign="top" width="78"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">75 (N3) <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 54.0pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">100 (N4) <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 81.9pt;" valign="top" width="109"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">50 (M1) <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 63.0pt;" valign="top" width="84"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">30,58 c A <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 49.5pt;" valign="top" width="66"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">32,03 b A <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 58.5pt;" valign="top" width="78"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">34,19 a B <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 54.0pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">34,16 a B <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 81.9pt;" valign="top" width="109"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">100 (M2) <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 63.0pt;" valign="top" width="84"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">30,43 d A <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 49.5pt;" valign="top" width="66"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">32,41 c A <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 58.5pt;" valign="top" width="78"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">37,19 a A <o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; mso-border-bottom-alt: 1.0pt; mso-border-color-alt: black; mso-border-left-alt: .75pt; mso-border-left-alt: solid black .75pt; mso-border-right-alt: .75pt; mso-border-style-alt: solid; mso-border-top-alt: 1.0pt; mso-border-top-alt: solid black 1.0pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 54.0pt;" valign="top" width="72"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: center; text-autospace: none;"><span lang="EN-US" style="color: black; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 8.5pt; mso-bidi-language: AR-SA;">35,56 b A <o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><br />
(Delvian, 2005).<br />
<br />
Manfaat Kayu Manis<br />
Minyak cassia bersifat anti bakteri, biasa digunakan dalam pasta gigi, obat pencuci mulut dan dalam pem-buatan obat tonic. Selain itu banyak digunakan dalam flavor makanan dan minuman termasuk minuman beral-kohol dan minuman ringan. Dalam jumlah kecil digunakan dalam parfum dan kosmetik. Minyak cinnamon mempunyai sifat aniseptik, anti mikroba dan sebagai parasitisida. Minyak kulit dan daun cinnamon banyak digunakan sebagai pewangi sekaligus pengobatan dalam pasta gigi, pencuci mulut, obat batuk dan perawatan gigi, juga sebagai flavor dalam makanan dan minuman seperti dalam coca cola. Minyak daun cinnamon digunakan dalam sabun, kosmetik, toilet deodoran, dan parfum. Batas maksimum pemakaian dalam makanan dan minuman adalah 0,057% untuk minyak cinnamon dan 0,047% untuk minyak cassia (Anonimous, 2008).<br />
Komponen kimia yang terdapat pada minyak kulit kayu manis adalah -pinen, kamfen, -pinen, limonen, sineol, p-simen, d-kamfor, benzaldehid, linaleol, metil eugenol, sinamaldehid dan eugenol. Khasiat sirup kulit kayu manis dapat menyembuhkan rematik, asam urat, batuk/flu, melancarkan aliran darah, menghilangkan bau badan, menurunkan kadar kolesterol, menghilangkan masuk angin dan mencegah kanker (Delvian, 2005). Kayu manis pernah diteliti mengandung senyawa-senyawa: Sinamaldehida, eugenol, benzil bensoat, acetaugenol, phelandrene, dan lain-lain (Nainggolan, 2008). Komponen kimia utama yang terdapat pada ekstrak heksana kulit batang kayu Manis halmahera ialah a-terpineol; safrol; isoeugenol; kopaena; metileugenol; aloaromadendren; a-guaiena; kadinen; 1,2,3,4, 4a,5,6,8a-oktahidro- 4a,8-dimetil-2-(I-metiletenil) naftalena; a-muurolena; a-kubebena dan metoksieu- genol.<br />
Identiflkasi spektrum massa yang diperoleh dari hasil analisis spektrometer massa dengan spektrum massa senyawa-senyawa yang telah diketahui yang terdapat pada bank data NIST library menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun kayu manis halmahera ini terdiri atas senyawa-senyawa monoterpena (sineol); 3,7-dimetil-3,6-oktadien- 3-ol; kamfor; p-linalool; a-terpineol seskuiterpena (kopaena, isokariofilena), turunan fenol (safrol, isoeugenol, metileugenol), hidrokarbon aromatik (2-metil-p-etiltoluena), dan alkana rantai pendek (n-dekana). Adapun komponen utama pada minyak atsiri dari daun ini adalah sineol, kamfor, dan safrol. Komponen kimia yang terkandung pada minyak atsiri dari kulit batang ini terdiri atas senyawa-senyawa dari golongan monoterpena (sineol; 1,7,7-trimetilsikI0- 2,2, 1 ,0(2,6) heptana; 3,7-dimetil-3,6-oktadien-3-01; mirsenol; kamfor; p-Iinalool; a-terpineol) seskuiterpena (kopaena, isoka-riofilena, emerofilena, kadinena, a-muuro- lena, a-kubebena, guaikol, elemol), turunan fenol (safrol, isoeugenol, metileugenol), hidrokarbon aromatik (2-metil-p-etiltoluena), atkana rantai pendek (n-dekana) dan hidrokarbon teroksigen (3,3-dimetilbutil oksirana) (Agusta, dkk, 2010).<br />
<br />
<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
1. Dari hasil penelitian menunjukkan jarak tanam yang terbaik adalah 2 x 3 m, hal ini bertujuan agar diperoleh batang yang lurus. <br />
2. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka terjadi perubahan warna kulit batang kayu manis mendekati cokelat sampai kecokelatan.<br />
3. Peningkatan dosis CMA dari 50 g/bibit menjadi 100 g/bibit pada tingkat naungan 75% memberikan peningkatan pertumbuhan sebesar 3,64 cm sedangkan pada tingkat naungan 100% hanya sebesar 1,40 cm. <br />
4. Pada tingkat naungan 25% dan 50% peningkatan tinggi bibit akibat peningkatan dosis CMA berbeda tidak nyata. <br />
5. Khasiat sirup kulit kayu manis dapat menyembuhkan rematik, asam urat, batuk/flu, melancarkan aliran darah, menghilangkan bau badan, menurunkan kadar kolesterol, menghilangkan masuk angin dan mencegah kanker <br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Agusta, A. , Y. Jamal, dan M. Harapini, 2010. Komponen Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis Halmahera (Components of Essential Oil From Kayu Manis Halmahera). Hayati, April 1997, hlm 23-26. Vol 4, No. 1, http://e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id [23 September 2010].<br />
<br />
Anonimous, 2008. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Volume 14 No. 2, Agustus 2008. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id [19 September 2010].<br />
<br />
Delvian, 2005. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula Dan Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii Bl.) (The Effect of Vesicular Arbuscular Mycorrhizal and Shade yo Growth of Cinnamon (Cinnamomum Burmanii BL.). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol. Vol. 4 No. 1 Juni 2005, http://prepository.usu.ac.id [19 September 2010].<br />
<br />
Nainggolan, M., 2008. Isolasi Sinamaldehida Dari Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan. <br />
<br />
Ma’mun dan S. Suhirman, 2010. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial. http://balittro.litbang.deptan.go.id [23 September 2010].arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-4584272886771535412010-06-17T02:16:00.000-07:002010-06-17T02:16:01.116-07:00BUDIDAYA PISANG<div align="center"><strong>PENDAHULUAN</strong></div><br />
<br />
<br />
<strong>Latar Belakang</strong><br />
<br />
Pisang telah ada sejak manusia ada. Memang, saat itu pisang masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai pengumpul. Mereka hanya mengumpulkan makanan dari tumbuhan yang ada di sekitar mereka tanpa menanamnya.<br />
Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan pengumpul (food gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara.<br />
Beberapa bukti sejarah baik tertulis maupun berupa relief di tempat-tempat yang dianggap penting menunjukkan bahwa tanaman pisang telah lama dibudidayakan. Tulisan pertama tentang pemeliharaan pisang berasal dari India. Disebutkn bahwa pemeliharaan itu dilakukan di Epics ; Pali Boeddhist, 500-600 SM. Disebutkaan pula bahwa ”buah sebesar taring” itu memang disukai binatang-binatangbertaring atau bertaduk.<br />
Di Cina, awal kebudayaan pisang dimulai dan terpusat di Yangtse dan Sungai Kuning. Pada zaman batu-batuan kuno dari tanah Yunani dikatakan bahwa pisang termasuk flora dari tanah India sekitar 300 tahuin SM. Sumber lain menyebutkan bahwa sebelum perhubungan benua Eropa dengan benua Asia ditemukan, bangsa portugis telah mengenal pisang dari Teluk Guines di Afrika.<br />
Ahli sejarah dan botani mengambil kesimpulan, bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara. Oleh para penyebar agama Islam, Pisang disebarkan ke sekitar Laut Tengah. Dari Afrika Barat menyebar ke Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Asia Tenggara, termasuk Indonesia disebut sebagai sentra asal tanaman pisang. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia meliputi daerah tropik dan subtropik. Dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu juga ke barat melalui Samudera Atlantik,Kepulauan Kanari, sampai ke Benua Amerika. Oleh karenanya, tanaman pisang kini telah menjadi tanaman dunia karena tersebar ke seluruh penjuru dunia.<br />
<br />
<strong>Tujuan Penulisan</strong><br />
Untuk mengetahui Teknik Budidaya Tanaman Pisang (Musa paradisiaca).<br />
<br />
<strong>Kegunaan Penulisan</strong><br />
<br />
- Sebagai tugas pada mata kuliah Agronomi Tanaman Buah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.<br />
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.<br />
<br />
<br />
<br />
<div align="center"><strong>TINJAUAN PUSTAKA</strong></div><br />
<br />
<strong>Botani Tanaman</strong><br />
<br />
Kingdom : Plantae <br />
Divisio : Spermatophyta<br />
Subdivisio : Angiospermae<br />
Class : Monocotyledoneae<br />
Ordo : Zingiberales<br />
Famili : Liliopsida<br />
Genus : Musa<br />
Spesies : Musa sp.<br />
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang. Akar ini berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. sedang akar yang berada d bagian saming umbi batang ke sampan atau mendatar. Dalam perkembangannnya akar samping bisa mencapai 4-5 m (Satuhu dan Ahmad, 2000).<br />
Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedang yang berdiri tegak di atas tanah yang biasanya dianggap batang itu adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling melangkup dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5 m tergantung jenisnya (Satuhu dan Ahmad, 2000).<br />
Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset memanjang. Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah sekali robek atau terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun (Satuhu dan Ahmad, 2000).<br />
Bunganya berkelamin satu, berumah satu dalam tandan. Daun penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna merah tua, belilin, dan mudah rontok dengan panjang 10-25 cm. Bunga tersusun dalam dua baris melintang. Bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi, panjangnya 6-7 cm. benang sari 5 buah pada bunga betina tidak sempurna, bakal buah peregi, sedang pada bunga jantan tidak ada (Satuhu dan Ahmad, 2000).<br />
Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan terbentk sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Jantungnya perlu dipotong sebab sudah tidak ba menghasilkan sisir lagi (Satuhu dan Ahmad, 2000).<br />
<br />
<strong>Iklim</strong><br />
Pisang termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, agar produktivitas tanaman optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah. Ketinggian tempat haruslah di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut.<br />
Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang. <br />
<br />
<strong>Tanah</strong><br />
Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5. Karenanya, tanaman pisang yang tumbuh di tanah berkapur sangat baik, seperti d Pulau Madura yang banyak memiliki bukit- bukit kapur. Di daerah beriklim kering antara 4-5 bulan pun pisang masih tumbuh subur asalkan air tanah tidah lebih dari 150 cm di bawah permukaan tanah. Sementara kedalaman air tanah yang sesuai untuk pisang yang ditanam di iklim biasa adalah 50-200cm di bawah permukaan tanah (Satuhu dan Ahmad, 2000).<br />
Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.<br />
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl.<br />
<br />
<br />
<div align="center"><strong>MANFAAT PISANG</strong></div><br />
<br />
<strong>Bunga</strong><br />
<br />
Bunga pisang disebut juga jantung pisang karena bentuknya seperti jantung. Biasanya dimanfaatkan untuk dibuat sayur, karena kandungan protein, vitamin, lemak, dan karbohidratnya tinggi. Selain dibuat sayur, bunga pisang ini dapat pula dibuat manisan, acar, maupun lalapan.<br />
<br />
<strong>Daun</strong><br />
<br />
Daun pisang banyak dimanfaatkan untuk membungkus. Daun-daun yang sudah tua dan robek-robek bisa digunakan untuk pakan ternak seperti, kambing, sapi atau kerbau. bila jumlah daun seperti itu berlebihan bisa pula dibuat kompos.<br />
<br />
<strong> </strong><strong>Batang</strong><br />
<br />
Batang pisang banyak dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya, untuk membuat lubang pada banguanan, alas untuk memandikan mayat, untuk menutup saluran air bi9la ingin mengalirkan air atau membagi air, untuk tancapan wayang, untuk membungkus bibit-bibitan, untuk tali industripengolahan tembakau (dengan dikeringkan terlebih dahulu), dan baik pula dibuat kompos. Selain itu, air dari batang pisang dapat dimanfaatkan untuk penawar racun dan untuk pengobatan tradisional<br />
<br />
<strong>Buah</strong><br />
<br />
Buah pisang banyak digunakan sebagai makanan seperti tepung, anggur, sale, sari buah, pisang goreng, pisang rebus, keripik pisang, dan sebagainya. <br />
<br />
<strong>Kulit Buah</strong><br />
<br />
Kulit buah pisang digunakan sebagai bahan pakan ternak.<br />
<br />
<strong>Bonggol</strong><br />
<br />
Pengertian bonggol pisang ini adalah batang tanaman pisang yang berupa umbi batang (batang aslinya). Bonggol batang pisang muda dapat dimafaatkan untuk sayur.<br />
<br />
<br />
<br />
<div align="center"><strong>BUDIDAYA PISANG</strong></div><div align="center"><br />
</div><br />
<strong>Pembibitan</strong><br />
<br />
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).<br />
<div align="center"><strong>Persyaratan Bibit</strong></div>Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan didalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.<br />
<div align="center"><strong>Penyiapan Bibit</strong></div>Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.<br />
Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam<br />
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut:<br />
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.<br />
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.<br />
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.<br />
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.<br />
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.<br />
Pengolahan Media Tanam<br />
<br />
<strong>Pembukaan Lahan</strong><br />
<br />
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat, pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.<br />
Pembentukan Sengkedan<br />
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.<br />
Pembuatan Saluran Pembuangan Air<br />
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.<br />
<br />
<strong>Teknik Penanaman</strong><br />
<div align="center"><strong><br />
</strong></div><div align="center"><strong>Penentuan Pola Tanaman</strong></div>Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.<br />
<div align="center"><strong>Pembuatan Lubang Tanam</strong></div>Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.<br />
<div align="center"><strong>Cara Penanaman</strong></div>Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.<br />
<br />
<strong>Pemeliharaan Tanaman</strong><br />
<br />
<div align="center"><strong>Penjarangan</strong></div>Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.<br />
<div align="center"><strong>Penyiangan</strong></div>Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.<br />
<div align="center"><strong>Perempalan</strong></div>Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.<br />
<div align="center"><strong>Pemupukan</strong></div>Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalamsetahun).<br />
<div align="center"><strong>Pengairan dan Penyiraman</strong></div>Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.<br />
<div align="center"><strong>Pemberian Mulsa</strong></div>Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.<br />
<div align="center"><strong>Pemeliharaan Buah</strong></div>Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.<br />
<br />
<strong><br />
</strong><br />
<strong>Pengendalian Hama dan Penyakit</strong><br />
<br />
<div align="center"><strong>Hama</strong></div><strong>1) Ulat daun (Erienota thrax.)</strong><br />
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubungdan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.<br />
<strong>2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)</strong><br />
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian : sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.<br />
<strong>3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)</strong><br />
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.<br />
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)<br />
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.<br />
<br />
<div align="center"><strong>Penyakit</strong></div><strong>1) Penyakit darah</strong><br />
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />
<strong>2) Panama</strong><br />
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />
<strong>3) Bintik daun</strong><br />
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian : dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).<br />
<strong>4) Layu</strong><br />
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />
<strong>5) Daun pucuk</strong> <br />
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.<br />
<div align="center"><strong>Gulma</strong></div>Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan: 1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon. 2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.<br />
2) Menutup tanah dengan plastik polietilen<br />
<br />
<br />
<br />
<div align="center"><strong>CARA PERBANYAKAN TANAMAN PISANG DENGAN SISTEM KULTUR JARINGAN</strong></div><br />
<br />
Perbanyakan benih pisang dapat dilakukan secara konvensional (pemisahan dari anakan dari induknya, pembelahan bonggol) dan kultur jaringan. Perbanyakan benih dengan anakan paling banyak digunakan oleh petani karena mudah dilaksanakan, namunperolehan benih sedikit dan tidak seragam sehingga kurang efisien dalam skala usaha yang luas.<br />
<br />
Perbanyakan benih melalui kultur jaringan memerlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi karena mengunakan sarana dan bahan yang steril, sehingga memerlukan modal yang cukup banyak.<br />
Kedua cara tersebut diatas dapat dipilih disesuaikandengan kondisi biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan. Kedua cara perbanyakan tersebut masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut :<br />
<br />
Cara perbanyakan Keuntungan Kerugian <br />
Anakan (konvensional) - Biaya murah - Perolehan bibit per pohon sedikit <br />
- Memerlukan waktu yang cukup lama <br />
Kultur jaringan - Dapat memproduksi dalam jumlah yang banyak <br />
- Kecil kemungkinan terinfeksi penyakit <br />
- Lebih cepat berbuah - Biaya mahal <br />
<br />
<strong>Benih Rebung</strong><br />
Bentuk benih berupa tunas yang belum berdaun, tinggi antara 20-40 cm.<br />
Cara ini dilakukan dengan melakukan pembongkaran karena tunas masih kecil dan berada didekat permukaan tanah.<br />
<strong>Benih Anakan Mudah</strong><br />
Berupa tunas yang sudah keluar daun, tetapi daunnya masih menggulung sehingga menyerupai pedang. Tingginya antara 41-100 cm.<br />
<strong>Benih anakan sedang</strong><br />
Berupa tunas yang sudah berdaun mekar sehelai. Tingginya antara 101-150 cm.<br />
<strong>Benih Anakan Dewasa</strong><br />
Anakan yang telah berdaun lebih dari dua helai,tingginya antara 151-175 cm. Cara perbanyakan ini sulit didapatkan dalam jumlah banyak secara serempak dan memerlukan waktu yang relatif lama.<br />
<strong>Benih dari belahan bonggol</strong><br />
Berupa bahan dari persemaian belahan bonggol yang pohonnya telah dipungut hasilnya.<br />
Keuntungan dari cara perbanyakan dengan belahan bonggol sebagai berikut:<br />
- memperoleh keuntungan dalam jumlah banyak dan keuntungan seragam<br />
- Mempermudah pengangkutan<br />
- Tahan lama dalam penyimpanan<br />
- Memudahkan perlakuan benih untuk pencegahan serangan OPT.<br />
<br />
<strong>Tahapan Pembuatan Benih</strong><br />
Tunas Anakan:<br />
- Tentukan pohon induk yang unggul dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit<br />
- Pilih anakan segar dan sehat, kemudian bongkar dengan menggunakan cangkul atau linggis<br />
- Kumpulkan benih pada tempat yang teduh, bersihkan akar beserta tanahnya,kurangi daunnya, seleksi menurut besar dan tingginya benih untuk mendapatkan benih yang seragam.<br />
- Celupkan benih kedalam larutan formalin 5% selama 20 menit atau ke dalam air panas 550 C selama 30 menit.<br />
- Angkat dan kering anginkan benih ditemapat teduh<br />
- Benih dapat ditanam langsung (anakan dewasa) atau ditanam dalam polybag ( tunas anakan/rebung).<br />
Benih belahan bonggol<br />
- Tentukan pohon induk yang unggl dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit<br />
- Bongkar pohon/bonggol dengan alat cangkul atau linggis<br />
- Bersihkan bonggol dari tanah dan akar-akar ya ng masih menempel secara hati-hati agar mata tunas tidak rusak<br />
- Potong batang semu dan sisakan 10-12,5 cm dan diatas pangkal bonggol<br />
- Periksa warna bonggol tersebut arah membujur sehingga menjadi beberapa belahan bonggol dengan ukuran 10x10x10 cm. tiap belahan bonggol memiliki satu mata tunas<br />
- Masukkan belahan bonggol kedalam air panas 550 C selama 60 menit dana masukkan kedalam laruta ZPT IBA 20 ppm. Selama 60 menit. Tujuan merendam kedalam air panas adalah untuk menghilangkan hama penyakit dan ZPT untuk merangsang pertumbuhan tunas<br />
- Angkat dan kering anginkan benih ti tempat yang teduh dengvan menggunakan alas plastik atau tempat dari bambu<br />
- Selanjutnya benih dapat ditanam di persemaian atau ditanam dalam polybag sebelum ditanam dilapangan. Benih asal belahan bonggol biasanya setelah berumur 3 bulan setelah keluar daun 2-3 helai.<br />
<br />
<br />
<br />
<div align="center"><strong>PANEN DAN PASCA PANEN</strong></div><div align="center"><br />
</div><br />
<div align="center"><strong>PANEN</strong></div>Mutu pisang yang baik sangat ditentukan oleh tingkat ketuaan buah dan penampakannya. Tingkat ketuaan buah diukur berdasarkan umurnya, sedang penampakan yang baik diperoleh dari penanganan pasca panen yang baik.<br />
Secara fisik sebetulnya mudah dilihat karena tanda-tanda ketuaan mudah diamati. Tanda-tanda buah pisang sudah tua diantaranya sebagai berikut:<br />
1. Buah tampak berisi, bagian linger (tepi) buah sudah tidak ada lagi.<br />
2. Warna buah hijau kekuningan. Untuk buah pisang dengan tingkat kematangan penuh, maka pada tandannya aka nada buah yang sudah masak (2-3 buah)<br />
3. Tangkai di putik telah gugur<br />
<strong>1. Ciri dan Umur Panen</strong><br />
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.<br />
<strong>2. </strong><strong>Cara Panen</strong><br />
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.<br />
<strong>3. Periode Panen</strong><br />
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.<br />
<strong>4. Perkiraan Produksi</strong><br />
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.<br />
<br />
<div align="center"><strong><br />
</strong></div><div align="center"><strong>PASCA PANEN</strong></div><div align="center"><br />
</div>Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.<br />
Pisang yang masih berupa tandan ini, sesampai di penampung akan diperam sebelum dipasarkan. Ada dua perlakuan sebelum pisang diperam. Pertama dilakukan penyisiran, kedua tetap dibiarkan utuh berupa tandan. Proses pemeramannya dengan asap, karbit atau gas etilen. Masing-masing punya kelebihan sendiri-sendiri. Penyisiran sebelum pemeraman memiliki keuntungan karena transportasinya lebih murah. Bobot tangkai tandan pisang bisa sampai 20% dari total bobot tandan. Kalau truk dari Lampung yang masuk Jakarta mengangkut 7 ton pisang tandanan, maka yang 1,4 ton adalah tangkai tandan. <br />
Kalau penyisiran dilakukan di kebun, maka tangkai tandan pisang itu bisa dikembalikan ke lahan sebagai pupuk organik. Di lain pihak ada penghematan ongkos angkut. Dengan biaya angkut Rp 100,- per kg. maka dari tiap rit dengan bobot 7 ton, ada penghematan biaya Rp 140.000,- Kalau dalam keadaan normal tiap harinya ada sekitar 100 truk pisang dari Lampung ke Jakarta, maka penghematan yang bisa didapat mencapai Rp 14.000.000,- per hari atau Rp 420.000.000,- per bulan. Belum lagi penghematan yang bisa diperoleh dari upah menyisir yang lebih murah di Lampung daripada di Jakarta. Pasca panen pisang modern maupun tradisional, memang sama-sama menggunakan pola penyisiran. Dalam pasca panen modern, pisang harus segera disisir begitu dipanen. Sisiran pisang dimasukkan ke dalam bak berisi air yang mengalir untuk menghilangkan getahnya. Selanjutnya sisiran digrade, disortir, dikeringkan lalu dikemas plastik vacum dan dimasukkan ke dalam kardus. Pisang mentah yang telah dikemas ini, kemudian dimasukkan ke dalam cold storage dan dikirim dengan kapal laut ke negara importir. Dengan kemasan vacum dan suhu 14° C, pisang mentah ini bisa bertahan tetap segar sampai jangka waktu satu bulan.<br />
<strong>Pemeraman</strong><br />
Buah pisang tergolong buah-buahan yang klimaterik.Artinya buah yang kurang tua saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan. Hanya saja, mutunya kurang baik, rasanya kurang enak, dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam4-5 hari setelah panen tanpa perlakuan pemeraman. Namun, kematangan tidak seragam dan warnanya kurang menarik.<br />
Permeraman sering dilakukan pada pisang. Tujuan pemeraman ialah untuk mempercepat kematangan buah dan menyeragamkan kematangan buah. Banyak cara yang dilakukan untuk pemeraman pisang diantaranya ialah pemeraman dengan pemeraman dengan karbit, asap, ethrel, daun gamal, ethylene, dan sebagainya.<br />
<br />
<strong>Pemeraman dengan gas Etilen</strong><br />
Di negara konsumen, pisang ini tetap disimpan dalam cold storage. Pemasakan (pemeraman) dilakukan secara bertahap sesuai daya serap pasar. Untuk memasakkannya, kardus dan plastik kemasan dibuka, lalu ditaruh dalam rak pemeraman. Rak ini berada dalam ruang bersuhu antara 20 sd. 22° C. Ke dalam ruang pemeraman ini dialirkan gas etilen. Dalam jangka waktu 24 jam, seluruh pisang akan masak dengan ditandai warna kulitnya yang kuning cerah. Biasanya, yang diperlakukan demikian hanyalah pisang cavendish serta golden fingger (lady finger). Namun perlakuan demikian sebenarnya bisa diterapkan untuk semua jenis pisang. <br />
<strong>Pemeraman tradisional (Asap)</strong><br />
Secara tradisional (untuk dikonsumsi sendiri), masyarakat memeram pisang dengan terlebih dahulu disisir, dijemur lalu dimasukkan ke dalam lubang dengan lapisan daun lamtoro atau albisia yang telah dilayukan. Kemudian lubang ditutup tanah. Dalam jangka waktu tiga hari seluruh pisang yang diperam akan masak. Namun cara demikian tidak mungkin dilakukan secara massal. Para pemeram pisang di kawasan Ciawi, Cibedug dan Cijeruk, kab. Bogor, membuat lubang permanen (ruang bawah tanah) yang dukuatkan dengan batako. Bagian atas lubang dicor dengan semen. Ruang bawah tanah ini hanya diberi lubang ukuran 60 X 60 cm. yang bisa dibuka dan ditutup.<br />
Melalui lubang inilah tandan pisang utuh dimasukkan dan ditata. Setelah ruang bawah tanah itu penuh tandan pisang, pintu lubang ditutup. Melalui lubang kecil yang diberi pipa besi dimasukkan asap. Caranya, sabut atau daun kelapa kering ditaruh pada ujung lubang lalu dibakar dan dikipas-kipas. Asap akan masuk ke dalam ruang melalui pipa besi tadi. Setelah ruangan penuh asap, sabut yang terbakar diambil dan lubang kecil itu juga ditutup. Pemeraman demikian hanya berlangsung selama 24 jam. Setelah itu pisang diambil dan disisir untuk dipasarkan.<br />
Agar dicapai tingkat kemasakan penuh (pisang siap untuk dikonsumsi), pemeraman dalam ruang berasap juga harus dilakukan selama 3 X 24 jam. Namun akibatnya pisang tidak bisa tahan lama didisplai di pasar swalayan atau kios buah di kawasan Puncak. Dengan lama pemeraman hanya 24 jam, maka warna pisang masih hijau kekuningan. Daging buahnya sendiri meskipun sudah mulai empuk, namun belum siap untuk dikonsumsi. Hari itu pisang disisir, besuknya didistribusikan dan hari berikutnya ketika didisplai, pisang sudah siap untuk dikonsumsi. Pisang dengan tingkat kemasakan demikian akan tahan didisplai sampai sekitar satu minggu.<br />
Pemeraman dalam ruang berasap ini berkembang di sekitar Ciawi, Cibedug, Cijeruk dan sekitarnya, karena suhu harian rata-rata di kawasan ini memang cocok untuk memeram pisang yakni 22° C. <br />
<strong>Pengeraman dengan karbit</strong><br />
Selain dengan asap, ada juga pemeram yang menggunakan gas karbit (yang biasa digunakan untuk mengelas). Kelebihan gas karbit adalah, mudah pengoperasiannya, masaknya pisang lebih merata, warna kuningnya lebih cerah. Meskipun pisang ambon kuning masih sangat muda, apabila diperam dengan gas karbit akan masak dengan warna kulit yang kuning cerah merata.<br />
Kelemahan pemeraman dengan karbit adalah, daya tahan pisang lebih pendek dari yang diperam dengan asap. Selain itu, rasa pisang juga menjadi lebih hambar jika dibanding dengan yang diperam menggunakan asap. Pembeli yang jeli, akan dengan mudah membedakan, mana pisang yang diperam dengan karbit, dan mana yang dengan asap. Pembeli awam, biasanya akan memilih pisang yang diperam dengan karbit, karena penampilannya yang lebih menarik. Sementara konsumen yang sudah berpengalaman akan lebih memilih pisang hasil pemeraman dengan asap. Meskipun warna kulitnya agak kurang cerah, namun rasanya lebih manis daripada yang diperam dengan gas karbit<br />
<br />
<div align="center"><strong>PENGOLAHAN PISANG</strong></div><div align="center"><br />
</div>Proses pengolahan diperlukan karena buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan sehingga umur simpannya sangat singkat. Selain itu ada sebagian buah yang bersifat musiman atau dengan kata lain tidak berbuah sepanjang masa. Hal ini menyebabkan pada masa musim panen tiba produksi buah menjadi sangat melimpah, sedangkan pada masa yang lain buah-buahan ini sulit ditemukan. Kondisitersebut di atas menyebabkan rendahnya nilai ekonomis beberapa komoditas buah. Bahkan pada saat musim panen tiba banyak buah yang tidak memiliki nilai ekonomis sama sekali.<br />
<br />
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.<br />
Buah pisang sangat prospektif sebagai bahan baku industri. Hal tersebut karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta berbagai produk dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Pengolahan berbagai produk olahan dapat meningkatkan penganekaragam pangan serta memberikan alternatif dalam memasarkan produk (buah segar atau produk olahan). Bentuk-bentuk olahan buah pisang antara lain.<br />
<br />
a. Tepung Pisang<br />
Pemanfaatan tepung pisang cukup luas dalam industri pangan, sebagai bahan makanan (bubur) balita juga sebagai bahan baku produk roti (bakery). Sebagai bahan baku industri, ketersediaan buah pisang dapat dipenuhi karena tanaman pisang mudah dibudidayakan, dapat tumbuh diberbagai kondisi lahan dan panen sepanjang tahun (tidak tergantung musim). Buah pisang yang digunakan sebagai bahan baku tepung pisang adalah buah pisang tua tetapi belum matang. Pada kondisi tersebut kadar pati buah mencapai maksimum sehingga sesuai untuk pembuatan tepung. Tahap pengolahan tepung pisang adalah pengukusan/ perebusan buah pisang, pengupasan, pengirisan dan pengeringan. Selanjutnya gaplek pisang dilakukan penepungan/penggilingan dan pengayakan. Komposisi gizi tepung pisang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia tepung dan rendemen gaplek pisang.<br />
<br />
Komponen Tepung Pisang<br />
Kadar air (%) 5,85-11,6<br />
Kadar pati (%) 64,69-67,31<br />
Kadar total gula (%) 18,24-20,04<br />
Kadar serat kasar (%) 1,96-2,51<br />
Kadar protein 3,36-4,12<br />
Kadar vitamin C 0,0325-0,0326<br />
Kadar total asam 0,36-0,71<br />
Rendemen gaplek pisang (%) 15,4-18,8<br />
<br />
b. Sale Pisang<br />
Sale pisang merupakan jenis makanan yang dibuat dari buah pisang matang yang diawetkan dengan cara pengeringan. Sale ini mempunyai rasa yang khas dengan daya simpan cukup lama. Mutu sale sangat dipengaruhi oleh warna, rasa, aroma dan daya simpannya. Mutu sale tergantung jenis pisang, tidak semua jenis pisang enak diolah menjadi sale. Pembuatan sale pada prinsipnya melalui tahapan pengupasan, permukaan buah dikerok dan dikeringkan.<br />
<br />
c. Sari Buah Pisang<br />
Varietas pisang yang sesuai untuk pembuatan sari buah pisang adalah pisang raja. Buah pisang harus matang penuh dapat menghasilkan warna yang menarik, aromanya kuat dan rasanya enak. Buah yang kurang matang menghasilkan sari buah yang rasanya sepet (kurang enak). Prinsip pembuatan sari buah pisang adalah pengukusan selama 7-10 menit, buah dihancurkan (diblender) dengan penambahan air 1 : 3. Kemudian disaring dan ditambah gula sampai 15% (TSS) dan asam sitrat 2,5-3 g/lt sari buahnya. Sari buah dimasukkan dalam botol dan dipasteurisasi selama 30 menit.<br />
<br />
d. Keripik Pisang<br />
Buah pisang yang dipergunakan untuk keripik adalah buah masih mentah tetapi tua dan bisa juga pisang matang namun digoreng dengan penggoreng vakum. Pembuatan keripik adalah dikupas dan dipotong tipis-tipis. Irisan buah pisang direndam dalam larutan Na metabisulfit 0,05%, asam sitrat 0,1% dan garam 1% selama 30 menit. Pisang ditiriskan kemudian digoreng dengan minyak. Setelah matang dikemas dalam kaleng atau kantong plastik dan ditutup rapat. Jenis pisang yang enak diolah keripik adalah pisang kepok, pisang nangka, pisang siem dan pisang tanduk.<br />
<br />
e. Selai Pisang<br />
Bahan baku selai adalah buah pisang matang dan beraroma kuat serta tidak busuk. Pisang dikukus selama selama 10 menit, dikupas dan dihancurkan (diblender) dengan ditambah air seperlima bagian. Gula ditambahkan sebanyak 750 g per kg bahan dan asam sitrat 3 g per kg bahan. Campuran ini dimasak sampai kental.<br />
<br />
f. Saos Tomat<br />
Saos tomat dapat diolah dari bubur buah pisang dan ditambah bumbu-bumbu. Untuk bahan saos dapat dipilih buah pisang yang nilai ekonomi segarnya rendah (murah), namun setelah diolah menjadi saos justru memiliki nilai ekonomi tinggi. Buah pisangdiperlukan cukup matang. Prinsip pembuatan saos adalah buah pisang pengupasan, pemotongan, penghancuran, pemasakan bubur buah dan ditambah gula dan garam. Sementara itu bumbu saos dihancurkan hingga halus dan dibungkus dengan kain saring, kemudian dimasukkan dalam bubur pisang. Selama pemasakan tambahkan zat pewarna merah, cuka 25% dan asam sitrat.<br />
<br />
g. Buah Pisang Dalam Sirup<br />
Buah pisang dalam sirup diolah dari buah pisang yang matang dan tidak busuk. Buah dikupas dan direndam dalam larutan asam sitrat 0,5% sambil dikerok bagian luarnya. Buah ditiriskan dan dipotong-potong menurut selera. Kemudian dikukus selama 5 menit dan diatur dalam wadah. Selanjutnya, buah dituangi sirup 30% dalam keadaan panas. Wadah ditutup dan dipasteurisasi selama 30 menit.<br />
<br />
h. Dodol Pisang<br />
Dodol pisang dapat diolah dari buah pisang yang kurang baik mutu segarnya, sehingga nilai tambahnya dapat ditingkatkan setelah diolah menjadi dodol. Buah pisang matang dikupas (4 kg), diris tipis, direndam dalam larutan Na metabisulfit atau kapur sirih1 g per 1 lt air selama 5-10 menit. Kemudian ditiriskan, dihancurkan, tambahkan tepung terigu 400 g. Campuran tersebut masukkan dalam wajan, dimasak sambil diaduk, tambah gula pasir 1 kg, benzoat 1 sdm. Setelah mencapai kekentalan tertentu masukkan dalam oyang, dikeringkan, dipotong dan dibungkus plastik.<br />
<br />
<div align="center"><strong>DAFTAR PUSTAKA</strong></div><br />
<br />
Http://endrah.blogspot.com/2010/02/teknologi-pengolahan-pisang.html, diakses tanggal 16 Mei 2010.<br />
<br />
Http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/pedoman-budidaya-pisang.html. Budidaya pisang. diakses tanggal 12 mei 2010.<br />
<br />
Satuhu, S dan Ahmad S. 2000. Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar Pisang. Jakarta. Penebar Swadaya.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-6832128722474094592010-06-17T01:56:00.003-07:002010-06-17T01:56:22.102-07:00BUDIDAYA LENGKENG<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">PENDAHULUAN</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Latar Belakang</b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tanaman lengkeng berasal dari Sri lanka, India, Birma dan Cina. Jenis-jenis kelenkeng liar banyak ditemukan di Kalimantan Timur degan nama buku, ihaw, medaru, kakus atau mata kucing. Tanaman ini mirip dengan leci yang tumbuh di dataran tinggi. Di Indonesia, kelengkeng terdapat di Temanggung, Magelang, sedangakn leci di terdapat di Bali.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Lengkeng (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Nephelium longanum</i>) termasuk famili Sapidaceaae. Lengkeng berasal dari negeri Cina (daerah Subtropis), agak menyimpang dari familinya sendiri, yaitu rambutan, kapulasan dan leci. Pohonnya dapat menjadi besar dan bercabang banyak, daunnya rimbun, dan masih berproduksi di atas 100 tahun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pohon lengkeng memerlukan perawatan yang khusus seperti pengerokan kulit luar batang, pemangkasan dan pemberongsongan. Lengkeng yang baik biasanya menghasilkan buah yang baik setelah berumur 6-8 tahun. Pada saat panen ketika pohon telah berumur 10 tahun, produksi buah tidak kurang dari 50kg/pohon.</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Keterbatasan lahan tak mesti mengekang hobi pertanian. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sebagian pehobi coba kutak-kutik. Mereka tetap melakukan hobi berkebun walau ruang yang tersedia tak cukup luas. Jangan sebut kata luas, tapi pas-pasan. Lewat sebuah kebetulan, muncul alternatif baru untuk menjawab kelangkaan lahan tadi. Dari situ, pilihan tempat untuk menanam tak lagi terbatas di lahan terbuka, macam pekarangan atau kebun, namun sudah merambah pada media pot. Inilah yang disebut tanaman buah dalam pot atau yang di kalangan pehobi disebut ”tanbulampot”.</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Idealnya, pembungaan dan pembuahan tabulampot berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Pembungaan paling lebat terjadi pada musim penghujan. Namun, terkadang macet. </span>Untuk merangsang pembuahan, silakan simak beberapa tips berikut:</div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">1. Sekitar 3 bulan sebelum musim hujan, beri pupuk NPK (15-20-20), dilanjutkan dengan teknik pengeringan berselang-seling. Contohnya, selama seminggu tidak disiram sama sekali (asal jangan sampai layu permanen). Setelah itu, siram sedikit demi sedikit selama 3 hari, dan keringkan lagi. Lakukan teknik pengeringan berulang-ulang hingga muncul tunas-tunas baru untuk pembungaan.</span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">2. Ikat pangkal batang tabulampot lengkeng dengan kawat. Tujuannya untuk membatasi transportasi air dan unsur hara dari dalam tanah yang berlebihan.</span></div><div style="line-height: 200%;">3. Jangan ragu menambahkan zat pengatur tumbuh, misalnya Dekamon atau Atonik.</div><div style="line-height: 200%;">4. Potong akar dengan menyisakan 3 cabang akar.</div><div class="MsoNormal" style="text-indent: .5in;">Pada dasarnya terdapat jenis-jenis Lengkeng Dataran Rendah antara lain :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: .5in;"><br />
1. <st1:place w:st="on"><st1:placename w:st="on">Lengkeng</st1:placename> <st1:placename w:st="on">Diamon</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">River</st1:placetype></st1:place><br />
2. Lengkeng Pingpong<br />
3. Lengkeng Puang rai<br />
4. Lengkeng Kristal<br />
5. Lengkeng Aroma Durian<br />
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lengkeng-lengkeng tersebut berasal dari indukan yang sudah berbuah, sehingga bibit akan berbuah lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang berasal dari biji.<br />
Koleksi yang sedang dipersiapkan untuk diperbanyak<br />
1. Lengkeng Jenderal<br />
2. Lengkeng Aroma Durian Putih </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">TINJAUAN PUSTAKA</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Botani Tanaman</b></div><div style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-indent: .5in;"><br />
</div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-indent: .5in;"><span style="letter-spacing: .3pt; mso-no-proof: yes;">Tanaman lengkeng </span><span style="color: black; mso-no-proof: yes;">diklasifikasikan sebagai berikut :<br />
Divisi <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Spermatophyta<br />
Subdivisi <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Angiospermae<br />
Kelas<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>: Dicotyledonae<br />
Ordo <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Sapindales<br />
Famili<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>: Sapindaceae<br />
Genus <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Nephelium<br />
Spesies<span style="mso-tab-count: 1;"> </span> : <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Nephelium longanum </i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">L</b><i style="mso-bidi-font-style: normal;">.</i></span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="color: black;">Akar tunggangnya lebih dari 3 m dalamnya, dan tetap langgeng akar lateralnya memencar sampai di batas proyeksi tajuknya, dengan akar-akar penyerap hara menancap sedalam 6 m. Akar penyerap ini mempunyai fungsi menyerap air maupun zat makanan.Pada akar ini mempunyai jaringan pengangkut berupa floem dan xylem. </span><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Untuk floem terbagi menjadi 2 macam yakni floem primer dan floem sekunder, masing-masing floem primer mengandung kanal tunggal. Pada floem sekunder kanal ini berukuran lebih kecil.</span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Lengkeng merupakan tanaman keras mempunyai batang dan kayu yang kuat, sistem perakaran sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang sangat dalam (terutama tanaman lengkeng yang berasal dari biji), sehingga sangat tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Daun lengkeng termasuk daun majemuk tiap tangkai memiliki tiga sampai enam pasang helai daun. Bentuknya bulat panjang, ujungnya agak runcing tidak berbulu, tepinya rata dan permukaan nya mempunyai lapisan lilin. Kuncup daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang berwarna merah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">Yang harus kita perhatikan adalah bahwa tanaman lengkeng dilihat dari bunganya terbagi menjadi 4 jenis yaitu:</div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;">-Lengkeng jantan (hanya menghasilkan bunga jantan).<br />
-Lengkeng betina (hanya menghasilkan bunga betina)<br />
-Lengkeng jantan dan betina (dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>betina).<br />
-Lengkeng hermaprodit (dalam satu bunga terdapat putik/betina dan serbuk sari/jantan).</div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;">Biji besar kecil agak besar .Warna kulit buah matang agak gelap cerah agak cerah, daging buah tipis tebal kurang tebal. <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sifat daging buah lengket ngelotok ngelotok. Rasa kurang manis manis segar manis. Aroma langu agak harum kurang harum.</span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Buah lengkeng berbentuk malai yang terletak di ujung rantingnya, warna kuning muda atau putih kekuningan, ukurannya sangat kecil sehingga hanya sangat jelas bila memakai alat pembesar.</span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div align="center" style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: black;">Syarat Tumbuh</span></b></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: black;">Iklim</span></b></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="mso-no-proof: yes;">Tanaman lengkeng sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman lengkeng <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain. Suhu harian di sentra penghasil lengkeng minimun antara 15-25° C dan maksimun antara 25-35° C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam<span style="color: black;"> pada suhu harian rata-rata 27°C.</span></span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="mso-no-proof: yes;">Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang mempunyai tipe iklim B (basah), tipe iklim C (agak basah) dan tipe iklim D (sedang). Penentuan tipe iklim tersebut didasarkan pada rumus dikemukakan oleh Schmidt Fergusson, yakni perbandingan rata – rata jumlah bulan kering dengan rata- rata jumlah bulan basah yang dinyatakan dalam persen. </span><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun dengan 9-12 bulan basah dan 2-4 bulan kering</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV; mso-no-proof: yes;">.</span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tinggi tanaman dapat mencapai 40 m. Lebih cocok ditanam di dataran rendah (300-900 m dpl), tipe iklim basah dengan musim kering tidak lebih dari 4 bulan. Suhu malam dingin selama musim kemarau (15° - 20° C) mendorong tanaman berbunga. Ada tanaman yang berbunga sempurna maupun hanya berbunga betina atau jantan saja. Tanaman kelengkeng berbunga setahun sekali, biasanya pada bulan Agustus-Oktober dan buah dapat dipanen 4 bulan setelah bunga mekar. Buah kelengkeng berbentuk bulat besar, kulit hijau kasar ketika masih muda dan kuning kecoklatan setelah tua serta tidak berbulu. Daging buah bening berair, dengan rasa manis dan aroma yang khas. </span>RH tanaman lengkeng adalah 60-80 %<span style="color: black;">.</span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Tanah</b></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="color: black;">Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah – daerah yang tanahnya bertekstur halus dengan pH 5,5 sampai 6,5. Tanah bertekstur halus biasanya adalah tanah yang sebagian besar terdiri dari lempung atau tanah yang tidak berpasir, misalnya tanah andosol, vertisol, latosol atau laterit dan sebagainya.</span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="color: black; mso-ansi-language: SV;">Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. </span><span style="color: black;">Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air.</span></div><div style="background: white; line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="mso-no-proof: yes;">Di Indonesia tanaman lengkeng dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis<span style="color: black;">.</span></span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">BUDIDAYA TANAMAN LENGKENG (</b><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Nephelium longanum</i><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> L)</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Perbanyakan Tanaman</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun). Selain itu, bibit dari biji sering tumbuh menjadi lengkeng jantan yang tidak mampu berbuah. Bibit okulasi/cangkokan mulai berbuah pada umur empat tahun<span style="color: black;">.</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center; text-indent: .25in;"><b>Pengolahan media Tanam</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center; text-indent: .25in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></b><span class="contentdescription1">Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tanah tanaman lengkeng sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: justify;"><span class="contentdescription1"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span class="contentdescription1"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemberian pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span class="contentdescription1"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Teknik Penanaman</b></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;">Budi daya tanaman Lengkeng ditanam pada jarak tanam 8 m x 10 m atau 10 m x 10 m dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 20 kg. Pupuk buatan yang diberikan sebanyak l00-300 g urea, 300-800 g TSP (400- 1000 kg SP-36), dan l00-300 g KCl untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dalam selang tiga bulan. Setelah panen buah, pemberian pupuk cukup sekali sebanyak 300 g urea, 800 g TSP, dan 300 g KCl per pohon<span style="color: black;">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pegolahan media tanam. Pada dasarnya sama dengan yang diterapkan pada skala rumah tangga. Hanya di sini, penggunaan pupuk kandang dapat perhatian lebih, dimana di tahap awal penanaman pemberian pupuk kandang penting untuk diterapkan di media tanam. Kandungan unsur yang terurai dalam hara, berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman. Selebihnya media pasir, tanah liat, dan sekam bisa dikombinasikan. Pengaturan lahan. Tersusun dengan sistem bedengan, dimana jarak antar bedengan diberi sela 4 meter. Sedangkan jarak tanam dalam setiap bedengan di beri jarak 3 meter.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center; text-indent: .25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pemeliharaan Tanaman</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></b><span class="contentdescription1"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyiraman bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air siraman jangan sampai menggenangi tanaman.</span></span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span class="contentdescription1"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penggemburan diusahakan media tanam tidak memadat. Pemadatan media biasanya terjadi karena penyiraman yang berlebihan. Setelah itu, lakukan penggemburan dengan menggunakan sekop kecil. Hati-hati, jangan sampai merusak akarnya.</span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Meski media tanam menggunakan pupuk kandang, pupuk organik masih diperlukan. Sampai umur 2 tahun, setiap 4 bulan, tambahkan NPK (15:15:15) sebanyak 25 gram per tanaman. Sejak umur 3 tahun dan seterusnya, setiap tanaman diberi 100 gram NPK (15:15:15). Caranya, benamkan pupuk NPK sedalam 10 cm, lalu siram hingga cukup basah.</span></div><div style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemangkasan adalah pemotongan atau pengurangan sebagian dari cabang dan ranting. Pemangkasan cabang dan ranting ini bertujuan: (1) Untuk memperbanyak cabang/ranting, karena hilangnya dominasi titik tumbuh apikal; (2) Untuk memperpendek pohon, supaya mudah pemanenannya (dwarfing), (3) Untuk mempermuda tnaman yang telah tua; (4) Untuk mengatur keseimbangan karbohidrat dan nitrat pada tanaman agar dapat berbuah. Pemangkasan dapat dilakukan sambil memetik buah lengkeng dengan menggunakan gunting stek. Pada tanaman lengkeng yang buahnya sedikit harus selalu dilakukan pemangkasan, sebab dengan dilekukan pem,angkasan lengkeng akan cepat berbuah. Hal ini didasarkan pada perbandingan banyaknya karbohidrat dalam daun dengan banyaknya protein dan nitrat yang dapat larut dalam tanaman. Jika karbohidratnya rendah dan kadarnya tinggi, tanaman secara vegetatif akan tumbuh terus denga subur tetapi tanpa berbuah. Jika karbohidratnya tinggi dan kadar nitratnya rendah, tanaman akan tumbuh kerdil dan buahnya sedikit. Tetapi jika karbohidratnya sedang dan kadar nitratnya tinggi, tanaman lekeng akan tumbuh sedang dan dapat berbuah lebat. Jika karbohidratnya rendah dan kadar nitratnya tinggi biasanya daun-daunnya tumbuh lebat tetapi tidak dapat berbunga dan berbuah. Tanaman lengkeng yang demikian perlu dipangkas secara teratur supaya karbohidratnya menjadi sedang dan kadar nitratnya bertambah karena adanya penyerapan pupuk nitrogen (N) dari dalam tanah oleh akar-akarnya. Dengan demikian tanaman lengkeng dapat berbunga lebat dan berbuah banyak. <br />
</span>Pemotongan akar, pengeratan batang dan mengurangi daun<br />
Beberapa cara yang dilakukan petani klengkeng di Jabung dan Tumpang untuk merangsang pembungaan tanaman yang tidak berbunga, adalah: (1) Pemotongan akar, untuk mengurangi penyerapan larutan makanan terutama N dari dalam tanah; (2) Pengeratan (ringing) pada batang-batangnya, untuk menghambat pengangkutan (translokasi) karbohidrat; dan (3) Pemangkasan daun-daunnya agar tidak terjadi penimbunan karbohidrat<span style="color: black;">.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><b>Hama dan Penyakit</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">1..Hama</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">a.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Trusuk. Serangga ini ukurannya sebesar semut hitam, warnanya coklat dan bersayap. Hama ini menyerang bagian batang, terutama batang pokoknya, yakni dengan cara membuat lubang dan masuk ke dalamnya. Apabila jumlahnya sangat banyak, pohon lengkeng yang diserang tentu terdapat lubang yang banyak pula. Lengkeng yang terserang hama trusuk menunjukkan perubahan pada warna daunnya, yakni semula berwarna hijau menjadi kunig dan akhirnya rantok. Dengan rontoknya daun-daun tersebut, cabang-cabang menjadi kering dan mengakibatkan kematian. Pengendalian hama trusuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida pada batang yang telah terserang oleh hama tersebut. Namun akan lebih baik kalua dilakukan pencegahan secara dini sebelum terserang, yakni dengan melakukan penyemprotan insektisida pada batang-batang tanaman lengkeng yang sehat, terutama batang pokoknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kelelawar. Kelelawar juga termasuk hama yang sangat merugikan petani, makan buah-buah masak dan merontokkan buah-buah muda. Untuk mengatasi gangguan kelelawar, buah lengkeng pada malainya harus diberongsong dengan anyaman bambu atau tepes kelapa.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">2.Penyakit</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Salah satu penyakit yang sering mengganggu tanaman lengkeng adalah Jamur. Penyakit ini pada umumnya menyerang batang pohon lengkeng, terutama batang pokoknya. Pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada batang yang terserang<span style="color: black;">.</span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Panen dan Pascapanen Lengkeng</b></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></b>Lengkeng termasuk buah non-klimakterik , dimana setelah dipanen respirasi dan produksi etilen buah mengalami penurunan dan tidak mengalami proses pematangan jika buah telah dipanen. <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pada buah non-klimakterik, saat panen perlu diperhatikan agar kualitas buah yang diperoleh optimal. Kandungan total padatan terlarut, total gula dan vitamin C buah mengalami peningkatan selama proses pemasakan buah. Penentuan saat panen lengkeng dapat diukur dari ukuran buah, warna kulit, kandungan TPT, total asam, rasio TPT:TA, rasa buah, dan umur buah (setelah bunga mekar). Diantara beberapa faktor tersebut penentuan saat panen buah berdasarkan warna kulit buah, rasa buah dan umur buah adalah yang umum dilakukan. TPT dapat juga diukur dengan cara menggunakan Handrefractometer (manual atau digital). Angka (% atau brix) yang ditunjukkan menunjukkan jumlah kasar padatan terlarut dalam jus buah, termasuk karbohidrat dan gula.</span></div><strong><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span>Tabel Penentuan saat panen buah</strong><br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-bottom-color: #000000; border-bottom-style: outset; border-bottom-width: 1pt; border-left-color: #000000; border-left-style: outset; border-left-width: 1pt; border-right-color: #000000; border-right-style: outset; border-right-width: 1pt; border-top-color: #000000; border-top-style: outset; border-top-width: 1pt; width: 530px;"><tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 29.2pt;" valign="top" width="39"> No<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 89.2pt;" valign="top" width="119"> Indikator<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 119.5pt;" valign="top" width="159"> Varietas Lokal<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 159.6pt;" valign="top" width="213"> Varietas Introduksi<br />
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 29.2pt;" valign="top" width="39"> 1<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 89.2pt;" valign="top" width="119"> Warna kulit buah<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 119.5pt;" valign="top" width="159"> Coklat-coklat tua<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 159.6pt;" valign="top" width="213"> Kuning kecoklatan-coklat cerah<br />
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 29.2pt;" valign="top" width="39"> 2<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 89.2pt;" valign="top" width="119"> Rasa buah<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 119.5pt;" valign="top" width="159"> Manis (brix minimal 14)<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 159.6pt;" valign="top" width="213"> Manis (brix minimal 18)<br />
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 29.2pt;" valign="top" width="39"> 3<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 89.2pt;" valign="top" width="119"> Umur buah<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 119.5pt;" valign="top" width="159"> 6 bulan<br />
</td> <td style="border: inset black 1.0pt; mso-border-alt: inset black .75pt; padding: 5.25pt 5.25pt 5.25pt 5.25pt; width: 159.6pt;" valign="top" width="213"> 4-6 bulan (tergantung varietas)<br />
</td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari. Panen saat hari hujan juga sebaiknya dihindari. Kerusakan buah saat panen dapat mempercepat proses pembusukan buah, karena itu proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Buah dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik atau bambu. Semua buah dalam satu pohon sebaiknya dipanen secara bersamaan kecuali jika tingkat kematangan antar tandan buah berbeda jauh. Buah yang telah dipanen diletakkan di tempat yang teduh dan jika memungkinkan segera dibawa ke bangsal pengepakan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Musim panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300–600 kg per pohon. Lengkeng termasuk buah non-klimakterik sehingga harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">KESIMPULAN</b></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Pohon lengkeng memerlukan perawatan yang khusus seperti pengerokan kulit luar batang, pemangkasan dan pemberongsongan</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="mso-no-proof: yes;">Tanaman lengkeng sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman lengkeng <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun).</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Tanaman lengkeng yang demikian perlu dipangkas secara teratur supaya karbohidratnya menjadi sedang dan kadar nitratnya bertambah karena adanya penyerapan pupuk nitrogen (N) dari dalam tanah oleh akar-akarnya</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">DAFTAR PUSTAKA</b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><h2 style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">http://balitjestro.litbang.deptan.go.id .2010. Pemanenan Buah Lengkeng. Diakses tanggal 7 Mei 2010.</span></h2><h2 style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><o:p> </o:p></span></h2><h2 style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://catatan/"><span style="color: black;">http://catatan</span></a> pasartani. 2008. </span><span style="font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Budi Daya Kelengkeng Pingpong Antara Hobi Dan Peluang Usaha. Diakses tanggal 7 Mei 2010.</span></h2><h2 style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -45.0pt;"><o:p> </o:p></h2><h2 style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://www.emirgarden.com.2010.tabulampot-solusi-pas-lahan-terbatas/"><span style="color: black;">http://emirgarden.com.2010.Tabulampot-solusi-pas-lahan-terbatas</span></a>.Diakses tanggal 9 Maret 2010</span></h2><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h1 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.1pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -45.1pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://ficusbenyamina.blogspot.com/2010/02/lengkeng-pingpong.html"><span style="color: black;">http://ficusbenyamina.blogspot.com/2010/02/lengkeng-pingpong.html</span></a>.Diakses tanggal 17 Maret 2010</span></h1><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black;"><a href="http://garfazh.blogspot.com/2009/04/jenis-jenis-lengkeng-dataran-rendah.html"><span style="color: black;">http://garfazh.blogspot.com/2009/04/jenis-jenis-lengkeng-dataran-rendah.html</span></a>. Diakses tanggal 7 Mei 2010.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><h1 style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 45.1pt; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify; text-indent: -45.1pt;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://infokebun.wordpress.com.2008.tanaman-buah-dalam-pot-tambulapot./"><span style="color: black;">http://infokebun.wordpress.com.2008.Tanaman-buah-dalam-pot-tambulapot.</span></a> Diakses tanggal 9 maret 2010</span></h1><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><h2 style="margin-left: 45.0pt; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://putrakencanaarta.wordpress.com.2008.menjaga-penampilan-tabulampot/"><span style="color: black;">http://putrakencanaarta.wordpress.com.2008.Menjaga-penampilan-tabulampot</span></a>. Diakses tanggal 9 Maret 2010</span></h2><div style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black;">http://tabulampot.wordpress.com.2006. Lebih-asyik-dengan-tabulampot..Diakses tanggal 9 Maret 2010</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://tanpapena.blogspot.com/2009/07/budidaya-lengkeng.html"><span style="color: black;">http://tanpapena.blogspot.com/2009/07/budidaya-lengkeng.html</span></a>. </span><span style="mso-bidi-font-weight: bold;">Diakses tanggal 7 Mei 2010.</span></div><div style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;"><span style="color: black;"><a href="http://zakifahmi-zakisukatani.blogspot.com.2009.budidaya-kelengkeng.html/"><span style="color: black;">http://zakifahmi-zakisukatani.blogspot.com.2009.Budidaya-kelengkeng.html</span></a>. Diakses tanggal 9 Maret 2010</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">Najiyati, S dan Danarti. 1999. Memilih dan Merawat Tanaman Buah di Pekarangan Sempit. Penebar Sawadaya, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">Nuswamaehaeni,S.,D. Prihatini dan E.P.Pohan. 1999. mengenal Buah Unggul <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Penebar Swadaya, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">jakarta</st1:city></st1:place></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;">Sunanto, H. 1990. Budidaya Lengkeng dan Aspek Ekonominya. Kanisius, <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -45.0pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Untung, O. 2004. Agar Tanaman Berbuah di Luar Musim. </span>Penebar Swadaya, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Jakarta</st1:city></st1:place></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-42917559809025107362010-06-17T01:53:00.001-07:002010-06-17T02:04:37.154-07:00BUDIDAYA ALPUKAT<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%;">DAERAH ASAL</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Nama Alpukat, Apokat atau Avocad (dari bahasa Inggris, Avocado) berasal dari bahasa Aztek, <i><span style="mso-bidi-font-weight: bold;">ahuacatl</span></i> (dibacanya kira-kira “Awakatl”). Suku Aztek berada di daerah Amerika Tengah dan Meksiko. Oleh karena itu, buah ini pada mulanya dikenal di daerah tersebut. Pada saat pasukan Spanyol memasuki wilayah tersebut pada sekitar awal abad ke-16, berbagai tumbuhan dari daerah ini, termasuk Alpukat, diperkenalkan kepada penduduk Eropa. Orang pertama yang memperkenalkan buah Alpukat kepada penduduk Eropa yaitu Martin Fernandez de Enciso, salah seorang pemimpin pasukan Spanyol. Dia memperkenalkan buah ini pada tahun 1519 kepada orang-orang Eropa. Pada saat yang sama juga, para pasukan Spanyol yang menjajah Amerika Tengah juga memperkenalkan kakao, jagung, dan kentang kepada masyarakat Eropa.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div><div style="line-height: 50%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Alpukat (Persea <st1:city w:st="on">americana</st1:city> Mill) yang berkembang di <st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region> kebanyakan berasal dari Amerika Tengah dan sedikit dari <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Guatemala</st1:country-region></st1:place>. Buah itu masuk ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> pada abad ke - 18. Sebenarnya masih ada jenis lain yang masuk ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>, yaitu alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai untuk ditanam di daerah subtropis ( dengan ketinggian daerah diatas 2.000 m dpl ), maka pertumbuhannya di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> kurang begitu baik.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920 - 1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi<span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251651072;"><span style="height: 30px; left: 0px; left: 515px; position: absolute; top: -73px; width: 30px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="30" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="30"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251651072;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1110"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table>.<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika ( <st1:state w:st="on">Florida</st1:state>, <st1:state w:st="on">California</st1:state>, <st1:state w:st="on">Hawaii</st1:state> ), <st1:country-region w:st="on">Australia</st1:country-region>, <st1:country-region w:st="on">Cuba</st1:country-region>, <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Argentina</st1:country-region></st1:place>, dan Afrika Selatan. <span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Alpukat dapat ditemukan di seluruh daerah di Indonesia. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251652096;"><span style="height: 32px; left: 0px; left: 503px; position: absolute; top: -73px; width: 43px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="32" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="43"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251652096;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1111"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI;">MANFAAT ALPUKAT</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Belakangan sejumlah ilmuwan menemukan fakta baru. alpukat sarat glutation, senyawa fitokimiawi alami non-gizi yang berkhasiat. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Glutation merupakan antioksidan kuat pengusir beragam kanker, khususnya kanker mulut dan tenggorokan, serta mencegah serangan jantung. Dibandingkan dengan pisang, apel, blewah, maupun anggur, kandungan glutation dalam alpukat 3 kali lipatnya.<br />
Beta-sitoterol adalah senyawa fitokimiawi lain yang ditemukan dalam alpukat. Lemak nabati merupakan bagian “lemak baik”, khasiatnya menurunkan seluruh jenis lemak darah yang dapat memicu penyakit akibat gangguan pembuluh, khususnya stroke dan serangan jantung. Beta-sitosterol akan menormalkan kadar “kolesterol jahat”, trigliserida, maupun total lemak darah. Jumlahnya mencapai 4 kali lipat dibanding yang terdapat dalam pisang, apel, anggur, maupun blewah. Pemanfaatan buah alpukat disamping daging buahnya bisa juga biji dari buah ini, yaitu untuk mengobati maag. cara menyiapkan atau membuat obat herbal dari biji alpukat tersebut.</span></div><div style="line-height: 50%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Alpukat sangat berguna untuk menangkal gejala penyakit flu. Karena, di dalam setiap buah alpukat, terkandung banyak vitamin E yang berkhasiat untuk menangkal radikal bebas dan menekan resiko infeksi. Selain itu, alpukat juga mengandung vitamin B yang membantu proses produksi antibodi secara alami. Alpukat juga mengandung omega 6 serta asam lemak esensial yang bermanfaat untuk meredakan radang. Mengkonsumsi buah ini secara rutin dapat meningkatkan sistem imun pada tubuh manusia.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Efek farmakologis daun alpukat adalah peluruh kencing ( diuretik ) dan astringen. Selain itu, daun dan kulit ranting memiliki efek farmakologis, seperti peluruh kentut ( karminatif ), penyembuh batuk, pelancar menstruasi, emollient, dan antibakteri.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Buah Alpukat ternyata memiliki banyak sekali manfaat. Batang pohonnya dapat digunakan sebagai bahan bakar, kulitnya digunakan sebagai pewarna warna coklat pada produk dari bahan kulit, dagingnya dijadikan bahan dasar untuk kosmetik. Bijinya digunakan sebagai bahan pewarna pakaian yang tidak mudah luntur. Biji Alpukat juga bisa dijadikan obat penurun kadar gula untuk penderita diabetes. Caranya biji tersebut dihaluskan dengan menggunakan blender lalu hasilnya diminum.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Daun alpukat ternyata juga bermanfaat mengatasi berbagai keluhan seperti batu ginjal, sakit pinggang, dan hipertensi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Biji alpukat bisa mengobati sakit gigi dan kencing manis. Daunnya yang berbentuk bulat telur memanjang pun juga sangat berkhasiat. Terutama untuk memperlancar kencing, mengobati kencing batu, batu ginjal, darah tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran pernafasan membengkak, sakit punggung, sakit perut, disentri, dan menstruasi tidak teratur. Kulit kayu alpukat bisa mengiobati penyakit eksim. Daging buahnya yang penuh vitamin E dapat dijadikan pelembut, penghalus kulit, pembersih muka, penghitam rambut dan pendingin mata. Sementara kulit bagian dalam buah alpukat mengandung senyawa humektan yang dapat menahan kelembapan.</span></div><div style="line-height: 50%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kadar asam folat dan vitamin E juga tinggi, kalium alpukat lebih efektif dalam meredam hipertensi dan memperlancar aliran darah. Berbeda dari buah-buahan lain, alpukat hampir tidak mengandung pati, sedikit mengandung gula buah, tetapi banyak mengandung serat selulose. Oleh sebab itulah alpukat sangat dianjurkan bagi penderita diabetes. Di dalam alpukat juga banyak mengandung zat besi dan zat tembaga yang sangat penting dalam pembentukan sel darah merah dan pencegahan anemia gizi. Paduan antara vitamin C, vitamin E, zat besi, kalium dan mangan menjadikan alpukat baik untuk menjaga kulit dan rambut. Zaman dahulu orang maya menganggap alpukat sebagai makanan yang mampu menjaga tulang-tulang sendi bergerak dengan bebas. Dalam satu alpukat mengandung 300 kalori, 88 persen dikontribuso sebagai lemak. Oleh sebab itulah tidak heran jika buah alpukat mampu memberikan lubrikasi ( pemberian minyak ) secara alami pada tulang-tulang persendian tubuh seperti leher, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut dan pergelangan kaki.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kayu pohon alpukat bermanfaat sebagai bahan bakar. Biji dan daunnya dapat digunakan dalam industri pakaian. Kulit pohonnya dapat digunakan untuk pewarna coklat pada produk yang terbuat dari kulit. Dalam bidang </span><span style="color: black;"><a href="http://kumpulan.info/cantik.html" title="kecantikan"><span lang="SV" style="color: black;">kecantikan</span></a></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">, buah alpukat juga sering digunakan sebagai masker wajah. Buah ini dianggap mampu membuat kulit lebih kencang. Buah alpukat juga bermanfaat untuk perawatan rambut misalnya sewaktu melakukan <i>creambath</i>. Selain itu, sebagai buah, alpukat juga tentu bisa dinikmati sebagai hidangan yang lezat. Berbagai hidangan disajikan dengan menambah alpukat sebagai bagian dari hidangan tersebut.</span></div><div style="line-height: 200%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251653120;"><span style="height: 54px; left: 0px; left: 503px; position: absolute; top: -73px; width: 54px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="54" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="54"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251653120;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1112"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">KOMPOSISI KIMIAWI BUAH ALPUKAT DALAM 100 GR DAGING BUAH</span></b><br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="margin-left: 45pt; width: 377px;"><tbody>
<tr style="height: 17.25pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="background: #B83D68; border-bottom: solid white 3.0pt; border: solid white 1.0pt; height: 17.25pt; padding: 0in 0in 0in 0in; width: 141.4pt;" valign="top" width="189"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Komponen</div></td> <td style="background: #B83D68; border-bottom: solid white 3.0pt; border: solid white 1.0pt; height: 17.25pt; padding: 0in 0in 0in 0in; width: 141.35pt;" valign="top" width="188"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Kadar</div></td> </tr>
<tr style="height: 28.75pt; mso-yfti-irow: 1; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="background: #E6CED4; border-top: solid white 3.0pt; border: solid white 1.0pt; height: 28.75pt; padding: 0in 0in 0in 0in; width: 141.4pt;" valign="top" width="189"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Energi buah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Air</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Protein</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Lemak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Karbohidrat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;">Abu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;">Vitamin :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>A</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>B1</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>B2</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>B3</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>B6</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">C</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>D</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>E</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>K</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Mineral :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span>Ca</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Fe</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>P</div></td> <td style="background: #E6CED4; border-top: solid white 3.0pt; border: solid white 1.0pt; height: 28.75pt; padding: 0in 0in 0in 0in; width: 141.35pt;" valign="top" width="188"><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">85 kal – 233 kal</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">67,49% - 84,30%</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,27 gr – 1,7 gr</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">6,5 gr – 25,18 gr</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">5,56 gr – 8 gr</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,70 gr – 1,4 gr</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,13 mg – 0,51 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,025 mg – 0,12 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,13 mg – 0,23 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,79 mg – 2,16 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,45 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">2,3 mg – 37 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,01 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">3 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">0,008 mg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;">10 mg</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;">0,9 mg</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 20.6pt;">20 mg</div></td> </tr>
</tbody></table><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tumbuhan alpukat, terutama bagian daun, memiliki rasa pahit dan kelat. Kulit ranting mengandung beberapa zat kimia di antaranya minyak terbang, seperti methylehavikol, alphapinene, tanin, dan flavonoid. Daging buah mengandung lemak jenuh, protein, sesqueterpenes, vitamin A, B1, dan B2.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Banyak orang masih sering salah sangka dengan kandungan gizi alpukat, lantaran sangat berlemak. Alpukat memang memilkiki kadar lemak tinggi diantara semua jenis buah-buahan. Namun total kalorinya tidaklah tinggi karena kandungan karbohidratnya terbatas. Lemak alpukat termasuk lemak tak jenuh tunggal, sehingga tidak akan menyebabkan naiknya berat badan. Satu buah alpukat mengandung nutrisi kalsium 23 mg, fosfor 95 mg, zat besi 1,4 mg, sodium 9 mg, potassiummm 1,368 mg, vitamin A 660 Iu, niacin 8,6 mg dan vitamin C <span style="mso-spacerun: yes;"></span>82 mg.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Alpukat merupakan satu-satunya buah yang kaya lemak. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kadarnya lebih dari dua kali kandungan lemak durian. Walaupun demikian, lemak alpukat termasuk lemak sehat, karena didominasi asam lemak tak jenuh tunggal oleat yang bersifat antioksidan kuat. Lemak alpukat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menaikkan kolesterol baik (HDL), sehinggasecara nyata menekan resiko stroke dan serangan jantung. Kemampuan ini diperkuat oleh kandungan betakaroten, klorofil, vitamin E dan vitamin B kompleks yang banyak terdapat di dalam alpukat. Alpukat kaya mineral kalium, tetapi rendah kandungan natriumnya. Perbandingan ini mendorong suasana basa di dalam tubuh kita. Berkurangnya keasaman tubuh akan menekan munculnya penyakit akibat kondisi tubuh terlalu asam.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251654144;"><span style="height: 42px; left: 0px; left: 492px; position: absolute; top: -73px; width: 54px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="42" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="54"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251654144;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1113"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">BOTANI TANAMAN</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sistematika tanaman alpukat ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Persea americana</i> Mill atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Persea gratissima</i> Gaertn )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kingdom<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Plantae</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Divisio<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Spermatophyta</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Subdivisio<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Angiospermae</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Kelas<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Dicotyledoneae</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Ordo<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Laurales</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Family<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Lauraceae</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Genus<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Persea</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Spesies<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Persea <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">americana</st1:city></st1:place></i> Mill</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Persea gratissima</span></i><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> Gaertn<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Akar merupakan akar tunggang yang pertumbuhannya cepat. Akar tunggang mempunyai akar pokok yang tumbuh lurus ke dalam tanah, dan tumbuh cabang akar. Cabang akar bercabang-cabang lagi dan cabang yang paling akhir umumnya lembut dan tipis (rambut akar). Panjang cabang akar 3 – 4 meter.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tinggi batang > 20 m, kecuali yang berasal dari bibit hasil okulasi. Pada batang terdapat daun berbentuk tunggal dan tersusun dalam bentuk spiral. Batang bercabang rendah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Daun merupakan daun tidak lengkap ( terdiri dari : tangkai & helaian, tanpa upih dan pelepah daun ). Berwarna hijau atau hijau tua, berbentuk runcing sampai agak melebar, panjang 10 – 20 cm. Daun satu dengan yang lain sedikit berjarak dan daun teratur pada batang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Temasuk bunga lengkap berkelamin dua ( memiliki benang sari dan putik ), tumbuh tersusun dalam malai pada tunas pucuk tapi penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi. Bunga tergolong kecil berdiameter 0,5 cm – 1,5 cm. Sistem pembungaan alpukat :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tipe A</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Hari I ( pagi ) bunga berfungsi sebagai bunga betina. Saat ini putik siap menerima serbuk sari, tapi benang sarinya belum masak. Hari II ( siang ), bunga berfungsi sebagai bunga jantan. Saat ini serbuk sari masak, tapi putik sudah tidak mau membuka lagi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tipe B</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Hari I ( pagi ), bunga berfungsi sebagai bunga jantan. Saat ini benang sari masak, namun putiknya belum siap menerima tamu ( menutup ). Hari II ( siang ), bunga berfungsi sebagai bunga betina. Saat ini putik terbuka, dan serbuk sari tidak siap membuahi.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bentuk buah ada yang panjang, ada yang bundar. Kulitnya bermacam-macam dari yang tipis dan halus sampai kasar, tebal, dan keras.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Biji berkeping dua. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Bagian bawah biji agak rata dan membulat atau melonjong. Di bagian bawah ini terdapat semacam urat yang berhubungan dengan daging buahnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI;">SYARAT TUMBUH</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251655168;"><span style="height: 30px; left: 0px; left: 503px; position: absolute; top: -131px; width: 42px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="30" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="42"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251655168;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1114"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Keadaan Iklim</span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cahaya matahari berkisaran 40% - 80%. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Toleran dengan cahaya 80% atau lebih rendah ( var. dataran rendah ). Toleran dengan cahaya 40% atau lebih ( var. dataran tinggi ). Cahaya matahari langsung, terbuka penuh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Angin diperlukan dalam proses penyerbukan. Kecepatan angin 62,4 km/jam – 73,6 km/jam dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tanaman alpukat dapat bertoleransi pada suhu tidak lebih dari 30 <sup>o</sup>C <span style="mso-spacerun: yes;"></span>( dat. rendah ); tidak lebih dari 15 <sup>o</sup>C ( dat. tinggi ).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Curah hujan 1500 – 3000 mm/tahun. Tipe curah hujan pada tanaman alpukat :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Tipe A : 12 b.b dan 0 b.k</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Tipe B<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: < 9 atau 12 b.b dan 1 – 2 atau 2 – 4 b.k</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tipe C<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: 5 – 6 b.b dan 5 – 6 bk</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bulan basah ( b.b ) : bila curah hujan lebih dari 100 mm/bulan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bulan kering ( b.k ): bila curah hujan di bawah 100 mm/bulan.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Keadaan Tanah</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ketinggian tempat 0 m – 2000 m dpl. Paling cocok ditanam pada ketinggian antara 200 – 1000 m dpl. pH tanah : 5,5 – 6,5.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, remah berhumus, tidak kedap air, dan drainase baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251657216;"><span style="height: 54px; left: 0px; left: 504px; position: absolute; top: -85px; width: 42px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="54" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="42"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251657216;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1115"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: FI;">RAS ALPUKAT</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tanaman alpukat dikelompokkan menjadi tiga tipe keturunan atau tiga Ras. Masing – masing ras Meksiko, ras Guetamala, dan ras Hindia Barat. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sifat atau tipe masing – masing ras diuraikan berikut ini:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ras Meksiko</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis (2.400 - 2.800 m dpl). Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan.Buah kecil dengan berat 100 - 225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ras Guatemala</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis ( 800 - 2.400 m dpl). Kurang tahan terhadap suhu dingin ( toleransi sampai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>-4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200 - 2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar ( berbintil-bintil ). Masak buah antara 9 - 12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ras Hindia Barat</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400 - 2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6 - 9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251658240;"><span style="height: 42px; left: 0px; left: 503px; position: absolute; top: -73px; width: 42px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="42" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="42"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251658240;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1116"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">VARIETAS ALPUKAT</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Antara tahun 1920 – 1930 dalam usaha memperbaiki kesehatan gizi masyarakat, pemerintah telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikt. Varietas – varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua yaitu varietas unggul dan varietas lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Varietas Unggul</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Ijo Panjang</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l4 level1 lfo2; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Ijo Bundar</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Varietas Alpukat Lainnya</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Merah Panjang</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Merah Bundar</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Dickinson</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Butler</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Winslowson</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Benik</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat <st1:place w:st="on"><st1:state w:st="on">Puebla</st1:state></st1:place></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Fuerte</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Collinson</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Waldin</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">11.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Ganter</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">12.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Mexicola</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">13.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Duke</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">14.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Ryan</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">15.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Leucadia</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">16.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Queen</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l21 level1 lfo3; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">17.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Alpukat Edranol</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Varietas Unggul</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Ijo Panjang</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Tinggi pohon<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 5 m – 8 m</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tajuk pohon<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: jorong ke atas, 6 m x 7 m</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk percabangan<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: banyak, horizontal cenderung ke atas </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Letak daun<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: agak tegak</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">Permukaan daun<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: licin</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk daun<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: bulat panjang dengan tepi rata</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ukuran daun<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 7,5 cm x 16,5 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Panjang tangkai daun<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: 3 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna tandan bunga<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: hijau muda</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna bunga<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: hijau kekuningan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Berbuah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: terus-menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kerontokan buah<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: sedikit</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Berat buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 0,3 kg – 0,5 kg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: bentuk pear (pyriform)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kulit buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: hijau licin berbintik kuning, tebal 1,5 mm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ujung buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: tumpul</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pangkal buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: mengecil (meruncing)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna buah muda<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: hijau muda</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna buah masak<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: hijau tua kemerahan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Daging buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: kuning</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Rasa buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: enak, gurih, agak lunak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tebal daging buah<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: tebal</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Diameter buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 6,5 cm–10 cm (rata-rata 8 cm)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Panjang buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 11,5 cm–18 cm (rata-rata 14 cm)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk biji<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: jorong</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ukuran biji<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 4 cm x 5,5 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Hasil<span style="mso-tab-count: 3;"> </span>: 40 kg–80 kg per pohon per <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tahun (rata-rata 50 kg)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Ijo Bundar</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tinggi pohon<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 6 m–8 m</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tajuk pohon<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: melebar ke samping 9,5 m x 10 m</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk percabangan<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: banyak, mendatar</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Letak daun<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: agak tegak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Permukaan daun<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: agak kasar</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk daun<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: bulat panjang dengan tepi berombak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ukuran daun<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 6,5 cm x 15 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Panjang tangkai daun<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: 2,5 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna tandan bunga<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: hijau muda</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna bunga<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: hijau kekuningan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Berbuah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: terus-menerus, tergantung kepada lokasi dan kesuburan <span style="mso-tab-count: 4;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lahan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kerontokan buah<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: sedikit</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Berat buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 0,3 kg – 0,4 kg</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: lonjong (oblong)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kulit buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: permukaan licin, berbintik kuning, tebal 1mm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ujung buah <span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: bulat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pangkal buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: tumpul</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna buah muda<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: hijau muda</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna buah masak<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: hijau tua</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Daging buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: kuning kehijauan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Rasa buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: enak, gurih, agak kering</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Daging buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: tebal</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Diameter buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 7,5 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Panjang buah<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 9 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bentuk biji<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: jorong</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ukuran biji<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 4 cm x 5,5 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Hasil <span style="mso-tab-count: 3;"> </span>: 20 kg – 60 kg per pohon per <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tahun (rata-rata 30 kg) </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Varietas Alpukat Lainnya</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Merah Panjang</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sangat kecil disukai, berbentuk bulat lonjong. Berat rata-rata lebih kurang 340 gr. Kulit licin, tidak tebal, berwarna hijau kekuningan. Daging buah tebal, rasanya gurih enak. Biji tergolong besar, berukuran 5 cm x 3,5 cm. Produksi buah tergolong tinggi, daya simpan buah baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Merah Bundar</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Buah berbentuk bulat dan cukup disukai. Buahnya tergolong kecil, rata -rata sebesar 290 gr. Kulit buah licin, tipis, dan berwarna hijau kekuningan. Daging buah tebal, agak berair, rasanya gurih. Biji tergolong besar, berukuran <span style="mso-spacerun: yes;"></span>5,5 cm x 4 cm. Produksi buah tinggi, daya simpan buah baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Dickinson</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ditemukan dari ras Guatemala. Buah berbentuk bulat, ukuran kecil, dan berat rata-rata 390 gr. Kulit buah tebal ( 2mm ), kasar, berbintik-bintik, berwarna hijau tua. Daging buah tebal dan kering sehingga sangat disukai. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 4 cm. Produksi buah tinggi, daya simpan buah baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Butler</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ditemukan dari ras Hindia Barat. Bentuk buah bulat kecil dengan berat rata-rata 350 gr. Kulit buah tebal ( 1,5 mm ), licin, berwarna hijau kekuningan, dan berbintik-bintik. Daging buah tebal, gurih, dan agak berair. Cukup disukai. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 4 cm. Produksi buah tergolong sedang, daya simpan buah baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Winslowson</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tergolong ras Guatemala dan sangat disukai. Buah berbentuk bulat, berukuran sedang, dan berat buah rata-rata 500 gr. Kulit buah tebal, kasar, dan berwarna hijau tua. Daging buah tebal, gurih, dan agak manis. Biji tergolong besar, berukuran 5 cm x 6 cm. Produksi buah sedang, daya simpan buah cukup baik</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Benik</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tergolong ras Guatemala yang cukup disukai. Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, dengan berat rata-rata 430 gr. Kulit buah licin, berwarna hijau kehitaman dengan bintik-bintik, dan ketebalan kulit sedang. Daging buah tebal, gurih, dan kurang berair. Biji tergolong besar dengan ukuran 5 cm x 5 cm. Produksi buah tinggi, daya simpan buah cukup baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Puebla</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tergolong ras Meksiko dan sangat disukai. Buahnya berbentuk bulat, ukuran kecil, berat rata-rata 220 gr. Kulit buah licin, tipis, berwarna hijau. Ketebalan daging buahh sedang dan cukup gurih rasanya. Biji tergolong besar, berukuran 4,5 cm x 5 cm. Produksi buah sedang, daya simpan buah tergolong jelek.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Fuerte</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cukup disukai. Bentuk bulat, lonjong, berat buah rata-rata 250 gr, Kulit buah tebal ( 1,5 mm ), agak kasar, berbintik-bintik, dan berwarna hijau tua. Daging buah tebal dan gurihh rasanya. Biji tergolong besar, berukuran 5 cm x 4 cm. Produksi buah sedang, daya simpan buah cukup baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Collinson</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, berat rata-rata 210 gr. Kulit buah tipis, licin, berwarna hijau kekuningan, dan berbintik-bintik jelas.</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"> </span></b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Daging buah tebal, gurih, dan manis. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 6 cm.</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"> </span></b><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Produksi buah sedang, dan daya simpan buah tergolong jelek.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Waldin</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tergolong ras Hindia Barat yang cukup disukai. Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, berat rata-rata 230 gr. Kulit buah tipis, halus, berwarna hijau kekuningan. Daging buah tebal, gurih, dan agak berat. Biji tergolong besar, berukuran 5,5 cm x 6 cm. Produksi buah rendah dan daya simpan buah jelek.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Ganter</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tergolong ras Meksiko yang cukup disukai. Bentuk buah bulat, berukuran kecil, berat rata-rata 110 gr. Kulit buah halus, tipis ( 1 mm ), berwarna hijau, berbintik jelas. Daging buah tipis, rasanya gurih. Biji tergolong besar, berukuran 4,5 cm x 4,5 cm. Produksi buah rendah, daya simpan buah jelek.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Mexicola</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dari ras Mexico ini kurang disukai. Bentuk buah bulat lonjing, berukuran kecil, berat rata-rata 70 gr. Kulit buah licin, tipis, berwarna hijau berbintik-bintik. Daging buah tipis dan agak berbau. Biji tergolong kecil, berukuran <span style="mso-spacerun: yes;"></span>3,5 cm x 3,5 cm. Produksi buah sedang, dan daya simpan buah jelek.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Duke</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dari ras Meksiko, dan kurang disukai. Buahnya kecil, berbentuk bulat lonjong, berat rata-rata 150 gr. Kulit buah licin, tipis, berwarna hijau kecoklatan, dan berbintik-bintik. Daging buah tipis, dan rasanya hambar. Biji tergolong kecil, berukuran 4 cm x 3 cm. Produksi buah tergolong tinggi, daya simpan buah jelek.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Ryan</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dari ras Guatemala ini cukup disukai. Buah kecil, hanya 220 gr, berbentuk bulat lonjong. Kulit buah tipis dan kasar berbintik-bintik. Ketebalan daging buah sedang, dan rasanya gurih. Biji tergolong besar, berukuran 4,5 cm x 5 cm. Produksi buah rendah dan daya simpan buah jelek.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Leucadia</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Berbentuk bulat lonjong, kecil, hanya 230 gr, tetapi cukup disukai. Kulit buah licin berbintik-bintik, berwarna hijau agak kehitaman, dan tebalnya sedang. Daging buah tebal, rasanya gurih, dan agak berair. Biji besar, berukuran<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>5 cm x 5 cm. Produksi buah sedang dan daya simpan buah baik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Queen</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cukup disukai dan buah berbentuk bulat lonjong, berukuran sedang, dengan berat rata-rata 580 gr. Kulit buah berwarna hijau tua, tebal, dan kasar berbintik-bintik. Daging buah tebal, rasanya gurih sedikit hambar. Biji besar dan berukuran 5 cm x 4,5 cm. Produksi buah dan daya simpan buah sedang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat Edranol</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dari ras Guatemala dan cukup disukai. Buahnya berbentuk bulat lonjong, kecil, dengan berat rata-rata 300 gr. Kulit buah berwarna hijau tua, tipis, agak kasar dengan bintik-bintik. Daging buah tebal, gurih, dan agak berair. Biji tergolong kecil, berukuran 3,5 cm x 5 cm. Produksi buah tergolong tinggi, dan daya simpan buah sedang.</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-indent: 21.3pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV; mso-bidi-font-weight: bold;">Standarisasi buah alpukat yang disukai di pasaran internasional:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span>Besar buah berkisar antara 170 – 300 gr </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span>Buah berbentuk pear (pyriform) sehingga mudah untuk dikemas </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span>Kulit buah berwarna hijau gelap </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span>Biji berukuran kecil memenuhi rongga biji sedangkan kulit biji melekat pada biji. Berat biji sebaiknya 12% dari berat buah dan memenuhi rongga biji </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kulit buah licin, tebalnya sedang, dan bila masak mudah dikelupas </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Daging buah berwarna hijau kekuningan, tidak berserat dan mengandung lemak 16 – 22 %</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Aroma buah semerbak, memiliki rasa seperti kacang, tidak manis dan pahit serta berminyak </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 21.3pt; mso-list: l2 level1 lfo21; tab-stops: list 21.3pt; text-indent: -21.3pt;"><span lang="SV" style="font-family: "Wingdings 2";"><span style="mso-list: Ignore;">ž<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Buah memiliki kualitas dan daya simpan baik, bila masak merata lunaknya. Di belah daging buah tetap segar dan menarik selama beberapa jam </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251659264;"><span style="height: 42px; left: 0px; left: 504px; position: absolute; top: -73px; width: 42px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="42" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="42"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251659264;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1117"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">PERBANYAKAN TANAMAN ALPUKAT</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Perbanyakan tanaman alpukat dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Perbanyakan Secara Generatif</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Perbanyakan tanaman secara generatif dilakukan melalui biji. Biji terbentuk oleh adanya persatuan atau pembuahan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina di dalam kandung bakal biji ( ovulum ).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tanaman alpukat asal biji akan tumbuh tegak meninggi mencapai ketinggian 15 m – 20 m baru akan berbuah dan menghasilkan setelah brumur 8 - 10 tahun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tanaman alpukat asal biji tidak memiliki kepastian genetik, dan sifatnya tidak akan sama dengan induknya. Oleh karena itu, biji jarang digunakan sebagai bibit. Biji hanya digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan vegetatif .</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Perbanyakan Secara Vegetatif</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">1. <u>Perbanyakan Cara Enten</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>a. Cara sambung celah pada b.b berumur 3 bulan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l20 level1 lfo4; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.a dipotong ± 10 cm, seluruh daun dibuang kecuali daun pucuk. b.a disayat kiri kanan 2 cm sehingga membentuk baji.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l20 level1 lfo4; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.b dipotong pucuknya sehingga tinggal ± 10 cm tingginya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l20 level1 lfo4; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.b dibelah dua lurus sepanjang ± 2,5 cm.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l20 level1 lfo4; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.a diselipkan diantara belahan b.b, lalu diikat dengan tali plastik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l20 level1 lfo4; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sambungan enten ini ditutup dengan kantong plastik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 9.0pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span>b. Cara sambung siku</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l14 level1 lfo5; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>b.a dipotong ± 10 cm, seluruh daun dibuang, kecuali daun pucuk.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l14 level1 lfo5; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Bagian bawah b.a dibelah sepanjang 2 cm, sebagian celah sebelah kiri dibuang dengan disayat lurus, lalu membentuk sambungan siku.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l14 level1 lfo5; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Bagian atas b.b dipotong pucuknya hingga tinggal ± 10 cm tingginya, lalu dibelah sepanjang 2 cm. belahan bagian kanan dibuang sehingga berbentuk siku.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l14 level1 lfo5; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Bentuk siku b.a dipersatukan dengan bentuk siku b.b, lalu diikat dengan tali rafia.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 45.0pt; mso-list: l14 level1 lfo5; tab-stops: list 45.0pt; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sambungan enten ini ditutup dengan kantung plastik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: 45.35pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 9.0pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span>c. Cara sambung samping</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 40.5pt; mso-list: l16 level1 lfo6; tab-stops: list 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>b.a dipotong ± 10 cm, seluruh daun dibuang, kecuali daun pucuk, bagian bawah b.a, sepanjang 2 cm, kiri kanannya dibuang sehingga membentuk taji.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 40.5pt; mso-list: l16 level1 lfo6; tab-stops: list 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>b.b tidak dipotong, hanya dibuat celah disamping sepanjang 2,5 cm pada ketinggian 10 cm dari tanah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 40.5pt; mso-list: l16 level1 lfo6; tab-stops: list 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>b.a yang terbentuk baji disisipkan ke dalam celah samping tersebut, lalu diikat dengan tali rafia.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 40.5pt; mso-list: l16 level1 lfo6; tab-stops: list 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Setelah sebulan pucuk b.b sudah dapat dipotong.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: 40.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">d. Cara sambung celah pada b.b berumur 5 - 6 bulan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 40.5pt; mso-list: l18 level1 lfo7; tab-stops: list 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.a disiapkan sepanjang 5 cm – 8 cm, besarnya sama dengan b.b, daun dibuang, kecuali daun pucuk. Bagian bawah cabang di kiri kanan disayat menjadi bentuk baji.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 40.5pt; mso-list: l18 level1 lfo7; tab-stops: list 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.b dipotong pucuknya, tinggal ± 13 cm dari tanah, dibelah dua sepanjang 2,5 cm, dua daun bagian bawah ditinggalkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 40.5pt; mso-list: l18 level1 lfo7; tab-stops: list 40.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">b.a diselipkan pada b.b, lalu diikat dengan tali rafia. Daun bagian bawah yang ditinggalkan digunakan untuk membungkus cabang enten.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: 40.3pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">2.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Perbanyakan Cara Okulasi</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Cara ini dilakukan pada b.b berumur 9 – 10 bulan, dengan cara forkert yang diperbaiki (modified Forkert method) atau disebut cara Cokro (nama penemu).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Okulasi menurut cara Cokro dilakukan sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tempat mengokulasi 10 cm diatas tanah, dan bebas dari percikan air hujan. Kulit batang pangkal pohon disayat melintang hingga bagian kayunya, kemudian kulit batang ini dikelupas ke bawah hingga 2 cm – 3 cm. lidah kulit batang yang dikelupas ini dipotong 2/3nya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Mata tempel atau mata okulasi tidak bertangkai daun disayat berikut kayunya dari atas ke bawah atau ke arah badan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Kayu tunas mata okulasi dikupas atau dikelentik pelan-pelan agar tidak merusak kehidupan mata tempel. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Kulit kayu yang mengandung mata tempel diselipkan di antara lidah kulit b.b, lalu diikat dengan melilitkan rapat tali rafia, tanpa menutupi mata tempel. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l10 level1 lfo8; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Setelah ± 3 minggu, biasanya mata tempel telah melekat/menyatu dengan batang b.b. Namun, tali pengikat mata tempel tetap dibiarkan terikat sampai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>4 – 6 minggu. b.b boleh digantung separuhnya dan dirundukkan, untuk mempercepat pertumbuhan mata tempel. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">3.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Perbanyakan Cara Cangkok</u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pada kalus terbentuk bintil-bintil akar atau akar rudimen atau akar yang belum berakar. Bila di bawah kalus ini dibuat lagi sayatan cangkok untuk kedua kalinya dan media cangkok diganti baru, bintil-bintil akar ini akan tumbuh membentuk akar. Dengan demikian, cangkokan alpukat akan diperoleh.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jadi, tanaman alpukat bisa diperbanyak secara cangkok. Akan tetapi, untuk menumbuhkan akar harus dilakukan pencangkokan ulang untuk kedua kalinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251660288;"><span style="height: 42px; left: 0px; left: 504px; position: absolute; top: -73px; width: 42px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="42" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="42"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251660288;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1118"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">BUDIDAYA ALPUKAT</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bercocok tanam alpukat sama seperti bercocok tanam tanaman buah lainnya. Bahkan karena mudahnya, dibiarkanpun alpukat dapat tumbuh dengan baik. Masyarakat pada umumnya menanam dengan tidak sengaja. Kalaupun sengaja dilakukan secara sembarangan. Tanaman alpukat tidak memerlukan suatu pemeliharaan yang khusus asal tanahnya cocok, hasil yang didapat cukup memuaskan. Budidaya tanaman alpukat dapat dilakukan sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pembibitan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">1) <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Persyaratan Bibit</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bibit yang baik antara lain yang berasal dari:</span></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l13 level1 lfo9; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Buah yang sudah cukup tua.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l13 level1 lfo9; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Buahnya tidak jatuh hingga pecah ( dalam keadaan sehat ).</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l13 level1 lfo9; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l13 level1 lfo9; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Berasal dari varietas yang baik atau unggul.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-bottom: 6.0pt; mso-list: l13 level1 lfo9; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Berasal dari perbanyakan okulasi atau sambung<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pucuk</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 130.5pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">2) <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Penyiapan Bibit</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>( melalui biji ) dan vegetatif ( penyambungan pucuk / enten dan penyambungan mata / okulasi ). </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah ( 6 - 8 tahun ) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah ( 1 - 4 tahun ) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.</span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 143.25pt; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 143.25pt; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Persiapan Lahan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 143.25pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Alang-alang atau tanaman lain dicabut atau ditebang sampai akar - akarnya. Tanah yang bersih segera dibajak/dicangkul dengan kedalaman cukup. Agar tanah gembur dan terjadi pertukaran udara di dalam tanah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Daerah lubang tanam yang terdapat batu cadasnya dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan akar.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Aturan Penanaman</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Untuk penanaman dengan bentuk bujursangkar hanya dapat ditanami 100 pohon untuk 1 ha dengan jarak tanam 10 m. Untuk penanaman dengan bentuk segitiga dapat mencapai 112 pohon untuk 1 ha dengan jarak tanam yang sama. <span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kedua bentuk hanya dapat diterapkan di lahan datar. Penanaman di lahan miring harus sesuai dengan garis kontur. Lahan dibuat teras-teras untuk mencegah erosi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Lubang Tanam</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Lubang tanam dibuat sekitar 10 – 12 m. Langkah-langkah membuat lubang tanam :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l1 level1 lfo10; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tanah digali dengan ukuran panjang. lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l1 level1 lfo10; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sewaktu penggalian, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan. </span>Dibiarkan terbuka ± 2 minggu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l1 level1 lfo10; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Sebelum dimasukkan tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l1 level1 lfo10; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi air untuk memudahkan mengingat letak lubang tanam.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penanaman</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Waktu penanaman yang tepat : awal musim hujan ( untuk mengurangi penyiraman ) dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak mengalami penurunan ( agar bibit yang telah tertanam tidak lagi bergerak ).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span>Tahap-tahap penanaman :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar polibag/keranjang wadah bibit</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bibit dikeluarkan dari keranjang/polibag. Caranya gunting ranjang/polibag dari atas ke bawah, terus melingkar sampai ke sisi lain. </span>Kemudian bibit dikeluarkan dengan hati-hati.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang dan ditimbun. Bagian bibit yang terpendam dalam tanah hanya sebatas leher akar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l12 level1 lfo11; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Setiap bibit lebih baik diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai bibit benar-benar telah tumbuh, dengan ciri-ciri tumbuhnya tunas-tunas baru atau kira-kira 2 – 3 minggu.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 250%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemeliharaan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyiraman</span></u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> : bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, untuk itu penyiranam setiap hari ( pagi atau sore ).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyiangan</span></u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> : mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penggemburan</span></u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> : karena penyiraman setiap hari, tanah akan semakin padat, dan udara di dalamnya semakin sedikit. Maka tanah disekitar tanaman digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemangkasan</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ada beberapa macam :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemangkasan bentuk</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mendapatkan bentuk keseluruhan dari tanaman. Dapat dipilih, bentuk tanaman yang dikehendaki berbatang pokok rendah/tinggi. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tanaman berbatang pokok rendah dapat diperoleh dengan memangkasnya setelah tinggi tanaman sekitar 1 – 1,5 m. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Mendapatkan tanaman berbatang pokok tinggi, pemangkasan dilakukan setelah tinggi tanaman lebih dari 1,5 m, atau sesuai selera.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemangkasan pemeliharaan</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara agar tanaman tumbuh dengan baik, sehat, dan cepat berbuah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cabang yang perlu dipangkas : cabang liar; cabang yang bergesekan; cabang yang tumbuh ke dalam; cabang yang terlalu panjang; cabang yang lemah, rusak, atau sakit; dan cabang bekas tangkai buah.</span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pemangkasan peremajaan</span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>dilakukan dengan memangkas hampir semua bagian tanaman, hanya tersisa cabang primernya. Dilakukan awal musim hujan dan kira-kira 2 minggu setelah pemupukan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Pemupukan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Untuk tanaman muda( 1 - 4 tahun ) :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .5in; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">pupuk kandang<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: 10 kg/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>pupuk Urea<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 0,27 – 1,1 kg/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>pupuk TSP<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 0,5 – 1 kg/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>pupuk KCl<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 0,2 – 0,83 kg/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Untuk tanaman produksi ( > 5 tahun ) :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>pupuk kandang<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: 10 kg/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>pupuk Urea<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 2,22 – 3,55 kp/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>pupuk TSP<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 3,2 kg/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>pupuk KCl<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: 4 kg/pohon</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pemberian pupuk yang baik pada saat menjelang musim hujan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Agar pupuk larut dalam air sehingga akar mudah menyerapnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cara pemberian pupuk :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l3 level1 lfo12; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="font-family: "Courier New";"><span style="mso-list: Ignore;">o<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Dibuat lubang melingkari tanaman sedalam 30 – 40 cm. Tepat dibawah tepi tajuk tanaman.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l3 level1 lfo12; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="font-family: "Courier New";"><span style="mso-list: Ignore;">o<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pupuk disebar merata di dalam lubang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251662336;"><span style="height: 47px; left: 0px; left: 500px; position: absolute; top: -78px; width: 58px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="47" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="58"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251662336;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1120"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%;">HAMA</span></b></st1:city></st1:place><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%;"> DAN PENYAKIT</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; text-align: center;"><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Hama</b></st1:city></st1:place></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l9 level1 lfo18; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on"><u>Hama</u></st1:city></st1:place><u> pada daun</u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>a. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ulat kipat ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Cricula trisfenestrata</i> Helf )</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .5in; tab-stops: .5in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>b. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ulat kupu-kupu gajah ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Attacus atlas</i> L. )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Sama dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">c. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Aphis gossypii</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">d. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kutu dompolan putih ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pseudococcus citri</i> Risso )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan lama kelamaan kering.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Disemprot dengan insektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi fomula.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>e. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tungau merah ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Tetranychus cinnabarinus </i>Boisd )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Permukaan daun berbintik-bintik kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung bahan aktif dikofoldan, dengan dosis 0,6-1 liter/ha.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">B. <u>Hama pada buah</u></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>a. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lalat buah Dacus ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Dacus dorsalis</i> Hend.)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>b. Codot ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Cynopterus</i> sp. )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: 26.95pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">C. <u>Hama pada cabang/ranting</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kumbang bubuk cabang ( <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Xyleborus coffeae</i> Wurth )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting yang dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyakit</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">a.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Antraknosa</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyebab<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Jamur <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Colletotrichum gloeosporioides</i> (Penz.) Sacc.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal ( sudah tua tapi belum matang ). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">b.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Bercak daun atau bercak cokelat</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyebab<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Cercospora purpurea</i> Cke. / dikenal juga dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pseudocercospora purpurea</i> ( Cke. ) Derghton.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik -bintik kelabu. </span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">c. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Busuk akar dan kanker batang</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyebab<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Jamur <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Phytophthora</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Bila tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yang menggenang / dengan membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti dengan tanaman yang baru.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">d.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><u>Busuk buah</u></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penyebab<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Botryodiplodia theobromae</i> Pat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Gejala<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>: Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Pengendalian<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>: Oleskan bubur Bordeaux / semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.</span></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><o:p><br />
</o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251661312;"><span style="height: 66px; left: 0px; left: 492px; position: absolute; top: -85px; width: 54px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="66" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="54"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251661312;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1119"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">PANEN DAN PASCA PANEN</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 250%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Panen</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><u>Saat panen</u> : dilakukan hanya pada buah yang sudah tua tetapi belum masak. Jangan terlalu awal dan jangan terlalu lambat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Untuk yang ditanam dari biji, buah mulai dihasilkan pada umur 6 – 10 tahun. Sedangkan yang berasal dari okulasi berbuah saat umur 4 – 6 tahun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ciri-ciri buah tua tetapi belum masak :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l19 level1 lfo13; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat / merah dan tidak mengkilap</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l19 level1 lfo13; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang tidak nyaring</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l19 level1 lfo13; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Bila buah digoyangkan, terdengar bunyi akibat tumbukan antara biji dan daging buahnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><u>Cara panen</u> : sebaiknya dipetik menggunakan tangan, dapat juga dibantu dengan menggunakan alat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><u>Hasil panen</u> : satu pohon bisa menghasilkan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>100 – 500 buah ( bila tidak ada gangguan ). Setiap buah memiliki berat 200 – 400 gr, bahkan mencapai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>600 – 700 gr</span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tingkat ketuaan buah alpukat dikelompokkan sbb :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Buah muda ( Immature fruit )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Buah belum cukup umur ( < 6 bln setelah bunga mekar ), dan berwarna hijau muda. Buah akan masak tetapi tidak normal, kulit buah berkerut, tekstur daging buah kenyal, keras berserabut, rasa dan aroma buah hilang, bahkan ada rasa pahit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Buah tua ( Mature fruit )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Buah cukup umur untuk dipanen ( < 6-9 bln setelah bunga mekar ). Buah akan masak normal, rasa dan aroma optimal, kulit buah rata, licin.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Buah masak ( Ripe fruit )</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Buah tua masak sempurna, daging buah lunak, tidak berserat, berwarna kuning menarik, rasanya enak renyah serta beraroma optimal. Kulit buah dapat berwarna hijau atau merah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Buah terlalu masak (Overripe fruit)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kulit dan daging buah sudah terlalu lunak dan bonyok. Pada kulit buah tampak bercak hitam lembek berair.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 250%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pascapanen</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Penanganan pascapanen : </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pencucian</span></u><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> : untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel dan dapat mengganggu kondisi buah.</span><u><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><o:p><span style="text-decoration: none;"></span></o:p></span></u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sortasi</span></u><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"> : memilih buah yang baik dan memenuhi syarat. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Ciri buah yang layak diekspor : </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo14; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">tidak cacat, kulit buah mulus tanpa bercak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo14; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>cukup tua tetapi belum matang</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo14; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>ukuran buah seragam ( 1 kg terdiri dari 3 buah, atau isi 5 buah dalam 2 kg / setiap buah berbobot 400 gr )</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l11 level1 lfo14; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalahh berbentuk panjang / lonceng</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; margin-left: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u>Pemeraman</u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Cara pemeraman umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni kemudian ujung karung diikat rapat-rapat. Setelah itu karung ini diletakkan pada tempat yang bersih dan kering.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u>Pengemasan</u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Fungsi kemasan :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo15; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Sebagai wadah/tempat</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo15; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Sebagai pelindung</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo15; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sebagi faktor penunjang dalam penyimpanan dan transportasi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l7 level1 lfo15; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Sebagai alat untuk bersaing dalam pemasaran</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: .5in;">Syarat kemasan :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Tidak toksik</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Menjamin isi bebas dari kerusakan fisik atau pengaruh bahan kimia</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Dapat mencegah pemalsuan</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Mudah dibuka dan ditutup</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Menjamin kemudahan dan keamanan dalam pengeluaran isi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Menjamin kemudahan pembuangan kemasan bekas</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span style="mso-list: Ignore;">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span>Ukuran, bentuk, dan berat kemasan sesuai isi</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Penampilan harus sesuai dengan negara/daerah tujuan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Dapat mempertahankan cetakan label dan tambahan dekorasi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .5in; mso-list: l17 level1 lfo16; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.5in;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-list: Ignore;">10.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Memenuhi syarat-shyarat khusus yang ditetapkan negara/daerah tujuan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Kemasan di tingkat eksportir, menggunakan kotak karton berkapasitas <span style="mso-spacerun: yes;"></span>5 kg buah alpukat, Sebelum di masukkan ke dalam kotak karton, buah dibungkus kertas tissue. Kemudian diatur susunanya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u>Pengangkutan</u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Adapun syarat alat angkut :</span></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l5 level1 lfo22; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Suhu 7 – 9 <sup>o</sup>C<span style="mso-ansi-language: IN;"> </span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-list: l5 level1 lfo22; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Kelembaban antara 85 - 90 %</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><u>Penyimpanan</u></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Umur simpan sekitar 7 hari ( sejak petik sampai siap dikonsumsi ). </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Lama penyimpanan dapat diperlambat sampai 30 – 40 hari apabila disimpan dalam ruangan bersuhu 50 <sup>o</sup>C.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;"><o:p> </o:p></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;"><o:p> </o:p></span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251663360;"><span style="height: 37px; left: 0px; left: 505px; position: absolute; top: -73px; width: 37px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="37" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="37"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251663360;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1121"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: IN;">KESIMPULAN</span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 0in; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l6 level1 lfo20; tab-stops: 0in list 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ras alpukat dibagi 3, yaitu Ras Meksiko, Ras Guetamala, dan Ras Hindia Barat.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l6 level1 lfo20; tab-stops: 0in list 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Varietas alpukat dibagi 2 varietas unggul dan varietas lain. Varietas unggul berupa alpukat ijo panjang dan alpukat ijo bundar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l6 level1 lfo20; tab-stops: 0in list 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Perbanyakan tanaman alpukat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif melalui biji. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara enten, okulasi, dan cangkok.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l6 level1 lfo20; tab-stops: 0in list 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tahapan perbanyakan tanaman alpukat adalah pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 14.2pt; mso-list: l6 level1 lfo20; tab-stops: 0in list 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; line-height: normal;"> </span></span></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tanaman menghasilkan buah dari biji pada umur 6-10 tahun, sedangkan dari okulsi 4-6 tahun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: center;"><span style="mso-ignore: vglayout; position: relative; z-index: 251650048;"><span style="height: 30px; left: 0px; left: 515px; position: absolute; top: -73px; width: 54px;"> </span></span></div><table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td bgcolor="white" height="30" style="background: white; border: .75pt solid white; vertical-align: top;" width="54"><span style="left: 0pt; mso-ignore: vglayout; position: absolute; z-index: 251650048;"> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td><div class="shape" style="padding: 4.35pt 7.95pt 4.35pt 7.95pt;" v:shape="_x0000_s1109"><div class="MsoNormal"><br />
</div></div></td> </tr>
</tbody></table></span></td> </tr>
</tbody></table><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="SV" style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%; mso-ansi-language: SV;">DAFTAR PUSTAKA</span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">http://www.cahturqlho.wordpress.com, 2010. Berburu Ice Juice<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>( Seri Alpokat /Advokat ). Diakses tanggal 15 Mei 2010.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">http://www.masjamal.blogdetik.com, 2010. Manfaat Daun Alpukat. </span><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">Diakses pada <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>15 Mei 2010.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">http://www.pusri.co.id, 2010. Alpukat. Diakses tanggal 10 Mei 2010.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FI" style="mso-ansi-language: FI;">http://www.soponyonopati.blogspot.com, 2010. Alpukat. </span><span lang="FR" style="mso-ansi-language: FR;">Diakses tanggal<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>10 mei 2010. </span></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 69.75pt; text-align: justify;"><span lang="FR" style="mso-ansi-language: FR;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="FR" style="mso-ansi-language: FR;">http://www.sovianchoeruman.wordpress.com, 2010. </span><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Alpukat yang Bermanfaat. Diakses tanggal 10 mei 2010. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">http://www. yanaputra81.blogspot.com, 2010. Deskripsi Tanaman Alpukat dan<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Aren. Diakses tanggal 10 Mei 2010.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Kalie, M. B., 1997. Alpukat, Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Redaksi Agromedia, 2009. Buku Pintar Tanaman Buah Unggul Indonesia.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Rismunandar, 1990. Memperbaiki Lingkungan Dengan Bercocok Tanam <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Jambu <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Mede dan Advokat. Sinar Baru, Bandung.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Sunarjono, H. H., 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV" style="mso-ansi-language: SV;">Tim Penulis PS, 1997. Alpukat. Penebar Swa</span>daya, Jakarta.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-3015650996176459822010-06-17T01:32:00.000-07:002010-06-17T01:32:05.864-07:00MENGHITUNG UMUR TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN METODE PHYLOTAXIS<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 400%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 400%;">PENDAHULUAN</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 400%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 400%;"> </span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Latar Belakang</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari <st1:country-region w:st="on">Gambia</st1:country-region> ke <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Angola</st1:country-region></st1:place>. Kelapa sawit juga ditanami sampai batas tertentu di tengah daerah hutan hujan <st1:city w:st="on">di Kongo</st1:city>, <st1:country-region w:st="on">Kenya</st1:country-region>, <st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region>, dan <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Malaysia</st1:country-region></st1:place>. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> sedikit penanaman di negara Amerika Tengah dan Selatan (Hartmann, et. al., 1981).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Penanaman dan pemilihan kelapa sawit (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Elaeis guineensis</i> Jacq) dimulai sekitar tahun 1920 di Afrika dan Asia (Malaysia dan Sumatera) ketika jenisnya mulai dimanfaatkan untuk minyak nabati secara komersial. Bagaimanapun, dasar keturunan berdasarkan populasi penanaman telah diseimbangkan secara lebih sempit dan memberikan beberapa generasi dalam pembiakannya dan tekanan yang terpilih. Berbagai populasi mempunyai kemampuan saat ini menjangkau derajat tinggi keseragaman. Seluruh dunia, keturunannya diperoleh mula-mula dari empat pohon di <st1:city w:st="on">Bogor</st1:city> digunakan sebagai induk betina dari material penanaman komersil dan pada suatu <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">palma</st1:city></st1:place> yang digunakan sebagai induk jantan yang menekankan hal keturunan yang sempit dari kelapa sawit yang sekarang dikembangkan (Rajanaidu, et. al., 1981).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kelapa sawit tumbuh sebagian besar di pantai barat Malaysia Barat, pada lahan yang sama untuk kelapa. Kelapa sawit juga tumbuh di beberapa lahan dekat pulau yang telah ditemukan cocok untuk kelapa sawit. Kelapa sawit tidak dapat menguntungkan jika tumbuh di semua lahan tetapi hanya pada lahan yang subur. Tanah subur ini termasuk tanah subur di pantai barat. Keuntungan kelapa sawit yang bertumbuh dapat sangat tinggi lebih banyak dibanding kelapa. Satu masalah dalam pertumbuhan kelapa sawit adalah bahwa suatu pabrik sangat mahal diperlukan untuk menyiapkan minyak itu. Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Minyak berwarna kemerahan yang berasal dari bagian luar dari buah, umumnya dikenal dengan minyak sawit, dan</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Minyak tidak berwarna atau pucat yang mirip minyak kelapa sawit yang berasal dari inti atau bagian pusat dari buah yang dikenal sebagai minyak biji-bijian (Kheong, et. al., 1969).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas terpenting <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Ekspor minyak sawit di Indonesia naik dari 179.000 ton seharga 24 juta dolar Amerika pada tahun 1969 ke 163 juta ton seharga 717 juta dolar pada tahun 1994. Produksi diharapkan mencapai 67 juta ton pada 1997. 72 juta ton pada tahun 2000 dan 9,9 juta ton pada tahun 2005. Akar dapat ditimbulkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Ganoderma spp</i>. merupakan suatu penyakit yang paling penting dalam kelapa sawit. Di tempat dimana kelapa sawit telah kebanyakan ditanam untuk 3-4 kali menanam lagi, seperti di Sumatera Utara dan Lampung Tengah, populasai berkurang dari 135 pohon/Ha hasil penguraian sampai 40%. Gambaran ini meliputi banyaknya tumbuhan yang sedang terinfeksi tetapi masih berdiri dan memproduksi buah yang lebih sedikit. Menghasilkan kerugian berkaitan dengan infeksi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Gonoderma </i>dalam kelapa sawit 1-5% mengurangi pendapatan negara dari 7 juta dolar ke 3,5 juta dolar pertahunnya (Tahardi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1974).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Pada saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical. Produk minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak nabati dunia (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Tujuan Percobaan</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghitung umur tanaman kelapa sawit (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Elaeis guineensis </i>Jacq.) dengan metode phylotaxis.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kegunaan Percobaan</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Botani Umum Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Medan</st1:city></st1:place>.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo2; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 400%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 400%;">TINJAUAN PUSTAKA</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Botani Tanaman</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Adapun sistematika tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Divisi<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Spermatophyta</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Subdivisi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Angiospermae</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Kelas<span style="mso-tab-count: 1;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Monocotyledoneae</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Ordo<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Palmales</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Famili<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Palmaceae</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Genus<span style="mso-tab-count: 2;"> </span>:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Elaeis</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">Spesies<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Elaeis guineensis</i> Jacq. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-tab-count: 3;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Elaeis odora</i> (tidak ditanam di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>)</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="mso-tab-count: 3;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Elaeis melanococca </i>(Elaeis oleivera)</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">(Sastrosayono, 2003).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Menurut Henry (1945) kelapa sawit mempunyai 36 khromosom. Sedangkan menurut <st1:place w:st="on">Darlington</st1:place> dan Wylie (1956) dan Arasu memiliki 32 khromosom. Tanaman kelapa sawit disebut dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Elaeis guineensis</i> Jacq.. Elaeis berasal dari <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Elaien</i> yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis berasal dari kata <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Guinea</st1:country-region></st1:place> yaitu Pantai Barat Afrika dan Jacq. singkatan dari Jacquin seorang Botanist dari Amerika (Soeharjo, 1984).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Calon akar yang muncul pada biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula, panjangnya 10-15 mm. pertumbuhan radikula mula-mula menggunakan makanan cadangan yang ada dalam endosperm yang kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer (Mangoensoekarjo <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dan</i> Semangan, 2003).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuartener (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Akar primer tumbuh ke bawah dan di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah, bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di samping itu akan tumbuh pula akar nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau di dalam tanah dengan aerasi baik. Akar kuartener berfungsi sebagai penyerap makanan, jika tidak terdapat akar-akar rambut. Fungsi utama akar adalah penyangga bagian atas tanaman dan menyerap zat hara (Tim Penulis PS, 1997).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Akar terutama sekali berfungsi untuk (1) menunjang struktur batang di atas tanah, (2) menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta (3) sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm. akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang diamaternya 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Pada awal pertumbuhan, bagian bawah tanaman mempunyai bonggol. Ribuan akar primer tumbuh menyebar horizontal atau menghujam ke dalam tanah. Akar sekunder tumbuh dari akar primer. Akar tersier dan kuartier yang paling aktif mengambil air dan har dari dalam tanah (Wahyono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1996).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Penyebaran akar tergantung pada kondisi tanah. Sistem perakaran cendurung tumbuh ke arah bawah (geotropis positif) tetapi penembusan selanjatnya dibatasi oleh jeluk permukaan air tanah. Pada tanah yang bertekstur halus, akar memadat, kurang baik bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang beraerasi baik dan bertekstur longgar. Praktek budi daya kelapa sawit juga memenuhi penyebaran akar, terutama akar-akar pengabsorbsi hara tertier dan kuarter (Sianturi, 1991).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilakn daun dan infloresen bunga. Seperti umumnya tanaman monokotil, penebalan sekunder tidak terjadi pada batang (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Pembengkakan pangkal batang (bole) terjadi karena internodia (ruas batang) dalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang sehiungga pangkal-pangkal pelepah daun yang tebal berdesakan. Bongkol batang ini membantu memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu sampai dua tahun pertama perkembangan batang lebih mengarah ke samping, diameter batang dapat mencapai 60 cm (Mangoensoekarjo <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dan</i> Semangun, 2003).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Batang kelapa sawit berbentuk silinder debgan diameter 25-75 cm tumbuh tegak lurus dari bonggol. Pohon kelapa sawit dapat mencapai tinggi 20-30 m dengan pertumbuhan meninggi sekitar 35-80 cm/tahun (Wahyono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1996).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambiaum dan umunya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, pertumbuhan tinggi batang dapat mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m dengan pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Batang kelapa sawit tumbuh tegak (phototropi) dibalut oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah umumnya lebih besar (gemuk) disebut bongkol batang atau bowl. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas (Soehardjo, 1984).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Karena tanaman yang terlalu tinggi akan menyulitkan pemetikan buahnya, maka perkebunan kelapa sawit menghendari tanaman yang pertambahan tinggi batangnya kecil. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Dari segi ekonomis, batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi, pulp (bahan <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">baku</st1:city></st1:place> kertas), bahan kimia, atau sebagai sumber energi (Tim Penulis PS, 1997).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Palma</st1:city></st1:place> yang terlalu tinggi, sulit memanen hasilnya, maka carilah tanaman yang pendek dengan potensi produksi tinggi melalui persilangan seperti <i style="mso-bidi-font-style: normal;">E. guineensis</i> dengan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">C. oleifera</i>. Batang mengandung sangat banyak serat dengan jarinan pembuluh yang menunjang pohon dan pengangkutan hara (Sianturi, 1991).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Panjang daun kelapa sawit berkisar 5-9 m dengan jumlah anak daun berkisar 125-200 helai dengan panjang 1,2 m. Jumlah daun yang tumbuh setiap tahun adalah antara 20-30 daun (Wahyono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1996).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Biasanya tanaman kelapa sawit mempunyai 40 hingga 65 daun, jika tidak dipangkas bisa lebih dari 60 helai. Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2-3 daun setiap bulan, sedang yang lebih muda menghasilkan 3-4 daun perbulan. Produksi daun dipengaruhi oleh faktor-faktor: umur, lingkungan, musim, iklim dan genetik. Produksi daun berdasarkan umum pada <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">palma</st1:city></st1:place> yang terdapat di Afrika adalah sebagai berikut. Produksi daun meningkat sampai dengan umur 6-7 tahun, kemudian menurun pada umur 12 tahun, seterusnya produksi daun tetap berkisar 22-24 daun pertahun (Sianturi, 1991).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk. Daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjangnya mencapai kurang lebih 7,5-9 m. Jumlah anak daun pada tiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kurang pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi (Tim Penulis PS, 1997).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate) atau menyirip. Misalnya pada bibit berumur 5 bulan susunan daun terdiri atas 5 lanset, 4 belah dua, dan 10 berbentuk bulu. Susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa (nyiur), yaitu membentuk daun menyirip (Mangoensoekarjo <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dan</i> Semangun, 2003).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Daun kelapa sawit terdiri dari rachis (pelepah daun); pinnae (anak daun) dan spines (lidi). Panjang pelepah daun bervariasi tergantung varietas dan tipenya serta kondisi lingkungan. Rata-rata panjang pelepah tanaman dewasa dapat mencapai 9 m. pada satu pelepah akan dijumpai 250-400 pinnae (anak daun) yang terletak di kiri kanan pelepah daun dan panjang anak daun yang ditengah dapat mencapai 1,2 m atau lebih panjang dibandingkan anak daun yang letaknya di ujung atau di pangkal. Setiap anak daun terdiri dari lidi dan dua helaian daun (Soehardjo, 1984).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Daun dihasilkan dalam urut-urutan yang teratur. Daun termuda yang sudah mengembang sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu, sedangkan daun yang masih terbungkus seludang (pupus daun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>atau spear leaf) dinamakan daun bernomor nol. Daun-daun yang lebih muda lagi secara berurutan diberikan nomor negatif (-1, -2, dan seterusnya). Keuntungan dari sistem penomoran daun ini yaitu daun yang bernomor sama kira-kira akan mempunyai “umur fisiologis” yang sama. Dengan demikian, daun-daun tersebut pasti berada pada fase yang sama dalam proses inisiasi sampai senescence (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kelapa sawit sudah mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun. Tanaman ini merupakan tanaman berumah satu, artinya pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina yang masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Setiap satu rangkaian bunga akan muncul dari pangkal pelepah daun </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">(Tim Penulis PS, 1997).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang bergantian dengan rangkaian bunga betina, sehingga pembungaan secara bersamaan sangat jarang terejadi. Pada umumnya, di alam hanya berlangsung penyerbukan silang, sedangkan penyerbukan sendiri secara buatan dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk sari yang diambil dari bunga jantan dan ditaburkan pada bunga betina (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Inisiasi bunga terjadi pada <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">palma</st1:city></st1:place> dewasa yaitu 33-34 bulan sebelum penyerbukan, bisa menjadi tandan bunga jantan dan betina. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> juga yang tidak berdeferensiasi menjadi jantan atau betina, tetapi membentuk tandan bunga banci (hermaprodit). Jenis kelamin bunga kelapa sawit ditentukan ketika terbentuknya kuncup bunga kecil yaitu 20 bulan sebelum nampak pada tanaman. Ini bervariasi menurut kondisi lingkungan (Sianturi, 1991).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Infloresen dibedakan berdasar morfologi spikelet. Walaupun infloresen digolongkan sebagai “jantan” dan “betina”, kenyataannya infloresen betina juga menghasilkan bunga-bunga jantan; sedangkan infloresen jantan biasanya mempunyai beberapa bunga betina pada bagian dasar spikelet (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Pada setiap ketiak daun tumbuh bunga baik bunga jantan, bunga betina maupun banci. Bunga betina terdiri dari ribuan bunga yang setelah penyerbukan menjadi tandan yang memiliki bunga berkisar 500-20000 buah. Bunga menjadi tandan buah yang produktif pada umur tanaman 3 tahun dan terus berproduksi sekitar 13 tandan/tahun sampai umur puluhan tahun. Namun umur ekonomi tananan kelapa sawit adalah 25 tahun dengan pertimbangan peningkatan biaya panen dan pemeliharaan dengan bertambahnya umur atau ketinggian tanaman yang tidak sebanding dengan produksi yang dihasilkan (Wahyono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1996).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambahan di pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman terbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Secara botani, buah adalah “sessile crupe” yang tertekan di sekitar bijinya. Perikarp adalah serat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan terdiri atas lapisan pelindung luar atau eksokarp, dan mesokarp yang berserat dan mengandung cairan banyak. Biji terdiri atas cangkang yang tebalnya berkaitan dengan komposisi genetik bahan induknya. Embrio terdapat dalam inti sawit. Inti ini mengandung minyak bermutu tinggi. Sebelum masak buah berwarna kehitam-hitaman, dan menjadi agak merah bila matang karena bertambahnya karotein pada perikarp. Buah sawit yang demikian dikenal sebagai nigrescens. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> dua tipe bahan dasar yang lazim digunakan dalam pemuliaan kelapa sawit yaitu</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Dura: kebanyakan dura yang terdapat di Timur jauh berasal berasal dari 4 pohon sawit pertama yang ditumbuhkan di Kebun Raya <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bogor</st1:city></st1:place>, dan lebih unggul dari Afrika. Dura banyak digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Pisifera: pisifera biasanya disebut sebagai betina steril karena sebagian besar tandannya mengalami aborsi. Jadi pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk pertanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Tenera: tipe inilah yang paling banyak ditanam pada perkebunan dengan skala besar-besaran di Malaysia sejak 1960 dan di Indonesia tahun 1970 </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">(Sianturi, 1991).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Buah kelapa sawit yang disebut juga Tandan Buah Segar (TBS) merupakan nilai ekonomis yang utama dari kelapa sawit. Buah sawit terdiri dari kulit (eksocrap), serabut (mesocrap), cangkang (endocrap) dan inti (kernel). Produk utama dari bauah sawit adalah minyak dari mesocrap (yang disebut dengan minyak sawit) dan minyak dari inti sawit. Rasio minyak inti sawit terhadap berat TBS (yang disebut rendemen CPO) sekitar 20-25% sedangkan ratio inti sawit terhadap berat tandan (rendemen inti) sekitar 4-7% (Wahyono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1996).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan kira-kira 20-22 tandan/tahun dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada tahun-tahun pertama tanaman kelapa sawit berbuah pada tanaman yang sehat berat tandannya berkisar antara 3-6 kg. Tanaman semakin tua, berat tandan pun bertambah, yaitu antara 25-35 kg/tandan (Tim Penulis PS, 1997).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Perkembangan buah telah diteliti oleh banyak ahli. Endosperm masih berupa cairan sampai dengan periode 60-70 hari setelah anthesis (hsa) dan mulai mengental pada periode l.k. 100 hsa. Berat minyak perinti menunjujjan kenaikan yang tetap pada periode 70-140 hsa. Berat kering ini meningkat dan proporsi kandungan minyak terhadap biji kering kira-kira mulai konstan pada periode >110 hsa (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura Afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram perbiji, dan biji tenera Afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram perbiji (Sunarko, 2007).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kernel atau biji atau inti. Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur, tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih, dan bermutu sangat tinggi (Sastrosayono, 2003). </div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Syarat Tumbuh</b></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Iklim<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre nursery. Pada kondisi langit cerah di daerah zona katulistiwa, intensitas cahaya matahari bervariasi 1.410-1.540 J/cm<sup>2</sup>/hari. Intensitas cahaya matahari sebesar 1.410 terjadi pada bulan Juli dan Desember, sedangkan 1.540 terjadi pada bulan Maret dan September. Dengan semakin menjauhnya suatu daerah dari khatulistiwa – misalnya pada daerah 10<sup>o</sup> LU – intensitas cahaya akan turun dan berkisar 1.218-1.500 J/cm<sup>2</sup>/hari. Intensitas 1.218 terjadi pada bulan Desember, sedangkan 1.500 terjadi pada periode Maret-September (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Ketinggian (altitude) 0-600 m di atas permukaan laut (dpl). Optimum 0-200 m dpl. Berdasarkan survei pada kasus tertentu dapat disarankan sampai altitude 850 dpl (Wahyono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1996).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Jika tanah kekurangan air (kekeringan) maka akar tanaman akan sulit menyerap mineral dalam tanah sebab dengan adanya air, unsur-unsur hara dapat larut dan tersedia bagi tanaman. Faktor-faktor kelembapan udara juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan antara lain curah hujan, suhu, dan penyinaran matahari. Kelembapan optimum bagi kelapa sawit berkisar 80%-90% (Risza, 1994).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 1992).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsur-unsur hara di dalam tanah. Sehingga dengan bantuan air, unsur tersebut menjadi tersedia bagi tanaman. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap ion mineral dari dalam tanah. Oleh sebab itu, musim kemarau yang berkepanjangan akan menurunkan produksi (Tim Penulis PS, 1997).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28<sup>0</sup>C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18<sup>0</sup>C dan tertinggi 32<sup>0</sup>C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat makin tinggi suhunya (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Tanah </b></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kecocokan tanah untuk kelapa sawit dipengaruhi karakteristik fisik dan kimia. Informasi terperinci pada banyak jenis tanah dan kandungan tanah diluar lingkup ini dan pembaca adalah referensi bagi salah satu dari beberapa kemunculan yang baik pada lahan. Tinjauan ulang yang biasa dari jenis tanah ditemukan pada daerah kelapa sawit di seluruh dunia yang telah dibuat (Turner <i style="mso-bidi-font-style: normal;">and</i> Gillbanks, 1974).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut pernyataan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol). Meskipun demikian, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah tidaklah sama </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;">(Tim Penulis PS, 1997).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kelapa sawit dapat tumbuh padea berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol, dan alluvial. Solum tebal 80 cm. solum yang tebal akan merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik (Lubis, 1992).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0-6,5 sedangkan pH optimumnya adalah 5-5,5 (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Sifat fisik tanah ditemntukan oleh tekstur, struktur, kemiringan tanah, tebalnya lapisan tanah, kedalaman permukaan air tanah. Kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya baik (Risza, 1994).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Tanaman kelapa sawit membutuhkan drainase tanah yang baik untuk menunjang pertumbuhan dan produktifitas kelapa sawit yang tinggi. Kondisi tanah yang berdrainase buruk menyebabkan akan terhambat respirasi dan penyerapan unsur hara oloeh akar tanaman, sedangkan pada tanah yang berdrainase terlalu cepat dapat mengurangi kemampuan tanah dalam menahan air (Wahyono, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 1996).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Kecenderungan praktik pertanian (perkebunan) yang semakin terdesak ke arah lahan yang “marjinal” dan semakin menjauh dari daerah pemukiman tradisional menuntut perkembangan teknologi (baca: Rupiah) untuk mengatasi kondisi ke-marjinal-an lahan dan perkembangan infrastruktur wilayah baru tersebut. Dengan demikian, pemanfaatan lahan selain mengacu pada konsep kelas kesesuaian lahan, juga harus mempertimbangkan pengembangan infrastruktur (oleh pemerintah) di masa yang akan datang (Pahan, 2006).</div><div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Phylotaxis</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Dewasa ini sedang dipelajari kemungkinan jumlah anak daun sebagai penduga produksi. Menurut penelitian Subroto, Taniputra, dan Manurung (1988), panjang anak daun berkorelasi langsung dengan hasil tandan, sedang jumlah anak daun berkorelasi tidak langsung dengan hasil tandan. Filotaksisnya adalah dari kanan atas ke kiri bawah, tetapi ada juga yang sebaliknya, namun tidak terdapat perbedaan hasil (Sianturi, 1991).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phylotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun, yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai. Pertumbuhan melingkar duduk daunmengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Pada tanaman yang normal, dapat dilihat dua set spiral berselang 8 daun yang mengarah ke kanan dan berselang 13 daun mengarah ke kiri (Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i>, 2004).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21, dan seterusnya. Setiap angka pada susunan spiral ini merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Pada batang kelapa sawit dewasa, susunan kelipatan 8 daun umumnya biasa ditemui, tetapi kelipatan 5, 13, dan 21 juga dapat dijumpai (Pahan, 2006).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Daun yang telah tua patah di dekat pangkal pelepahnya, sedangkan pangkal pelepah daun ini tidak akan lepas dari batangnya. Akibatnya, permukaan batang tidak licin seperti pohon kelapa pada umumnya. Di bagian pangkal pelepah daun terdapat duri-duri yang sangat tajam. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit bisa mengeluarkan 20-24 lembar daun (Sastrosayono, 2003).</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><o:p> </o:p><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 400%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 400%;">BAHAN DAN METODE</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Waktu dan Tempat Percobaan</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Percobaan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 18 April 2008 di areal pertanian Laboratorium Botani Umum Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl.</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Bahan dan Alat</b></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pohon kelapa sawit sebagai objek percobaan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 50%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Alat-alat yang digunakan adalah tali plastik untuk menandai alur pelepah daun kelapa sawit dan pacak untuk menandai tali pertama yang ditentukan, alat-alat tulis untuk menulis data hasil perhitungan, parang untuk memotong dan membersihkan pelepah daun kelapa sawit, kalkulator untuk menghitung perhitungan umur tanaman kelapa sawit, dan kamera untuk mengambil gambar.</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Prosedur Percobaan</b></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 9.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Ditentukan salah satu tanaman kelapa sawit yang ada di areal lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 9.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Dipilih salah satu bekas potongan pelepah daun kelapa sawit yang paling bawah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 9.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Diikat bekas potongan daun tersebut, lalu dililitkan tali plastik (rafia) begitu juga dilakukan untuk potongan dan diatasnya mengikuti arah lingkaran potongan daun sampai ke puncak daun kecuali daun tombak.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 9.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Dihitung berapa lilitan bekas potongan pelepah sampai di puncak hingga diperoleh jumlah yang dilambangkan dengan P.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 9.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Dihitung lingkaran yang mengelilingi batang kelapa sawit yang disebut dengan N.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: 9.0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list 9.0pt; text-align: justify; text-indent: -9.0pt;"><span style="mso-list: Ignore;">-<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Dihitung dengan menggunakan rumus:</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 131px; margin-top: 19px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 38px; z-index: 251657728;"><img height="2" src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="38" /></span><span style="font-size: 16.0pt;">R =<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><sup>(N x P)/20</sup></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%;">HASIL DAN PEMBAHASAN</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Hasil</b></div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Dari hasil percobaan diperoleh jumlah alur (P) pada kelapa sawit berjumlah 8 sedangkan jumlah pelepah pada satu alur (N) sebanyak 35. jadi umur kelapa sawit tersebut adalah: </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 131px; margin-top: 19px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 38px; z-index: 251634688;"><img height="2" src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1026" width="38" /></span><span style="font-size: 14.0pt;">R</span><span style="font-size: 16.0pt;"> =<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><sup>(N x P)/20</sup></span><sup><span style="font-size: 16.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"></span></span></sup></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span style="height: 2px; left: 0px; margin-left: 131px; margin-top: 19px; mso-ignore: vglayout; position: absolute; width: 38px; z-index: 251635712;"><img height="2" src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" v:shapes="_x0000_s1027" width="38" /></span>R =<sup><span style="font-size: 16.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(35X8)/20</span></sup><sup><span style="font-size: 16.0pt;"></span></sup></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify; text-indent: 1.0in;">R = <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>14 tahun</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: .25in; text-align: justify;"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; tab-stops: 291.0pt; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Pembahasan</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 291.0pt; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Dari hasil percobaan perhitungan umur tanaman kelapa sawit mengunakan metode phylotaxis yang dihitung dari jumlah alur dalam satu pohon kelapa sawit. Perhitungan ini dapat kita lakukan dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan, atau sebaliknya. Hal ini sesuai literatur Sianturi (1991), yang menyatakan panjang anak daun berkorelasi langsung dengan hasil tandan, sedang jumlah anak daun berkorelasi tak langsung dengan hasil tandan. Filotaksis adalah dari kanan ke kiri tetapi ada juga yang sebaliknya, namun tidak terdapat perbedaan hasil.</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 291.0pt; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 291.0pt; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Phylotaxis ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun. Dari percobaan perhitungan phylotaxis kalapa sawit diperoleh rumus duduk daun 3/8. Artinya, satu kali berputar terbentuk 3 spiral dan melewati 8 daun. Dengan mengetahui ketentuan tersebut maka kita dapat menghitung umur tanaman kelapa sawit. Dan dari percobaan diperoleh 35 pelepah daun sehingga umur tanaman 14 tahun. Hal ini sesuai pernyataan Fauzi, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">dkk</i> (2004) yang menyatakan phylotaxis dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun, yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai.</div><div class="MsoNormal" style="tab-stops: 291.0pt; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; tab-stops: 291.0pt; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Dari percobaan diperoleh alur pada satu pohon rata-rata adalah kelipatan 8. deret Fibonacci menunjukkan bahwa susunan daun merupakan penjumlahan dari angka-angka sebelumbya seperti 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, dan seterusnya. Dan pada kelapa sawit diperoleh rumus 3/8. hal ini sesuai dengan literatur Pahan (2006) bahwa susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21, dan seterusnya. Pada batang kelapa sawit dewasa, susunan lipatan 8 daun umumnya biasa ditemui, tetapi kelipatan 5, 13, dan 21 juga dapat dijumpai.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Dari hasil percobaan, diperoleh umur tanaman kelapa sawit adalah 14 tahun. Hal ini dapat diperoleh dari rumus R= (NxP)/20. Pembagi 20 merupakan rata-rata dari daun tanaman kelapa sawit yang mengeluarkan 18-22 daun pertahunnya. Dan banyaknya pelepah juga menentukan jumlah umur tanaman kelapa sawit karena meskipun bertambah tua pelepahnya tidak akan lepas. Hal ini sesuai literatur Sastrosayono (2003) bahwa daun yang telah tua patah di dekat pangkal pelepahnya, sedangkan pangkal pelepah daun tidak akan lepas dari batang. Setiap tahun tanaman kelapa sawit bisa mengeluarkan 20-24 lembar daun.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 400%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 400%;">KESIMPULAN DAN SARAN</span></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 300%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Kesimpulan</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Dari varietas kelapa sawit, tanaman yang unggul adalah tenera.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Pohon kelapa sawit yang digunakan dalam percobaan memiliki 35 pelepah daun dalam satu alur dengan jumlah alurnya 8.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Kelapa sawit yang diamati pada percobaan berumur 14 tahun.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Dalam perhitungan phylotaxis digunakan faktor pembagi 20, bahwa setiap tahun tanaman kelapa sawit menghasilkan 18-22 daun, sehingga diambil rata-ratanya yaitu 20.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Kelapa sawit memiliki rumus daun 3/8.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-left: .25in; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .25in; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><span style="mso-list: Ignore;">6.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span>Sudut divergensi kelapa sawit adalah 135<sup>0</sup>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Saran</b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;">Dalam melakukan percobaan menghitung umur tanaman kelapa sawit sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menghitung jumlah pelepah dalam satu alur agar data yang diperoleh adalah data yang sebenarnya dan bukanlah hasil rekayasa.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-indent: 56.7pt;"><o:p> </o:p> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 400%; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 400%;">DAFTAR PUSTAKA</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, <st1:place w:st="on">I.</st1:place> Satyawibawa, dan R. Hartono. 2004. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan, Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Hartmann, H. T., W. J. Flocker, and A. M. Kofranek. 1981. Plant Science: Growth, Development, and Utilization of Cultivated Plants. Prentice Hall, inc., <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">New Jersey</st1:place></st1:state>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Kheong, C. K., B. R. Hewitt, H.Y. Chu, K. T. Joseph, and N. Williams. 1969. Modern Agriculture for Tropical Schools. <st1:placename w:st="on">Oxford</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype> <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Press</st1:city>, <st1:country-region w:st="on">Singapore</st1:country-region></st1:place>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Lubis, A.U.. 1992. Kelapa Sawit (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Elaeis guineensis</i> Jacq.) Di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala, Pematang Siantar.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. <st1:placename w:st="on">Gajah</st1:placename> <st1:placename w:st="on">Mada</st1:placename> <st1:placetype w:st="on">University</st1:placetype> Press, <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Pahan, I.. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Sampai Hilir. Penebar Swadaya, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Rajanaidu, N., M. J. Lawrence, and S. C. Ooi. 1981. International Conference: The Oil Palm Agriculture <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> The Eighies. Palm Oil Research Institude Of <st1:country-region w:st="on">Malaysia</st1:country-region>, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Kuala Lumpur</st1:city></st1:place>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Risza, S.. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, <st1:place w:st="on">Yogyakarta</st1:place>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Sastrosayono, S.. 2003. Budi Daya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Sianturi, H. S. D.. 1991. Budi Daya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Medan</st1:place></st1:city>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Soehardjo. 1984. Vademecum Kelapa Sawit. PT. Perkebunan Nusantara IV Bah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jambi, Pematang Siantar.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya Dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>. </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Tahardi, J. S., T. W. Darmono, Siswanto, D. Santoso, dan R. Nataatmadja. 1997. Proceeding of The BTIG Workshop On: Oil Palm Improvement Through Biotechnologi. The Biotechnology Research Unit for Estate Crops, <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Bogor</st1:city></st1:place>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Turner, P. D. and R. A. Gillbanks. 1974. Oil Palm Cultivation and Manajement. The Incorporated Society of Planters, <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Malaysia</st1:country-region></st1:place>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: .5in; text-indent: -.5in;">Wahyono, T., R. Nurkhoiry, and M. A. Agustira. 1996. Profil Kelapa Sawit Di <st1:place w:st="on"><st1:country-region w:st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Medan</st1:place></st1:city>.</div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-8021666919144132302010-04-24T21:59:00.001-07:002010-04-24T21:59:09.409-07:00ASAM ASETATAsam Asetat ( Acetic Acid, Ethanoic Acid, Methyl Carboxylic Acid ) adalah senyawa kimia dengan rumus molekul CH3COOH, berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Bahan kimia ini memiliki titik didih sekitar 117,9 C pada tekanan 1 atm, dan pada konsentrasi tinggi akan menimbulkan korosi pada berbagai jenis logam.<br />
Industri asam asetat merupakan salah satu industri kimia yang berprospek di Indonesia. Kebutuhan asam asetat di dalam negeri terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan oleh industri penggunanya. Meningkatnya kebutuhan asam asetat ini belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh satu-satunya produsen lokal, yaitu PT Indo Acidatama Chemical Industry, sehingga ketergantungan terhadap impor dari tahun ke tahun semakin naik.<br />
Secara ringkas,perkembangan suplai asam asetat Indonesia sampai Tahun 2000 disajikan pada tabel berikut :<br />
Tabel 1.1. Perkembangan Suplai Asam Asetat Indonesia 1996 – 2000 ( dalam ton <br />
Tahun Produksi Ekspor Impor Suplai Perkembangan ( % )<br />
1996 28.840 2.106 21.265 47.999 -<br />
1997 23.540 0 49.264 72.804 51,68<br />
1998 26.500 1.000 69.123 94.623 29,97<br />
1999 29.680 136 100.123 129.667 37,03<br />
2000 32.210 588 107.620 139.242 7,38<br />
( Sumber : PT CIC, Indochemical 330, hal 12 )<br />
Berdasarkan pada penggunaan asam asetat Indonesia sampai tahun 2000, industri PTA ( Purified Terepthalic Acid ) merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yaitu sekitar 59,1 % dari 139.242 ton total asam asetat yang dikonsumsi ( PT CIC, Indochemical 330, hal 20 ). Konsumsi industri PTA pada tahun 2005 diproyeksikan mencapai kurang lebih 54,1 % dari 194.025 ton total konsumsi asam asetat di Indonesia.<br />
Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan dalam bidang investasi melalui Keputusan Presiden RI N0. 96 tahun 1998, tentang bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal,atau lebih dikenal dengan Daftar Negatif Investasi. Asam asetat tidak termasuk di dalamnya sehingga investasi di bidang industri ini masih terbuka dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ).<br />
Kebijaksanaan tersebut diambil untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, yaitu dengan membangun industri-industri yang dapat menggantikan peranan bahan impor. Pemerintah mengharapkan, pendirian pabrik asam asetat dapat memacu dan mendukung pertumbuhan industri-industri lain seperti industri ethyl asetat, industri PTA, industri tekstil, industri benang karet, dan industri asam cuka.<br />
<br />
1.2. Kapasitas Rancangan<br />
Penentuan kapasitas perancangan pabrik asam asetat mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :<br />
1. Proyeksi Kebutuhan Pasar<br />
Konsumsi asam asetat menurut sektor industri dapat dilihat pada tabel berikut :<br />
Tabel 1.2. Total Konsumsi Asam Asetat di Indonesia 1996 – 2000 <br />
Konsumen Konsumsi Asam Asetat ( ton )<br />
1996 1997 1998 1999 2000<br />
Industri PTA 240721 45.538 58.915 76.065 82.294<br />
Industri Ethyl Acetat 4.950 4.172 4.402 5.125 23.912<br />
Industri Benang Karet 2.276 1.558 1.457 2.133 2.286<br />
Industri Asam Cuka 2.445 2.931 2.868 2.796 2.920<br />
Industri Tekstil 9.780 11.274 18.925 23.988 24.367<br />
Industri – industri lain 3.827 7.331 8.056 19.560 3.463<br />
Total 47.999 72.804 94.623 129.667 139.242<br />
( Sumber : PT CIC, Indochemical 330, hal 20 )<br />
Kebutuhan asam asetat dalam negeri tidak dapat sepenuhnya dipenuhi dari industri lokal sehingga Indonesia mengimpor dari negara-negara lain. Berikut data impor asam asetat Indonesia.<br />
Tabel 1.3. Perkembangan Impor Asam Asetat Indonesia 1996 – 2000<br />
Tahun Volume ( ton ) Perkembangan ( % )<br />
1996 21.265 -<br />
1997 49.264 131,67<br />
1998 69.123 40,31<br />
1999 100.123 44,85<br />
2000 107.620 7,49<br />
( Sumber : BPS diolah oleh PT CIC, Indochemical 330, hal 11 )<br />
Analisa secara grafis untuk memperkirakan kapasitas impor asam asetat pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :<br />
Catatan : Data diambil mulai tahun 1996 ( tahun ke – 1 )<br />
Gambar 1.1. Grafik Perkembangan Impor Asam Asetat Indonesia 1996 – 2000<br />
Dari grafik tersebut didapatkan persamaan : y = 22,357 X + 2,4083 sehingga diperkirakan jumlah kebutuhan asam asetat pada tahun 2007 yang belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri adalah sebesar 270.692,3 ton / tahun.<br />
1. Ketersediaan Bahan Baku<br />
Bahan baku methanol dapat diperoleh dari PT Kaltim Methanol Industry, Bontang dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun atau dari Pertamina di Pulau Bunyu yang mempunyai kapasitas produksi 300.000 ton/tahun. Sedangkan karbon monoksida diperoleh dari PT Pupuk Kaltim di Bontang.<br />
1. Kapasitas Ekonomi Minimal<br />
Pabrik asam asetat yang sudah beroperasi di Indonesia yaitu PT Indo Acidatama Chemical Industry ( PT IACI ), mempunyai kapasitas produksi 36.000 ton/tahun ( PT CIC, Indochemical 330, hal 8 ). Sedangkan jumlah asam asetat yang masih perlu diimpor pada tahun 2007 sesuai perkiraan diatas adalah 270.692,3 ton/tahun. Oleh karena itu, kapasitas produksi dari pabrik yang direncanakan agar dapat beroperasi dan memberikan keuntungan secara ekonomi diperkirakan dari data tersebut di atas.<br />
Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka dalam perancangan pabrik asam asetat ini dipilih kapasitas 90.000 ton/tahun. Disamping itu, beberapa alasan menyangkut keuntungan dan kelayakan pendirian pabrik adalah sebagai berikut :<br />
1. Dapat memenuhi kebutuhan asam asetat dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor.<br />
2. Dapat memacu dan mendukung perkembangan industri dengan bahan baku asam asetat di Indonesia.<br />
3. Dapat memberikan keuntungan secara ekonomis karena kapasitas produksi masih berada dalam batas kapasitas yang menguntungkan.<br />
4. Dapat memperluas lapangan kerja dan meratakan kesempatan kerja terutama di luar Pulau Jawa, menyangkut pemilihan lokasi pabrik yang akan didirikan.<br />
5. Dapat menghemat devisa karena bahan baku diperoleh dengan mudah dari industri lokal.<br />
<br />
1.3. Lokasi Pabrik<br />
Pemilihan lokasi pabrik secara geografis dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap lancarnya kegiatan industri. Oleh karena itu harus dipertimbangkan agar dapat memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya pada perusahaan. Pabrik asam asetat ini direncanakan akan didirikan di Bontang, Propinsi Kalimantan Timur.<br />
Pemilihan lokasi di Bontang mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :<br />
1. Letak Sumber Bahan Baku<br />
Bahan baku utama yaitu methanol dan karbon monoksida masing-masing diperoleh dari PT Kaltim Methanol Industry dan PT Pupuk Kaltim yang semuanya berlokasi di Bontang. Pengadaan bahan baku harus benar-benar diperhatikan karena merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu produksi.<br />
1. Utilitas<br />
Sarana utilitas utama yaitu air dan listrik masing-masing dipenuhi dari pihak pengelola kawasan industri, baik dari sumber air tanah maupun sungai serta jaringan PLN setempat (untuk kebutuhan listrik).<br />
1. Fasilitas Transportasi<br />
Sarana trasportasi sangat penting, berkaitan dengan kelancaran penyediaan bahan baku dan pemasaran produk. Pemasaran produk terutama dilakukan lewat jalur laut dan udara yang dominan. Sedangkan transport bahan baku tidak mengalami banyak permasalahan karena berdekatan dengan pabrik penghasil bahan baku.<br />
1. Tenaga Kerja<br />
Penyediaan tenaga kerja mempertimbangkan beberapa hal, meliputi : jumlah, kualitas, besar upah minimum, keahlian, dan produktifitas tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja terlatih dan berpendidikan di Kaltim meningkat seiring berkembangnya sekolah-sekolah kejuruan, akademi, dan perguruan tinggi. Disamping itu terbukanya lapangan kerja baru akan menarik minat tenaga kerja dari luar Kalimantan, khususnya Pulau Jawa juga.<br />
1. Pemasaran<br />
Daerah pemasaran sebagian besar berada di luar Kalimantan sehingga harus ditempuh terutama lewat jalur laut. Hal ini tidak menjadi masalah karena asam asetat adalah bahan baku yang sangat dibutuhkan bagi banyak industri terutama di Pulau Jawa yang selama ini penyediaannya sangat tergantung pada impor.<br />
1. Kebijaksanaan Pemerintah<br />
Pendirian pabrik asam asetat ini mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan industri dalam kaitannya dengan pemerataan kesempatan kerja dan hasil pembangunan khususnya di luar Pulau Jawa.<br />
1. Perluasan Lahan<br />
Faktor ini berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut. Bontang merupakan kawasan industri, sehingga lahan di daerah tersebut telah disiapkan untuk pendirian dan pengembangan suatu pabrik.<br />
1. Sarana dan Prasarana<br />
Pemilihan lokasi di Bontang telah mempertimbangkan bahwa daerah tersebut telah memiliki sarana dan prasarana yang meliputi jalan, bank, jaringan telekomunikasi, sarana pendidikan dan hiburan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup.<br />
<br />
1.4. Tinjauan Pustaka<br />
Asam asetat telah lama dikenal oleh bangsa Romawi dan Yunani dengan proses pembuatan yang masih sangat sederhana, yaitu melalui oksidasi alkohol yang terdapat dalam anggur yang ditempatkan dalam tong atau dibiarkan pada udara terbuka. Produksi secara komersial dimulai pada akhir abad ke-19 dengan proses oksidasi langsung hidrokarbon fase cair. Pada tahun 1911, produksi asam asetat melalui oksidasi asetaldehid mulai beroperasi di Jerman. Proses karbonilasi methanol pertama kali diaplikasikan pada tahun 1963 dengan proses BASF, kemudian proses Monsanto mulai diperkenalkan pada tahun 1968.<br />
1.4.1. Macam-macam Proses<br />
Proses-proses pembuatan asam asetat yang banyak digunakan dalam industri dewasa ini adalah sebagai berikut :<br />
1. Karbonilasi Methanol<br />
Reaksi utama yang terjadi pada karbonlasi methanol secara langsung yaitu :<br />
CH3OH + CO CH3COOH<br />
Adapun reaksi samping yang terjadi adalah :<br />
CO + H2O CO2 + H2<br />
Reaksi berlangsung dalam reaktor sparger ( reaktor gelembung ) dengan katalisator Rhodium Iodine atau Cobalt Iodine.<br />
Proses karbonilasi methanol dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu proses BASF dan proses Monsanto. Perbandingan kedua pross tersebut di atas di sajikan dalam tabel berikut :<br />
Tabel 1.4. Perbandingan Proses BASF dan Proses Monsanto <br />
No. Pertimbangan BASF Monsanto<br />
1 Bahan baku Methanol dan CO Metanol dan CO<br />
2 Yield 90 % 90 – 99%<br />
3 Kondisi operasi 500 bar, 455-515 K 30-60 bar, 425-475 K<br />
4 Katalis Co / HI<br />
tidak efektif Rh / HI<br />
efektif<br />
5 Alat Pemurnian 3 kolom destilasi 4 kolom destilasi<br />
6 Biaya investasi tinggi tinggi<br />
7 Biaya operasi rendah rendah<br />
1. Oksidasi Hidrokarbon ( n-Butana )<br />
n-Butana (secara komersial terdiri dari 95% n-Butana, 2,5% isobutana, dan 2,5% Pentana) dioksidasikan dengan bantuan katalis Cobalt atau Mangan Asetat. Reaksi utama yang terjadi adalah :<br />
½ C4H10 + ¾ O2 CH3COOH + H2O<br />
Proses berlangsung pada kondisi suhu 395 – 475 K dan tekanan 45 – 55 bar, dengan yield 70 – 80 %.<br />
1. Oksidasi Asetaldehid Fase Cair ( Proses Hoechst AG )<br />
Proses oksidasi asetaldehid berlangsung dengan bantuan katalis Co / Mn pada kondisi operasi suhu 335 – 355 K dan tekanan 3 -10 bar. Yield yang dapat diperoleh sebesar 93 – 96%. Reaksi utama yang terjadi adalah :<br />
CH3CHO + ½ O2 CH3COOH<br />
Perbandingan Proses Hoechst AG dengan Proses Oksidasi n-Butana disajikan pada tabel berikut :<br />
Tabel 1.5. Perbandingan Proses Hoechst AG dengan Proses Oksidasi n-Butana<br />
No. Pertimbangan Hoechst AG Oksidasi n-Butana<br />
1 Bahan baku Asetaldehid n-Butana<br />
2 Yield 93- 96 % 70 – 80 %<br />
3 Kondisi operasi 3 – 10 bar, 335 – 355 K 45 – 55 bar, 395 – 475 K<br />
4 Katalis Co / Mn Co / Mn<br />
5 Alat Pemurnian 3 kolom destilasi 4 kolom destilasi<br />
6 Biaya investasi rendah Rendah<br />
7 Biaya operasi rendah Rendah<br />
Dari beberapa proses pembuatan asan asetat tersebut di atas, maka dipilih pembuatan asam asetat Proses Monsanto dengan alasan-alasan sebagai berikut :<br />
1. Yield reaksi yang tinggi ( 99% ) dan hasil samping yang rendah<br />
2. Bahan baku yang mudah diperoleh dari dalam negeri dengan harga lebih murah.<br />
3. Reaktor bekerja pada tekanan yang tidak terlalu tinggi ( 30 – 60 bar ) sehingga mudah dicapai.<br />
1.4.2. Kegunaan Produk<br />
Pruduk asam asetat telah banyak digunakan oleh berbagai industri antara lain :<br />
1. Industri PTA merupakan pengkonsumsi asam asetat terbesar yang digunakan sebagai media pelarut katalis. Industri PTA cenderung memilih menggunakan asam asetat yang berbahan baku methanol dengan tingkat kemurnian lebih tinggi yang hingga kini belum diproduksi di dalam negeri.<br />
2. Industri Ethyl Asetat sebagai bahan baku utama, dimana untuk memproduksi 1 ton ethyl asetat diperlukan 680 kg asam asetat.<br />
3. Industri tekstil, terutama industri pencelupan kain dimana asam asetat berfungsi sebagai pengatur pH.<br />
4. Industri asam cuka, asam asetat sebagai bahan baku utama.<br />
5. Industri benang karet, sebagai bahan penggumpal ( co-agulant ) ketika latex dikeluarkan dari extruder.<br />
Disamping itu, asam asetat juga digunakan sebagai bahan setengah jadi untuk membuat bahan-bahan kimia seperti vinyl asetat, selulosa asetat, asam asetat anhydrid, maupun chloro asetat.<br />
1.4.3. Sifat-sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Pruduk<br />
1. Bahan Baku<br />
1. Methanol<br />
Sifat-sifat Fisik Methanol<br />
Tabel 1.6. Sifat Fisik Methanol<br />
Rumus molekul CH3 – OH<br />
Berat molekul 32,042 gr/gmol<br />
Titik didih pada 1 atm 64,7 C<br />
Titik beku pada 1 atm -97,7 C<br />
Temperatur kritis 239,43 C<br />
Tekanan kritis 79,9 atm<br />
Densitas (cair, 25 C) 0,7864 gr/cc<br />
Specific gravity 1,11 gr/cm3<br />
Tekanan uap(25 C) 127,2 mmHg<br />
Gf (cair, 25 C) -39.869 kal/gmol<br />
Hf (cair, 25 C) -57.130 kal/gmol<br />
Viskositas ( cair, 25 C = 0,541 cp ) ; ( uap, 25 C = 0,00968 cp )<br />
Specific Heat ( cair, 25 C = 0,6054 kal/hC ) ; ( uap, 25 C = 0,3274 kal/hC )<br />
Konduktivitas termal ( cair, 25 C = 163,5 kal/hmC ) ; ( uap, 25 C = 12,1 kal/hmC )<br />
Tegangan muka ( dalam air, 20 C = 22,6 dyne/cm )<br />
Kelarutan dalam air Larut sempurna<br />
• Sifat-sifat Kimia Methanol<br />
• Reaksi methanol dengan asam asetat menghasilkan ester<br />
CH3OH + CH3COOH CH3COOCH3 + H2O<br />
• Bereaksi dengan karbon monoksida membentuk asam asetat<br />
CH3OH + CO CH3COOH + H2O<br />
• Reaksi esterifikasi dengan katalis asam dari isobutylene dan methanol membentuk Methyl Tertier Butyl Ether ( MTBE )<br />
CH3OH + H2C-C(CH2)2 (CH3)3-C-O-CH3<br />
• Reaksi dehidrogenasi oksidatif dari methanol dengan katalis Ag Molybdenum-Fe2O3 akan menghasilkan formaldehyde<br />
Mo-Fe2O3<br />
CH3OH CHO2 + H2<br />
• Reaksi dengan asam karboksilat katalisasi asam dapat membentuk metil ester, dengan penghilangan air secara azeotropik<br />
H+<br />
CH3OH + C-C=COOH CH3-C-COOCH3 + H2O<br />
CH3 CH3<br />
1. <br />
1. Karbon Monoksida<br />
• Sifat-sifat Fisik Karbon Monoksida<br />
Tabel 1.7. Sifat Fisik Karbon Monoksida<br />
Berat molekul 28,01 gr/gmol<br />
Densitas pada STP 1,250 gr/cm3<br />
Temperatur kritis -140,23 C<br />
Tekanan kritis 34,529 atm<br />
Volume kritis 93,06 cm3<br />
Specific Heat ( volume konstan, 1 atm ) (-100C = 5,03 kal/molC); (0C = 4,97 kal/molC); (100C = 5,01 kal/molC)<br />
Specific Heat ( tekanan konstan, 1 atm ) (-100C = 7,05 kal/molC); (0C = 6,97 kal/molC); (100C = 7,01 kal/molC)<br />
Enthropy ( 1 atm ) (-100C = 43,457 kal/molC); (0C = 46,656 kal/molC); (100C = 48,831 kal/molC)<br />
Enthalpy ( 1 atm ) (-100C = 3130,6 kal/molC); (0C = 3831,8 kal/molC); (100C = 4529,8 kal/molC)<br />
• Sifat-sifat Kimia Karbon Monoksida<br />
• Bereaksi dengan methanol membentuk asam asetat<br />
CH3OH + CO CH3COOH + H2O<br />
• Bereaksi dengan hidrogen membentuk methanol<br />
CO + H2 CH3OH<br />
• Bereaksi dengan dimetil amine membentuk dimetil nonamide<br />
(CH3)2NH + CO (CH3)2NHCO<br />
1. Produk Asam Asetat<br />
• Sifat-sifat Fisik Asam Asetat<br />
Tabel 1.8. Sifat Fisik Asam Asetat<br />
Rumus molekul O<br />
CH3 – C – OH<br />
Berat molekul 60,053 gr/gmol<br />
Titik leleh pada 1 atm 16,6 C<br />
Titik didih pada 1 atm 117,9 C<br />
Specific Gravity 1,051 gr/cm3<br />
Koefisien ekspansi ( 20 C ) 1,07 x 10-3<br />
Temperatur kritis ( cair ) 594,45 K<br />
Tekanan kritis ( cair ) 57,1 atm<br />
Volume kritis ( cair ) 2,85 cc/ gr<br />
Surface Tension (20C, udara = 27,6 dyne/cm); (75C, udara = 22,2 dyne/cm)<br />
Viskositas (20C, udara = 1,22 cp); (110C = 0,42 cp)<br />
Specific Heat 0,487 kal/grC<br />
Panas pelarutan dalam air ( 18 C ) 6,3 kal/gr<br />
Hf ( 25 C ) -1.927,1 kal/gr<br />
Gf ( 25 C ) -1.549,9 kal/gr<br />
• Sifat-sifat Kimia Asam Asetat<br />
• Reaksi dengan alkohol menghasilkan ester<br />
CH3OH + CH3COOH CH3COOCH3 + H2O<br />
• Pembentukan garam keasaman<br />
2CH3COOH + Zn (CH3COO)2Zn2+ + ½ H2<br />
• Reaksi konversi menjadi ester<br />
CH3COOH – – CH2OH CH3COOCH2 -<br />
Benzyl alcohol Benzyl asetat<br />
• Konversi ke klorida-klorida asam<br />
50 C<br />
3CH3COOH + PCl3 3CH3COCl + H3PO3<br />
• Substitusi dari alkyl/aryl group<br />
Cl2P Cl2P Cl2P<br />
CH3COOH ClCH2OH Cl2CHCOOH Cl3CCOOH<br />
Chloroacetic Dichloroacetic Trichloroacetic<br />
• Pembentukan ester<br />
CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOC2H5 + H2O<br />
• Reaksi dari halida dengan ammonia<br />
Cl2 NH3<br />
CH3COOH ClCH2COOH NH2CH2COONH4<br />
Chloroacetic acid H+<br />
NH2CH2COOH<br />
Aminoacetic acid<br />
1.4.4. Tinjauan Proses Karbonilasi Secara Umum<br />
Reaksi karbonilasi adalah reaksi antara karbon monoksida dengan gugus fungsional yang mengandung oksigen secara katalitik menjadi senyawa organik. Senyawa organik tersebut dapat berupa senyawa jenuh maupun senyawa tak jenuh dan harus mengandung suatu gugus fungsional seperti hidroksi, alkoksikarbonil, amino, atau halogen.<br />
Reaksi kimia selalu terjadi pada pusat logam selama katalisasi berlangsung dengan tahap-tahap sebagai berikut :<br />
1. Dengan senyawa jenuh, terjadi penambahan daya oksidasi pada logam yang secara teori akan meningkatkan tahap oksidasinya menjadi 2 tahap; dengan senyawa tak jenuh, karbonil hidrid ditambahkan ke dalam sistem elektron. Kedua reaksi menghasilkan pembentukan ikatan karbon.<br />
2. Tahap selanjutnya pembentukan intermediate acyl-logam dengan berpindahnya penempatan CO.<br />
3. Tahap terakhir adalah eliminasi reduktif atau solvolisis dari organometalik kompleks untuk menghasilkan produk.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-29506890420295303552010-04-24T21:40:00.002-07:002010-04-24T21:47:41.655-07:00GULMA TANAMAN<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="Edit-Time-Data" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso"><!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text Indent"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyTextIndent, li.MsoBodyTextIndent, div.MsoBodyTextIndent {mso-style-unhide:no; mso-style-link:"Body Text Indent Char"; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.BodyTextIndentChar {mso-style-name:"Body Text Indent Char"; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:"Body Text Indent"; mso-ansi-font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:12.0pt;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--><span style="font-size: 14pt;">bag 3.
<br />
<br /></span><span style="font-size: 7pt;"></span><span style="font-size: 14pt; font-style: italic;">Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :</span> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 54.95pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt;"><span style="font-size: 14pt;">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Terdapat di <b>tanah sawah</b>, contohnya <i>Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.</i></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 54.95pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt;"><span style="font-size: 14pt;">b.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Terdapat di <b>tanah kering</b> atau <b>tegalan</b>, contohnya <i>Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.</i></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 54.95pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt;"><span style="font-size: 14pt;">c.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Terdapat di <b>tanah perkebunan besar</b>, contohnya <i>Imperata cylindrica, Salvinia </i>sp., <i>Pistia stratiotes</i>.</span></p><p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;"></span><span style="font-size: 7pt;"></span><span style="font-size: 14pt; font-style: italic;">Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Monocotyledoneae</span></b><span style="font-size: 14pt;">, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya <i>Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens</i>.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">b.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Dicotyledoneae</span></b><span style="font-size: 14pt;">, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya <i>Amaranthus spinosus, Mimosa </i>sp., <i>Euphatorium odoratum</i>.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">c.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Pteridophyta</span></b><span style="font-size: 14pt;">, berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh <i>Salvinia </i>sp., <i>Marsilea crenata.</i></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;"></span><span style="font-size: 7pt;"></span><span style="font-size: 14pt; font-style: italic;">Berdasarkan <b>morfologinya</b>, gulma dikelompokan ke dalam :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Golongan rumput (grasses)</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1025" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1026" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1027" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1028" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1028" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1029" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1029" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Buah disebut caryopsis atau grain.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1030" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1030" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Contohnya <i>Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.</i></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">b.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Golongan teki (sedges)</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1031" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1031" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1032" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1032" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1033" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1033" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1034" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1034" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1035" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1035" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Buahnya tidak membuka.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1036" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1036" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Contohnya <i>Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides</i>.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">c.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Golongan berdaun lebar (broad leaves)</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1037" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1037" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1038" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1038" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1039" type="#_x0000_t75" alt="*" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\NVIDIA\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" href="http://fp.uns.ac.id/%7Ehamasains/dasarperlintan-4_files/image002.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/NVIDIA/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" alt="*" shapes="_x0000_i1039" width="15" height="15" /><!--[endif]--> Contohnya <i>Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia </i>sp.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">6.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Berdasarkan <b>asalnya</b>, gulma dikelompokan ke dalam :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Gulma obligat (obligate weeds)</span></b><span style="font-size: 14pt;"> adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh <i>Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava</i>.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">b.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Gulma fakultatif (facultative weeds)</span></b><span style="font-size: 14pt;"> adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya <i>Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia </i>sp.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;"></span><span style="font-size: 7pt;"></span><span style="font-size: 14pt; font-style: italic;">Berdasarkan <b>parasit atau tidaknya</b>, dibedakan dalam :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Gulma non parasit</span></b><span style="font-size: 14pt;">, contohnya <i>Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.</i></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">b.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Gulma parasit</span></b><span style="font-size: 14pt;">, dibedakan lagi menjadi :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 74.7pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">1)</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Gulma parasit sejati</span></b><span style="font-size: 14pt;">, contoh <i>Cuscuta australis</i> (tali putri).</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 78pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 74.7pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">2)</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Gulma semi parasit</span></b><span style="font-size: 14pt;">, contohnya <i>Loranthus pentandrus</i>.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 78pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 56.7pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">3) <b>Gulma hiper parasit</b>, contoh <i>Viscum </i>sp.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 78pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent"><b><span style="font-size: 14pt;">5. CARA-CARA PENGENDALIAN GULMA</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 32.2pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.</span></b><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Preventif (pencegahan)</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 14pt;">Cara ini teruatama ditujukan terhadap species-species gulma yang sangat merugikan dan belum terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma asing yang cocok tumbuh di tempat-tempat baru dapat menjadi pengganggu yang dahsyat (eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-Afrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">b.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">c.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">d.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">e.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pembersihan ternak yang akan diangkut</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">f.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 14pt;">Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dicegah pula agar jangan sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah gulma tahunan (perennial weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan cara vegetatif.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 14.2pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt;">2. Pengendalian gulma secara fisik</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pengolahan tanah</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">b.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pembabatan (pemangkasan, mowing)</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval (ulangan) dan sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang mempunyai krop berupa pohon, pada halaman-halaman, tepi jalan umum, jalan kereeta pai, padang rumput dan sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">c.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Penggenangan</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">d.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Pembakaran </span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 55<sup>0</sup> C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 14pt;">e.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 14pt;">Mulsa (mulching, penutup seresah)</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan plastik.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 14pt;">1.</span></b><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian gulma dengan sistem budidaya</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 56.7pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">a. Pergiliran Tanaman</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 74.7pt; text-align: justify; text-indent: 24.55pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (<i>Cyperus rotundus</i>) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (<i>Monochoria vaginalis</i>) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 56.7pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">b. Budidaya pertanaman</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style="font-size: 14pt;">Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style="font-size: 14pt;">Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style="font-size: 14pt;">Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 56.7pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops)</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: 21.25pt;"><span style="font-size: 14pt;">Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 14pt;">2.</span></b><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian gulma secara biologis</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 56.7pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 56.7pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size: 14pt;">Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus <i>Opuntia </i>spp. Di Australia dengan menggunakan <i>Cactoblastis cactorum</i>, dan pengendalian <i>Salvinia </i>sp. dengan menggunakan <i>Cyrtobagous singularis</i>. Demikian juga eceng gondok (<i>Eichhornia crassipes</i>) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek <i>Neochetina bruchi</i> dan <i>Neochetina eichhorniae</i>. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah <i>Uredo eichhorniae</i> untuk eceng gondok, <i>Myrothesium roridum</i> untuk kiambang , dan <i>Cerospora</i> sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 14pt;">3.</span></b><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian gulma secara kimiawi</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size: 14pt;">4.</span></b><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 14pt;">Pengendalian gulma secara terpadu</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 53.45pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"><span style="font-size: 14pt;">Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.</span></p> <p class="MsoNormal">http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm</p> arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-9710281053949569382010-04-24T21:32:00.000-07:002010-04-24T21:40:05.679-07:00GULMA TANAMAN<span style="font-weight: bold;">bag 2.<br /><br /></span><span style="font-weight: bold;">3. ALLELOPATI</span><br />Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.<br />Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.<br />Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (Imperata cylinarica), grinting (Cynodon dactylon), teki (Cyperus rotundus), Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela dan lain-lain.<br />Eussen (1972) menyatakan, bahwa apabila gulma mengeluarkan senyawa beracun maka nilai persaingan totalnya dirumuskan sebagai berikut :<br /> TCV = CVN + CVW + CVL + AV<br />dimana TCV = total competition value, CVN = competition value of nutrient, CVW = competition value of water, CVL = competition value of light, dan AV = allelopathic value. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma yang mengeluarkan alelopat terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya + nilai alelopatik.<br />Secara umum alelopati selalu dikaitkan dengan maslah gangguan yang ditimbulkan gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman pangan, dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman, dan pada regenarasi hutan.<br />Kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara lain dipengaruhi kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Sumber Senyawa Alelopati</span><br />Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui :<br />a. Penguapan<br />Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.<br />b. Eksudat akar<br />Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.<br />c. Pencucian<br />Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.<br />d. Pembusukan organ tumbuhan<br />Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.<br />Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati</span><br />Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.<br />Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.<br />Jenis gulma yang mempunyai aktivitas alelopati<br />Jenis gulma Jenis tanaman pertanian yang peka<br />Abutilon theoprasti beberapa jenis<br />Agropyron repens berbagai jenis<br />Agrostemma githago gandum<br />Allium vineale oat<br />Amaranthus spinosus kopi<br />Ambrosia artemisifolia berbagai jenis<br />A. trifida kacang pea, gandum<br />Artemisia vulgaris mentimun<br />Asclepias syriaca sorgum<br />Avena fatua berbagai jenis<br />Celosia argentea bajra<br />Chenopodium album mentimun, oat, jagung<br />Cynodon dactylon kopi<br />Cyperus esculentus jagung<br />C. rotundus sorgum, kedelai<br />Euporbia esula kacang pea, gandum<br />Holcus mollis barli<br />Imperata cylindrica berbagai jenis<br />Poa spp. tomat<br />Polygonum persicaria kentang<br />Rumex crisparus jagung, sorgum<br />Setaria faberii jagung<br />Stellaria media barli<br />(Sumber : Putnam, 1995)<br />Telah banyak bukti yang dikumpulkan menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma menahun yang sangat agresif termasuk Agropyron repens, Cirsium arvense, Sorgum halepense, Cyperus rotundus dan Imperata cylindrica mempunyai pengaruh alelopati, khususnya melalui senyawa beracun yang dikeluarkan dari bagian-bagian yang organnya telah mati.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Pengaruh Alelopati</span><br />Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain :<br /> Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.<br /> Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.<br /> Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.<br /> Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.<br /> Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.<br /> Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.<br /> Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">4. Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan</span><br />Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah bekas ditumbuhi Agropyron repens, pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli sangat terhambat.<br />Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah padi gogo.<br />Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya pada teki (Cyperus rotundus). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan jagung, kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">4. KLASIFIKASI GULMA</span><br />Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.<br />Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :<br /><span style="font-style: italic;">Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :</span><br />a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.<br />b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.<br />c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.<br /><span style="font-style: italic;">Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :</span><br />1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu baru.<br />2). Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam tanah (rhizioma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.<br /><span style="font-style: italic;">Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :</span><br />a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. , dan lain sebagainya.<br />b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :<br />1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum aureum.<br />2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke dalam:<br />a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia stratiotes.<br />b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds), dibedakan ke dalam :<br /> Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds), contoh Ultricularia gibba.<br /> Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica, Ceratophyllum demersum.<br />c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. , Nymphoides indica.<br />d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-45672016467833509852010-04-24T21:26:00.004-07:002010-04-24T21:45:49.356-07:00GULMA TANAMAN<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" name="Body Text Indent"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyTextIndent, li.MsoBodyTextIndent, div.MsoBodyTextIndent {mso-style-unhide:no; mso-style-link:"Body Text Indent Char"; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.BodyTextIndentChar {mso-style-name:"Body Text Indent Char"; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:"Body Text Indent"; mso-ansi-font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:12.0pt;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--><b><span style="font-size:14pt;">bag 1.
<br />
<br />1.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">KERUGIAN AKIBAT GULMA</span></b> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 21.25pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size:14pt;">Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain <st1:city st="on"><st1:place st="on">hama</st1:place></st1:city>, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, <st1:city st="on"><st1:place st="on">hama</st1:place></st1:city> 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 21.25pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size:14pt;">Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya <i>Imperata cyndrica</i>), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 21.25pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size:14pt;">Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 21.25pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt;"><span style="font-size:14pt;">Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">1.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">2.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">3.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">4.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri <i>Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa</i> di antara tanaman yang diusahakan.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">5.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya <i>Lersia hexandra</i> dan <i>Cynodon dactylon</i> merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">6.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">7.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size:14pt;">8.</span><span style="font-size:7pt;"> </span><span style="font-size:14pt;">Gulma air mngurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (<i>Eichhornia crssipes</i>). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">2.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">KOMPETISI</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">A.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Kompetisi Gulma terhadap Tanaman</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size:14pt;">Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">a.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Persaingan memperebutkan hara</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda; oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Yang paling diperebutkan antara pertanaman dan gulma adalah unsur nitrogen, dan karena nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka ini lebih cepat habis terpakai. Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanaman. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak daripada jagung; fosfat 1,5 kali lebih banyak; kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Dapat dikatakan bahwa gulma lebih banyak membutuhkan unsur hara daripada tanaman yang dikelola manusia.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">b.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Persaingan memperebutkan air</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya, gulma juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk tiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 – 1900 liter air. Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali lipat kebutuhan pertanaman. Contoh gulma <i>Helianthus annus</i> membutuhkan air sebesar 2,5 kali tanaman jagung. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">c.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Persaingan memperebutkan cahaya</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur , maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup (di musim penghujan) berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya. Tumbuhan lain yang lebih pendek, muda dan kurang tajuknya, dinaungi oleh tumbuhannya yang terdahulu serta pertumbuhannya akan terhambat.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Tumbuhan yang berjalur fotosintesis C<sub>4</sub> lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) di sekitar rumpun-rumpun padi yang berjalur C<sub>3</sub>.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size:14pt;">Dari peristiwa persaingan antara gulma dan tanaman pokok didalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari, Eussen (1972) menelorkan rumus :</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size:14pt;"> TCV = CVN + CVW + CVL</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">di mana TCV = total competition value, CVN = competition value for nutrient, CVW = competition value for water dan CVL = competition value for light. Nilai persaingan total yang disebabkan oleh gulma terhadap tanaman pokok merupakan penggabungan dari nilai persaingan untuk hara + nilai persaingan untuk air + nilai persaingan untuk cahaya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size:14pt;">Besar kecilnya (derajad) persaingan gulma terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil tanaman pokok. Besar kecilnya persaingan antara gulma dan tanaman pokok di dalam memperebutkan air, hara dan cahaya atau tinggi rendahnya hambatan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman pokok jika dilihat dari segi gulmanya, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">a.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Kerapatan gulma</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Semakin rapat gulmanya, persaingan yang terjadi antara gulma dan tanaman pokok semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Suroto dkk. (1996) memperlihatkan bahwa perlakuan kerapatan awal teki 25, 50 dan 100 per m<sup>2</sup> menurunkan bobot biji kacang tanah per tanaman masing-masing sebesar 14,69 %; 14,88 % dan 17,57 %.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">b.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Macam gulma</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Masing-masing gulma mempunyai kemampuan bersaing yang berbeda, hambatan terhadap pertumbuhan tanaman pokok berbeda, penurunan hasil tanaman pokok juga berbeda. Sebagai contoh kemampuan bersaing jawan (<i>Echinochloa crusgalli</i>) dan tuton (<i>Echinochloa colonum</i>) terhadap tanaman padi tidak sama atau berbeda.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">c.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Saat kemunculan gulma</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Semakin awal saat kemunculan gulma, persaingan yang terjadi semakin hebat, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara saat kemunculan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi positif. Hasil penelitian Erida dan Hasanuddin (1996) memperlihatkan bahwa saat kemunculan gulma bersamaan tanam, 15, 30, 45, 60 dan 75 hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 166,22; 195,82; 196,11; 262,28; 284,77 dan 284,82 g/petak (2m x 3m).</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">d.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Lama keberadaan gulma</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif. Perlakuan lama keberadaan gulma 0, 15, 30, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah tanam masing-masing memberikan bobot biji kedelai sebesar 353,37; 314,34; 271,45; 257,34; 256,64; 250,56 dan 166,22 g/petak.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">e.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Kecepatan tumbuh gulma</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Semakin cepat gulma tumbuh, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">f.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Habitus gulma</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Gulma yang lebih tinggi dan lebih lebat daunnya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya memiliki kemampuan bersaing yang lebih, sehingga akan lebih menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman pokok</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">g.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Jalur fotosintesis gulma (C<sub>3</sub> atau C<sub>4</sub>)</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Gulma yang memiliki jalur fotosintesis C<sub>4</sub> lebih efisien, sehingga persaingannya lebih hebat, pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 60.55pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-size:14pt;">h.</span></b><span style="font-size:7pt;"> </span><b><span style="font-size:14pt;">Allelopati</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify;"><span style="font-size:14pt;">Beberapa species gulma menyaingi tanaman dengan mengeluarkan senyawa dan zat-zat beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Bagi gulma yang mengeluarkan allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size:14pt;">Di samping itu kemiripan gulma dengan tanaman juga mempunyai arti penting. Masing-masing pertanaman memiliki asosiasi gulma tertentu dan gulma yang lebih berbahaya adalah yang mirip dengan pertanamannnya. Sebagai contoh <i>Echinochloa crusgalli</i> lebih mampu bersaing terhadap padi jika dibandingkan dengan gulma lainnya.</span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size:14pt;">2. Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik</span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-size:14pt;">Gulma dan pertanaman yang diusahakan manusia adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan yang serupa untuk pertumbuhan normalnya. Kedua tumbuhan ini sama-sama membutuhkan cahaya, air, hara gas CO<sub>2</sub> dan gas lainnya, ruang, dan lain sebagainya. Apabila dua tumbuhan tumbuh berdekatan, maka akan perakaran kedua tumbuhan itu akan terjalin rapat satu sama lain dan tajuk kedua tumbuhan akan saling menaungi, dengan akibat tumbuhan yang memiliki sistem perakaran yang lebih luas, lebih dalam dan lebih besar volumenya serta lebih tinggi dan rimbun tajuknya akan lebih menguasai (mendominasi) tumbuhan lainnya. Dengan demikian perbedaan sifat dan habitus tumbuhanlah yang merupakan penyebab terjadinya persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan yang sama (<b>intra spesific competition</b> atau kompetisi intra spesifik) dan persaingan antara individu-individu dalam spesies tumbuhan yang berbeda (<b>inter spesific competition</b> atau kompetisi inter spesifik). Persaingan gulma terhadap pertanaman disebabkan antara lain oleh karena gulma lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya, serta lebih luas dan dalam sistem perakarannya, sehingga pertanaman kalah bersaing dengan gulma tersebut.</span></p><p class="MsoBodyTextIndent" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 28.35pt;"><span style="font-weight: bold;">3. Periode Kritis</span>
<br />Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman sangat peka terhadap persaingan gulma. Keberadaan atau munculnya gulma pada periode waktu tersebut dengan kepadatan tertentu yaitu tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum dimana setelah periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak terpengaruh terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
<br />Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka hasil tanaman pokok akan menurun. Pada umumnya persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat 25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ - 1/3 pertama dari umur pertanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan mengurangi kuantitas hasil panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma yang berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit pengaruhnya.
<br />Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat penyiangan yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau pengendalian yang dilakukan pada saat periode kritis mempunyai beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian menjadi berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak harus dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga dan waktu dapat ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi meningkat.
<br />
<br /><span style="font-weight: bold;"></span></p> arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-61813377428719915612010-04-24T20:09:00.000-07:002010-04-24T20:13:43.576-07:00Alelopati - Interaksi antarpopulasi<div style="text-align: justify;"> Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.<br /> Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antartumbuhan, antarmikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a). Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston, 1996).<br /> Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.<br />Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.<br /> Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini.<br />Proses pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya.<br /> Zat alelopati yaitu zat yang dapat menghambat pertumbuhan organisme/individu yang berada disekitarnya. Dikeluarkan pada beberapa tumbuhan tertentu sperti fungsi penghasil antibiotic Penisilin yaitu Peniciullium sp. Penicillium sp akan mengeluarkan zat penisilin yang dapat membuat individu disekitarnya menjadi mati.<br /> Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme, yaitu meminimalkan serangan hama (termasuk gulma) dan penyakit pada tanaman melalui pencegahan dan perlakuan yang aman. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami mudah terurai sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah bagi petani sehingga petani tidak perlu menambahkan input dari luar.<br /> Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya. Senyawa alelopat merupakan bahan organik yang dihasilkan oleh tumbuhan, yang dapat menyebabkan perubahan terhadap tumbuhan lain di sekitarnya. Pada umumnya senyawa ini bersifat menghambat perkecambahan dan terkadang dapat mengurangi pertumbuhan tumbuhan lain yang berasosiasi dengan tumbuhan penghasil senyawa alelopat.<br /><br />http://nandito106.wordpress.com<br /></div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-80682484082102062572010-04-24T19:41:00.001-07:002010-04-24T20:08:20.360-07:00ALLELOPATY<div style="text-align: justify;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves>false</w:TrackMoves> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1767454253; mso-list-type:simple; mso-list-template-ids:939029848;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:60.55pt; mso-level-number-position:left; margin-left:60.55pt; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p> </o:p></span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut <b>alelopati</b> dan zat kimianya disebut <b>alelopat</b>. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Tidak semua gulma mengeluarkan senyawa beracun. Spesies gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa racun adalah alang-alang (<i>Imperata cylinarica</i>), grinting (<i>Cynodon dactylon</i>), teki (<i>Cyperus rotundus</i>), <i>Agropyron intermedium, Salvia lenocophyela</i> dan lain-lain.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><b>1. Sumber Senyawa Alelopati<o:p></o:p></b></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui :<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">a. Penguapan<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan <span style=""> </span>yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah <i>Artemisia</i>, <i>Eucalyptus, </i>dan<i> Salvia.</i> Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar</span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">b.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Eksudat akar<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.</span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">c.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Pencucia</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">n</span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan <i>Crysanthemum</i> sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">.</span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><span style="font-weight: bold;"></span></span><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">
<br />2. Gulma Yang Berpotensi Alelopati<o:p></o:p></span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">
<br /> Alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di dalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang dikeluarkannya, yang tercuci, yang teruapkan, atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organnya yang telah mati.<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">
<br /> Beberapa jenis gulma yang telah diketahui mempunyai potensi mengeluarkan senyawa alelopati dapat dilihat pada tabel berikut ini.<o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">
<br /> Jenis gulma<span style=""> </span>yang mempunyai aktivitas alelopati<o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><table class="MsoNormalTable" style="border: medium none ; margin-left: 0px; border-collapse: collapse; text-align: left; margin-right: 0px;" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody><tr style=""> <td style="border-style: solid none; border-color: rgb(153, 153, 153) -moz-use-text-color; border-width: 1.5pt medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jenis gulma<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: solid none; border-color: rgb(153, 153, 153) -moz-use-text-color; border-width: 1.5pt medium 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Jenis tanaman pertanian yang peka<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Abutilon theoprasti<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">beberapa jenis<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Agropyron repens<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">berbagai jenis<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Agrostemma githago<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">gandum<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Allium vineale<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">oat<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Amaranthus spinosus<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">kopi<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Ambrosia artemisifolia<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">berbagai jenis<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">A. trifida<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">kacang pea, gandum<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Artemisia vulgaris<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">mentimun<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Asclepias syriaca<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">sorgum<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Avena fatua<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">berbagai jenis<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Celosia argentea<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">bajra<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Chenopodium album<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">mentimun, oat, jagung<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Cynodon<span style=""> </span>dactylon<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">kopi<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Cyperus esculentus<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">jagung<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">C. rotundus<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">sorgum, kedelai<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Euporbia esula<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">kacang pea, gandum<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Holcus mollis<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">barli<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Imperata cylindrica<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">berbagai jenis<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Poa </span></i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">spp.<o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">tomat<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Polygonum persicaria<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">kentang<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Rumex crisparus<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">jagung, sorgum<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Setaria faberii<o:p></o:p></span></i></p> </td> <td style="border: medium none ; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">jagung<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> <tr style=""> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color rgb(153, 153, 153); border-width: medium medium 1.5pt; padding: 0in 5.4pt; width: 155.9pt;" valign="top" width="208"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Stellaria media</span></i><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p></o:p></span></p> </td> <td style="border-style: none none solid; border-color: -moz-use-text-color -moz-use-text-color rgb(153, 153, 153); border-width: medium medium 1.5pt; padding: 0in 5.4pt; width: 203.85pt;" valign="top" width="272"> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">barli<o:p></o:p></span></p> </td> </tr> </tbody></table><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 42.55pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">(Sumber : Putnam, 1995)<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Beberapa pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan antara lain :<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><ul><li><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span><span style="color: black;">Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.<o:p></o:p></span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span></span></li><li><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span><span style="color: black;">Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.<o:p></o:p></span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span></span></li><li><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span><span style="color: black;">Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.<o:p></o:p></span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span></span></li><li><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span><span style="color: black;">Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.</span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span></span></li><li><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span><span style="color: black;">Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.<o:p></o:p></span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span></span></li><li><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span><span style="color: black;">Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.<o:p></o:p></span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span></span></li><li><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""></span><span style="color: black;">Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.</span></span></li></ul><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">
<br /></span></b></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">3. Pengaruh Alelopati terhadap Pertumbuhan</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa senyawa alelopati dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Laporan yang paling awal diketahui mengenai hal ini ialah bahwa pada tanah-tanah bekas ditumbuhi <i>Agropyron repens</i>, pertumbuhan gandum, oat, alfalfa, dan barli sangat terhambat.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Alang-alang menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsur hara, air dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan ke dalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan jagung. Lamid dkk. (1994) memperlihatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, semakin besar pengaruh kecambah padi gogo.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Penelitian semacam ini juga telah banyak dilakukan misalnya pada teki (<i>Cyperus rotundus</i>). Pengaruh teki terhadap pertumbuhan jagung, kedelai dan kacang tanah juga telah dipelajari dengan metode tidak langsung. Ekstrak umbi dari teki dalam berbagai konsentrasi telah digunakan dalam percobaan. Sutarto (1990) memperlihatkan bahwa tekanan ekstrak teki segar 200 dan 300 g/250 ml air menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi kerdil dan kurus, serta potensi hasilnya menurun.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><span style=""> </span></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">A</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";" lang="IN">lelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";" lang="IN"> Dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati.
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><span style="font-weight: bold;">
<br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><span style="font-weight: bold;">4. Pembusukan organ tumbuhan</span><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"></span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya<span style=""> </span>dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> </span>
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"> Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (<i>Imperata cyndrica</i>) dan teki (<i>Cyperus rotundus</i>) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ<span style=""> </span>yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati.negatifnya terhadap pertumbuhan </span><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">
<br /></span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";" lang="IN"><o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18.15pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 42.55pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;" lang="IN">Selain melalui cara-cara di atas, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah (Anonim, Tanpa tahun).</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";" lang="IN"><o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18.15pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 54.15pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";" lang="IN">Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) menyebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat mempengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan pembelahan sel,pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Lebih lanjut, Anonim (tanpa tahun) menjelaskan tentang pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut:<span style="color: black;">Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan.</span>Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 18.15pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in; line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;" lang="IN">Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim, tanpa tahun). Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C<sub>3</sub> atau C<sub>4</sub>).</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";" lang="IN"><o:p></o:p></span></p> arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-38728978539546091882010-04-24T19:32:00.001-07:002010-04-24T19:38:44.817-07:00KENDALA PERTANIAN LAHAN KERING MASAM DAERAH TROPIKA DAN CARA PENGELOLAANNYA<span style="font-family: courier new;"> Tanah di kawasan tropika basah pada umumnya memperoleh energi matahari dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi reaktif (peka) dan mempunyai tingkat erosi serta pencucian (leaching) yang tinggi. Temperatur dan kelembaban udara yang juga tinggi mengakibatkan dekomposisi bahan organik dan pelepasan hara berlangsung cepat. Bartholomew menyatakan bahwa pencucian merupakan penyebab utama masalah kesuburan tanah pertanian tropis. </span><br /><span style="font-family: courier new;"> Tanah-tanah tropis dengan curah hujan tinggi telah mengalami pencucian, menyebabkan jumlah kation basa yang dapat dipertukarkan berkurang. Kompleks petukaran dalam tanah di dominasi oleh ion-ion hidrogen dan aluminium, menyebabkan tanah semakin masam serta dapat menurunkan kapsitas tukar kation melalui proses perubahan mineral liat dalam tanah. Selanjutnya William dan Yoseph dalam menyatakan bahwa masalah agronomi yang penting pada tanah tropika adalah kekahatan hara dan kemampuan tanah menahan air yang rendah. </span><br /><span style="font-family: courier new;"> Menurut Sudjadi di Indoneia terdapat 3 jenis tanah penting yang bermasalah. Salah satu diantaranya yang mempunyai agihan luas, adalah Podsolik Merah Kuning (Ultisol) kurang lebih 48,3 juta hektar atau sekitar 30 persen luas total daratan Indonesia. Tanah ini memiliki tingkat pencucian hara tinggi, sebahagian besar kahat Ca, Mg, K,P, N, dan mempunyai kejenuhan Al tinggi serta rentan erosi. </span><br /><span style="font-family: courier new;"> Salah satu usaha perbaikan tanah-tanah masam semacam ini adalah pengapuran. Pegapuran dapat meningkatkan basa kalsium dan pH tanah melalui hidrolisis asam lemah yang merupakan bagian dari senyawa tersebut. Kalsit dan Dolomit merupakan bahan yang banyak digunakan, karena relatif murah dan mudah didapat. Disamping itu bahan tersebut dapat meperbaiki sifat fisik tanah dan tidak meninggalkan residu yang merugikan dalam tanah (Buckman dan Brady, 1974). Apabila pH tanah telah meningkat maka kation aluminium akan mengendap sebagai gibsit, sehingga tidak lagi merugikan tanaman.</span><br /><span style="font-family: courier new;"> Pada tanah tropika basah, bahan organik merupakan pendukung yang penting untuk produksi tanaman pangan. Bahan organik akan membantu mengurangi besarnya erosi, mempertahankan kelembaban, mengendalikan pH, memperbaiki drainase, mengurangi pengerasan dan retakan serta meningkatkan kapasitas pertukaran ion dan aktivitas biologi tanah.</span><br /><span style="font-family: courier new;"> Rendahnya produktivitas lahan kering, selain disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah yang rendah, juga disebabkan oleh rendahnya intensitas indeks pertanaman karena kebutuhan air tidak tersedia sepanjang tahun. Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering masam, maka selain pengapuran dan pemupukan dapat dilakukan dengan optimalisasi pola tanam, yang selain dapat meningkatkan intensitas indeks pertanaman, juga dapat mengurangi aliran permukaan/erosi, dan evaporasi tanah oleh adanya penutupan tanaman dan sisa hasil panen yang dapat berfungsi sebagai mulsa dan menambah bahan organik tanah. </span><br /><span style="font-family: courier new;"> Untuk mengembangkan usahatani pada lahan kering masam di Indonesia, maka kita akan dihadapkan pada berbagai kendala. Adanya berbagai faktor pembatas pertumbuhan seperti rendahnya kesuburan tanah dan tidak tersedianya air sepanjang tahun merupakan kendala utama rendahnya produktivitas lahan. Selain itu suhu yang tinggi dan ketidak merataan curah hujan serta kerentanan tanah terhadap erosi telah menambah kompleksitas permasalahan.</span><br /><span style="font-family: courier new;"> Tanah merupakan faktor lingkungan penting yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh diatasnya. Tanah yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang baik seperti udara dan air bagi pertumbuhan akar tanaman, disamping harus mampu menyediakan unsur hara. Faktor lingkungan tersebut menyangkut berbagai sifat fisik tanah seperti ketersediaan air, temperatur ,aerasi, dan struktur tanah yang baik.</span><br /><span style="font-family: courier new;"> Pengolahan tanah diperlukan bila kepadatan, kekuatan dan aerasi tanah tidak mendukung penyediaan air dan perkembangan akar. Sebagian tanah Podsolik merah kuning mempunyai horizon B yang berat dan padat dimana lapisan di bawah 15 cm sering sudah terlalu padat sehingga mengganggu akar tanaman. Akibatnya sebagian besar akar tanaman hanya berada di lapisan atas yang tipis dan tanaman mudah mengalami kekeringan. Untuk memecahkan masalah ini perlu mencoba mengolah tanah lebih dalam (Suwardjo, Abdurachman dan Sutono, 1984). Tanah yang diolah dalam tanpa mulsa bila setiap musim tidak diolah lagi akan menjadi padat. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya pori aerasi, yaitu 11,8 persen. Sebaliknya dengan pengolahan tanah sekali saja dan diberi mulsa tanah tetap gembur. Pori aerasi tanah pada perlakuan tersebut setelah 8 bulan tidak diolah masih cukup tinggi yaitu 15 sampai 17 persen, hampir sama dengan yang diolah setiap akan tanam. Bila tanah tidak diolah dan tidak diberi mulsa aerasinya cepat memburuk karena terjadi penyumbatan pori makro oleh zarah tanah sebagai akibat pecahnya agregat tanah karena benturan air hujan. Sebaliknya tanah yang ditutupi mulsa pori aerasinya masih baik karena pecahnya agregat tanah jauh lebih sedikit. Adanya mulsa dapat melindungi tanah dari energi kinetik hujan,sehingga mencegah atau mengurangi pecahnya agregat tanah dan menghindari penyumbatan serta pemadatan. </span><br /><span style="font-family: courier new;"> Mulsa yang menutupi permukaan tanah menyebabkan cahaya matahari tidak dapat langsung mencapai tanah, sehingga temperaturnya lebih rendah dari tanah terbuka. Pada malam hari mulsa dapat mencegah pelepasan panas shingga temperatur minimum lebih tinggi. Kedua peristiwa ini menyebabkan menurunnya fluktuasi temperatur tanah harian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwardjo, Abdurachman dan Sutono, menunjukkan bahwa perbedaan temperatur tanah maksimum bulanan antara yang diberi dan tampa mulsa pada kedalam 10 cm berkisar 2 – 5 oC. Pada kedalam 5 cm penurunan temperatur tanah yang diberi mulsa mencapai 5 – 12 oC. Perbedaan temperatur harian antara tanah yang diberi mulsa dan tanpa mulsa mencapai 8 oC dan 10 oC berturut-turut pada kedalaman 10 dan 20 cm. </span><br /><span style="font-family: courier new;"> Hasil penelitian tersebut sama dengan hasil penelitian di India yang di laporkan oleh Prihar et al. bahwa pemberian jerami menurunkan temperatur tanah sebesar 11,0; 7,01; dan 5,4 oC masing-masing pada kedalaman 5, 10 dan 20 cm. Menurut bahwa pengolahan tanah maupun pemberian mulsa sangat berpengaruh terhadap temperatur tanah. Temperatur tanah di Nigeria yang mencapai 42 oC, bila dengan mulsa jerami 4 ton/ha turun menjadi 34 oC. Penurunan temperatur tanah di daerah tropika merupakan salah satu factor penyebab peningkatan hasil pertanian. Selanjutnya Barus, Suwardjo dan Haryadi menjelaskan bahwa dengan mulsa 4 ton jerami per hektar produksi jagung dilpatkan 2 kali di Bogor. Demikian pula Syarifuddin menunjukkan secara tegas manfaat mulsa, dimana perlakuan 6 ton per hektar menghasilkan produksi jagung dan kedelai yang tinggi.</span><br /><span style="font-family: courier new;"> Kenaikan pH tanah disebabkan oleh meningkatnya kadar ion Ca, akibat penambahan kapur dan adanya pengaruh tidak langsung dari hasil dekomposisi bahan organik. Penambahan kapur meningkatkan kadar Ca2+ dan menimbulkan efek netralisasi sebagai akibat reaksi subtitusi ion H+ dengan ion Ca2+. Dekomposisi bahan organik akan menghasilkan antaralain asam karbonat hasil reaksi CO2 dengan H2O yang akan mempercepat aktivitas CaCO2 atau kapur pertanian..</span><br /><span style="font-family: courier new;"> Kadar bahan organik pada tanah yang ditanami terus menerus akan menurun sebesar 35 persen dibandingkan dengan tanah pada kondisi awal sebelum ditanami, sehingga bahan organik harus diberikan secara teratur. Pemberian mulsa secara teratur dapat mempertahankan kadar bahan oganik tanah. Beberapa hasil penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa bahan organik tanah berasal dari penimbunan sisa tumbuhan dan binatang yang telah mengalami pelapukan lanjut maupun sebagian, sehingga bahan organik tanah berada dalam bentuk yang tidak mantap dan selalu berubah. Akibatnya, harus selalu diperbaharui melalui pengembalian sisa-sisa panen.</span><br /><span style="font-family: courier new;"> Sukristriyonubowo melaporkan bahwa, pemberian bahan organik dan kapur dapat meningkatkan kandungan P tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh langsung dari penambahan bahan organik dan kapur serta pengaruh tiak langsung dari penambahan bahan organik. Pengaruh tidak langsung terjadi karena proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik mampu menonaktifkan anion-anion pengikat fosfat, yaitu Al dan Fe, dan membentuk senyawa logam organik. Sedangkan pengarunya secara langsung karena bahan organik merupakan sumber P dan S tersedia dalam tanah .</span>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-88254010204439816552010-04-24T19:15:00.000-07:002010-04-24T19:25:44.355-07:00DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAGI PETANI INDONESIA<span style="font-weight: bold; font-family: trebuchet ms; font-style: italic;"></span><span style="font-family: georgia;">Untuk tahun 2003, para petani di Indramayu, Jawa Barat, punya catatan kelam. Ribuan hektar lahan terserang puso, gagal panen. Kala itu mereka menanam padi jenis talimas, salah satu varietas padi yang butuh waktu panjang dan perlu banyak air.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Waryono, Didi Casmadi dan petani lain Kecamatan Kadang Haur, Indramayu, waktu itu salah meramalkan iklim. Musim hujan yang mereka duga panjang, justru malah berlangsung pendek. Akibatnya, sawah hanya menghasilkan bulir-bulir gabah kosong, karena kurang air. Para petani pun rugi rata-rata Rp. 1,5 juta dari 700 meter persegi sawah mereka. Sedangkan gabah Wahyono jadi gabuk karena angin bugang.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Menanam varietas Talimas itu gagal panen di sini karena gabuk selap. Kena angin bugang. Kalau dihitung rata-rata kerugian petani untuk satu hektar mencapai satu juta lebih.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Bencana yang dialami petani Indramayu, oleh pemerintah daerah dianggap dampak meningkatnya suhu bumi, alias pemanasan global. Meningkatnya suhu bumi membuat iklim terus berubah, jadi sulit diraba. Asap Fahmi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu Jawa Barat.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Kalau pasang air laut ke atas. Hujan tinggi banjir. Kalau kekeringan jelas kita daerah hulu sehingga tidak punya sumber air sendiri. Sehingga air dari Garut dan Sumedang. Tentunya kalau dilihat secara global ada kaitannya dengan perubahan iklim. Sering terjadi keterlambatan tanam. Ini pertanda telah terasa dampak pemanasan global.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Dampak perubahan iklim pada sektor pertanian juga dibenarkan pakar iklim pertanian Institut Pertanian Bogor IPB Rizaldo Boer. Perubahan iklim, kata dia, merupakan stabilisasi pemanasan global yang memicu anomali iklim. Sederhananya, iklim menyimpang dari biasanya. Penyimpangan iklim ini terus meningkat, baik seringnya, gawatnya, mau pun lamanya.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Menurut Gatot Irianto, Direktur Pengelolaan Air pada Departemen Pertanian, dampak perubahan iklim terhadap pertanian sebenarnya tidak langsung. Biasanya diawali dengan musim yang kacau serta munculnya bencana banjir dan kekeringan.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Hasil studi kita dalam intensitas anomali kuat. Maka kehilangan masa tanam bisa mencapai lima dasarian. Itu terjadi musim kemarau maju lebih cepat tiga puluh hari dan musim hujan mundur 20 hari. Ini di Subang yang merupakan sentra produksi pangan. Tapi kalau anomalinya sedang ini mundurnya cuma 20 hari. Bandingkan kalau tidak mengalami anomali, masa tanamnya ada tambahan 50 hari atau setengah siklus dari tanaman padi.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Iklim yang sulit diperhitungkan menyebabkan petani sulit menyusun kalender tanam. Jadi kalau musim kemarau, lahan pertanian kekeringan. Sedang kalau musim hujan, kata Asap, yang dialami cuma banjir. Petani jelas rugi.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Pakar Iklim Pertanian IPB, Rizaldi Boer mengatakan, kerugian sulit diperkirakan lantaran petani dan pemerintah daerah tidak paham pentingnya informasi iklim. Selain sulit dimengerti, informasi iklim masih bersifat umum dan tidak cepat tersedia, sehingga petani sulit memperhitungkan berbagai persoalan iklim.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Bahkan di sejumlah daerah, kata Rizaldi, masyarakat bergantung pada perhitungan iklim para orang tua yang dianggap mumpuni dalam urusan ilmu kebatinan.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Masalah lain, bahasa iklim Badan Meteorologi dan Geofisika BMG sulit dipahami, baik pemerintah, apalagi petani. Mestinya, lembaga informasi seperti BMG, LAPAN dan pemda bisa menyederhanakan berita iklim untuk petani.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Untuk mengatasinya, di Indramayu digelar sekolah lapangan iklim. Tujuannya agar petani paham informasi iklim, sehingga bisa memanfaatkannya untuk kelangsungan hidup mereka. Di sekolah itu mereka membahas jenis padi yang akan mereka tanam pada musim tanam kali ini. Varietas mesti disesuaikan dengan kondisi lahan yang kini kering dan tampak retak-retak. Selama November, hujan baru turun tiga kali.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Dua petani menganjurkan menanam gogo rancak, salah satu jenis padi tahan kering. Sedang petani lain bersikeras menanam jenis padi cigeulis dan ciherang. Alasannya sederhana, ciherang dan cigeulis adalah padi usia pendek, jadi cepat panen. Selain itu, mereka sangat yakin menanam padi jenis itu akan berhasil karena diperhitungkan curah hujan akan melimpah menjelang Desember.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Sebelumnya mereka jarang membahas pemilihan jenis padi dan informasi iklim. Dulu sekali, pada 2003, mereka masih mengandalkan bercocok tanam tradisional. Bergantung pada musim, dan memilih jenis padi tanpa peduli informasi iklim. Tapi sekarang, sejak kerugian panen 2003, mereka ikut sekolah lapangan iklim yang diselenggarakan Dinas Pertanian dan IPB. Di sini mereka belajar bagaimana memanfaatkan informasi iklim. </span><br /><span style="font-family: georgia;">Sekolah Lapangan Iklim berawal dari program mengurangi resiko panen gagal. Dinas Pertanian membuka sekolah ini di beberapa kecamatan, seperti Losarang dan Kandang Haur. Biasanya, sekolah ini digelar 10 hari sekali, dikenal dengan istilah dasarian (10 data harian). Sekolah ini digagas bersama dengan Institut Pertanian Bogor serta Badan Meteorologi dan Geofisika. </span><br /><span style="font-family: georgia;">Bahan iklim yang diajarkan sederhana saja. Para petani diajari cara mengenal curah hujan, kecepatan dan arah angin, kelembaban, juga suhu udara. Itu semua tak hanya dipelajari, tapi juga dipraktekkan dengan sederhana. Di tempat berkumpulnya petani Karang Mulya pun disediakan alat pengukur curah hujan, juga termometer basah dan kering untuk mengukur kelembaban udara.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Katanya, kalau rata-rata kelembaban di atas 80 persen, bisa dipastikan Desa Karang Mulya akan terguyur hujan dalam tiga hari. Hujan juga bisa diperkirakan dengan membaca arah angin. Biasanya, kalau angin datang dari utara, peluang hujan tidak akan jauh.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Hasil pengukuran itu lalu dicocokan dengan data BMG yang sudah disederhanakan. Sesudah itu para petani bisa cepat menetapkan kalender tanam. Dari kalender tanam, kata Didi, para petani menetapkan jenis tanaman.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Kepada kelompok tani Karang Mulya, Sri Mulya dari Dinas Pertanian Indramayu juga mengajarkan pengaruh iklim terhadap hama perusak tanaman. Misalnya hama ganjur menyerang jika curah hujan tinggi. Kalau wereng, kata Sri Mulya, cepat berkembang biak ketika kelembaban udara di atas 80 persen. Sedang hama kresek hampir sama dengan wereng batang coklat. Tapi biasanya kresek cepat berkembang biak jika kecepatan angin mencapai lima kilometer per jam.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Prakiraan iklim para petani memang belum tentu benar. Tapi setelah belajar iklim, Didi dan kawan kawan tidak pernah memaksakan diri menanam padi kedua jika curah hujan diramalkan kecil. Paling banter mereka menanam sayur-sayuran atau buah-buahan, seperti pare, semangka, melon dan ketimun. Dengan begitu, mereka bisa berjaga-jaga menghadapi kerugian kalau panen sampai gagal.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Luasan yang terkena bencana alam ada tiga faktor. Banjir kiriman, curah hujan lokal dan air pasang. Sebenarnya fisik semua, sedang untuk pembelajaran klimatologi sifatnya perubahan perilaku untuk mengantisipasi. Kita butuh waktu panjang. Walau pun baru 23 kelompok tani dari ratusan kelompok tani di Indramayu.</span><br /><span style="font-family: georgia;">Dengan keberhasilan tadi, metode Sekolah Lapangan Iklim mulai dikembangkan pada 13 kecamatan lain yang juga rawan banjir dan kekeringan di Kabupaten Indramayu. Bukan itu saja. Sekolah Lapangan Iklim juga menjadi contoh bagi daerah lain, seperti Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Mereka berbondong-bodong mengadakan studi banding ke Indramayu. Pinjam istilah Didi, petani tak lagi harus pasrah pada perubahan iklim.</span>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-89261182530202464762010-04-05T23:10:00.000-07:002010-04-05T23:59:14.728-07:00Teknik Okulasi Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp.)<div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold; font-family: arial;">KATA PENGANTAR</span><br /><br /><br /> Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan baik. <br /> Adapun judul dari paper ini adalah “Teknik Okulasi Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp.)”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti pra praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Buah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Buah yaitu, Ir. Asil Barus,MS;Ir. Jasmani Ginting, MP; Ir. Rosita Sipayung, MP; Ferry Ezra Sitepu, SP. MSi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten yang telah membimbing dan membantu selama pengerjaan paper ini.<br /> Penulis menyadari bahwa dalam penulisan papaer ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.<br />Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga papaer ini dapat bermanfaat bagi kita semua.<br /><br /> Medan, Maret 2010<br /><br /><br /> Penulis<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">DAFTAR ISI</span><br /><br /><br />KATA PENGANTAR ............................................................................... i<br /><br />DAFTAR ISI .............................................................................. ii<br /><br />PENDAHULUAN<br /> Latar Belakang ............................................................... 1<br />Tujuan Penulisan .............................................................. 3<br />Kegunaan Penulisan ............................................................ 3<br /><br />TINJAUAN PUSTAKA<br /> Botani Tanaman .............................................................. 4<br /> Syarat Tumbuh ............................................................... 6<br /> Iklim ...................................................................... 6<br /> Tanah ...................................................................... 7<br /><br /> Teknik Okulasi Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp )<br /> Pengertian Okulasi ......................................................... 9<br /> Batang Bawah untuk Okulasi ................................................. 11<br /> Batang Atas untuk Okulasi .................................................. 12<br /> Tahap Okulasi ............................................................... 13<br /> Persiapan Batang Bawah .................................................... 13<br /> Pengambilan Mata Tunas .................................................... 13<br /> Penyisipan Mata Tunas ...................................................... 14<br /> Pengikatan Tempelan ....................................................... 15<br /> Pembukaan Sayatan ........................................................... 15<br /> Pemotongan Batang Pokok ................................................... 16<br /> Kelebihan dan Kekurangan Okulasi ........................................... 17<br /> Kelebihan Okulasi ......................................................... 17<br /> Kelemahan Okulasi ......................................................... 18<br /><br />KESIMPULAN<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">PENDAHULUAN</span><br /><br />Latar Belakang<br /><br />Tanaman jeruk berasal dari Asia Tenggara, India, Cina, Australia dan Kaledonia Baru, tetapi perkebunan jeruk terluas berada di daerah subtropis yaitu: USA, Italia, Spanyol, Israel, Mesir. Di Asia terdapat di Jepang, Cina, Taiwan, Korea,India, dan Irak, sedangkan negara-negara tropis tercatat antara lain Venezuela, Ekuator, dan Peru (Barus dan Syukri, 2008).<br /><br />Pada mulanya, jeruk manis dimakan sebagai buah segar atau sebagai pencuci mulut setelah makan. Akan tetapi karena kulitnya tebal dan susah dikupas,seringkali orang memerasnya untuk mengambil airnya. Air buah jeruk ini dapat dikonsumsi dalam bentuk air buah segar, didinginkan terlebih dahulu, atau dipasteurisasi agar lebih tahan lama. Adapula yang dipekatkan dan dijadikan tepung (Pracaya, 2009).<br /><br />Jeruk adalah buah-buahan yang nilai gizinya cukup tinggi dan memberi penghasilan yang tidak sedikit artinya bila diusahakan secara sungguh-sungguh. Di samping itu buah jeruk merupakan salah satu bahan makanan tambahan yang mengandung zat-zat pengatur proses dalam tubuh manusia yang setiap hari mutlak dibutuhkan dan makin digemari masyarakat (Joesoef, 1993).<br /><br />Pertanaman jeruk di Indonesia selain jumlah dan luas pertanaman masih perlu ditingkatkan, penerapan teknologi budidaya pun harus ditingkatkan, khususnya di tingkat petani. Rendahnya produksi dan pendeknya umur jeruk di Indonesia yang disebabkan oleh serangan penyakit membuktikan bahwa teknik budidayanya belum sepenuhnya diterapkan. Dengan teknik budidaya yang benar, pada umur diatas 25 tahun tanaman jeruk masih sangat produktif (Soelarso, 1996).<br /><br />Berkenaan dengan usaha pengembangan dan pembudidayaan tanaman jeruk, terasa sangat penting memperkenalkan jeruk dan kerabatnya kepada petani. Hal ini agar petani dapat lebih mengerti dan mencintai serta mengetahui manfaatnya dalam menunjang kehidupan dan ekonomi petani. Wilayah Sumatera Utara yang telah lama dikenal sebagai salah satu sentra agribisnis buah-buahan seperti jeruk, ternyata dalam eraglobalisasi tidak mampu bersaing dengan buah jeruk daerah lain (Barus dan Syukri, 2008).<br /><br />Walaupun populasi tanaman mengalami peningkatan yang tajam, namun sampai saat ini produksi jeruk belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para petani dalam hal bercocok tanam jeruk yang benar. Kendala lain yang menyebabkan produk buah jeruk di Indonesia belum memenuhi harapan adalah adanya serangan penyakit CVPD sehingga banyak tanaman jeruk menjadi musnah (AAK, 2004).<br /><br />Pembiakan aseksual atau pembiakan secara tak kawin adalah dasar dari pembiakan vegetatif, memungkinkan tanaman-tanaman memulikan dirinya dengan regenerasi dari jaringan-jaringan dan bagian-bagian yang hilang. Pembiakan ini terjadi dengan menggunakan bagian tumbuh induknya. Pada banyak tanaman, pembiakan vegetatif merupakan prose salami, sedangkan pada tanaman lain sedikit banyak secara buatan. Cara-cara pembiakan vegetatif sangatlah banyak dan pemilihan cara tergantung pada tanahnya dan tujuan pembiakan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah perkembangan terjadi melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome dan geragih sedangkan pembiakan vegetatif buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan menyambung (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).<br /><br />Pengadaan bibit secara okulasi ini sudah banyak dikembangkan, terutama dalam usaha menciptakan bibit-bibit jeruk unggul yang cepat menghasilkan dan tahan terhadap kemungkinan serangan hama serta penyakit (AAK, 2004).<br /><br />Secara umum, bibit okulasi dapat dikatakan paling diminati karena merupakan perpaduan dua sifat unggul tetuanya. Batang bawah bibit okulasi tidak berasal dari sembarang jenis jeruk. Jeruk yang biasa dibuat sebagai batang bawah adalah rough lemon, japanese citroen, keprok kleopatra mandarin, keprok ragi, keprok uwik, jeruk nipis, dan jeruk poncirus (Tim Penulis PS, 2003).<br /><br />Tujuan Penulisan<br /><br /> Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik yang dilakukan pada okulasi tanaman jeruk (Citrus sp.)<br /><br />Kegunaan Penulisan<br /><br /> Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti pra praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Buah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br /> Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">TINJAUAN PUSTAKA</span><br /><br />Botani Tanaman<br /><br /> Menurut Soelarso (1996), tanaman jeruk (Citrus sp.) mempunyai sistematika sebagai berikut:<br />Divisio : Spermatophyta<br />Sub Divisio : Angiospermae<br />Class : Dicotyledoneae<br />Ordo : Rutales<br />Famili : Rutaceae<br />Genus : Citrus<br />Spesies : Citrus sp.<br /><br /> Ujung akar selalu terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Keadaan sel akar ini sangat lembut, sehingga mudah sekali rusak kalau menembus tanah yang keras dan padat. Ujung akar terlindungi oleh tudung akar (calyptra), yang bagian luarnya berlendir, sehingga ujung akar mudah menembus tanah. Bagian luar tudung akar ini cepat rusak (aus), tetapi di dalamnya selalu ditumbuhi oleh sel-sel baru lagi. Di belakang titik tumbuh, sel-sel terbagi-bagi di bagian luarnya yang akan menjadi kulit luar. Tepat dibawah kulit luar ada kulit pertama dan ditengah-tengahnya merupakan pusat yang disebut empulur. Epidermis (kulit luar) terdiri dari susunan sel-sel dan di antara sel-sel itu tidak terdapat celah-celah, sebab sel-sel ini saling berhimpit (AAK, 2004).<br /><br /> Pohon jeruk yang sekarang ditanam di Indonesia berbentuk bulat dan tingginya dapat mencapai 5-15 meter. Jeruk keprok berbatang rendah tingginya 2-8 meter, tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil, cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan berpencar. Lingkar batang 12-36 cm (Soelarso, 1996).<br /><br /> Bentuk daun bulat telur (elips), panjangnya lebih kurang 5-15 cm dan lebar 2-8 cm. Ujungnya runcing sedikit tumpul dan biasanya sedikit berlekuk. Bagian tepi daun kadang-kadang bergerigi halus, tidak berbulu pada kedua permukaannya. Permukaan atas berwarna hijau tua mengilat dengan titik-titik kuning muda, permukaan bawah berwarna hijau muda sampai hijau kekuningan kusam dengan titik-titik hijau tua. Bila daun dimemarkan akan timbul bau harum khas jeruk. Tulang daun bagian bawah bila dilihat dari permukaan bawah berwarna hijau muda, mempunyai cabang berjumlah 7-15 pasang. Setelah sampai di tepi, melengkung dan bertemu menjadi satu dengan tulang daun tepi. Tangkai daun pendek, setengah bulat, bagian bawah berwarna hijau muda (hijau kekuningan), bagian atas datar dengan alur, berwarna hijau tua, mempunyai sayap daun yang bentuknya bulat telur terbalik memanjang (obovate-oblong), panjang 0,5-3,5 cm dan lebar 0,2-1,5 cm (Pracaya, 2009).<br /><br /> Tamanan jeruk berbunga majemuk yang keluar dari ketiak daun di ujung cabang. Bunga kecil dan bertangkai pendek dengan daun pelindung kecil serta berbau harum. Kelopak bunga bentuknya cawan bulat telur, dan tajuk bunga ada lima lembar dengan bentuk bulat telur panjang kearah pangkal disertai ujung menyempit. Putik berwarna putih bintik-bintik dan berkelenjar serta umumnya berbunga diakhir musim kering. Bakal buah bentuknya seperti bola dengan garis tengahnya 0,15-0,20 cm. Buah yang sudah jadi bentuknya agak besar, beruang antara 9-19 ruangan dengan pangkal buah adalah pendek. Buah yang sudah tua warna kulitnya ada hijau tua, hijau muda, kuning, orange dengan kulit mengkilap, licin dan penuh pori-pori (Barus dan Syukri, 2008).<br /><br /> Buah jeruk ada yang berbentuk bulat, oval (hampir bulat), atau lonjong sedikit memanjang. Tangkai buah rata-rata besar dan pendek. Kulit buah ada yang tebal dan ulet, tetapi ada juga yang tipis tidak ulet, sehingga kulit mudah dilepas. Dinding kulit buah jeruk berpori-pori. Terdapat kelenjar-kelenjar yang berisi pectin. Kadar pectin yang paling tinggi terdapat pada jeruk garut, yakni 3-3,5%, lebih tinggi jika dibandingkan engan jeruk siam dan jeruk bali. Kandungan pectin terbanyak ada di lapisan dalam kulit jeruk yang sering disebut albedo (AAK, 2004).<br /><br /> Biji jeruk harus segera disemaikan dalam keadaan masih segar. Biji jeruk tidak mengalami masa dormansi, bila kekeringanakan rusak. Temperatur optimal lebih kurang 32oC. Dalam beberapa hari setelah disemai, biji jeruk kelihatan menggembung karena mengabsorpsi air (Pracaya, 2009).<br /><br />Syarat Tumbuh<br /><br />Iklim<br /><br /> Jeruk manis banyak ditanam di daerah 20-40oLU dan 20-40oLS. Di daerah subtropis, ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 m dpl, sedangkan disekitar katulistiwa dapat ditanam sampai ketinggian 2.000 m dpl (Pracaya, 2009).<br /><br /> Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman jeruk antara 25-30oC. Aktivitas pertumbuhan jeruk sangat terganggu bila suhu kurang dari 13oC, tetapi masih dapat bertahan pada suhu 38oC. Untuk jeruk keprok temperatur rata-rata yang diperlukan adalah 20oC (Soelarso, 1996).<br /><br /> Tanaman jeruk membutuhkan banyak penyinaran matahari, yaitu sekitar 50-70%. Keadaan udara yang lembab akan menimbulkan lebih banyak penyakit cendawan, sebaliknya keadaan udara yang kering akan menimbulkan lebih banyak serangan hama terutama scale insect (kutu perisai) dan kutu penghisap lainnya. Di daerah-daerah jeruk di Indonesia rata kelembabannya berkisar 50-85% dan 70-80% (Joesoef, 1993).<br /><br /> Kebun jeruk yang sering dilanda angin cukup besar, perlu ditanami tanaman penahan angin. Angin dengan kecepatan 24-32 km per jam menyebabkan buah jeruk seperti tergores, kecepatan 40-48 km per jam buah akan terguncang-guncang., mungkin juga ada yang rontok, kecepatan 48-64 km per jam buah yang masak akan rontok semua, terutama pada kebun jeruk yang tak mempunyai tanaman penahan angin. Apabila kelembaban rendah dan temperatur tinggi, maka angin akan menyebabkan kekeringan daun dan ranting-ranting yang kecil mati (Pracaya, 2009).<br /><br />Tanah<br /><br /> Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk (http://www.pusri.co.id, 2010).<br /><br /> Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman jeruk adalah sandy loam dan clay. Yang penting keadaan tanah tersebut harus selalu gembur dan tidak menyimpan air terlalu banyak (poreous). Kandungan air yang baik adalah pada kedalaman 50-150 cm di bawah permukaan tanah, dan apda kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah masih dapat juga ditanami jeruk (AAK, 2004). <br /><br /> Jeruk siam membutuhkan pH tanah antara 5-7,5. Hasil maksimum diperoleh pada pH 6. Pada tanah yang ber-pH dibawah kisaran tersebut, tanaman jeruk memperlihatkan gejala yang sama dengan defisiensi unsur hara: daun menguning dan buahnya tidak dapat berkembang dengan baik. Sedangkan pada tanah yang mempunyai pH diatas kisaran tersebut, tanaman jeruk memperlihatkan gejala seperti kekurangan unsur borium pada pucuk-pucuk daun. Jika terpaksa menanam pada tanah di luar kisaran pH tersebut, maka perlu dilakukan netralisasi tanah (Tim Penulis PS, 2003).<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Teknik Okulasi Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp. )</span><br /><br />Pengertian Okulasi<br /><br /> Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakartan yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah. Sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).<br /><br /> Untuk membuat bibit jeruk berupa okulasi atau sambungan (grafting) perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.<br />1. Mempunyai sendiri pohon induk untuk batang bawah dan atas, sehingga tidak dari orang lain.<br />2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang cara meng-okulasi dan menyambung.<br />3. Mempunyai pengetahuan tentang berbagai macam hama dan penyakit serta tentang cara penanggulangannya.<br />4. Cukup mempunyai alat-alat yang diperlukan, yaitu pisau tempel/pangkas, gunting pangkas, gunting pangkas, dan alat-alat pertanian lainnya.<br />5. Cukup tersedianya pupuk kandang dan pupuk buatan.<br />6. Mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda dan menyeleksi semai (seedling) yang baik (vegetatif) untuk batang bawah<br />(Joesoef, 1993).<br /><br /> Tanaman jeruk merupakan tanaman tahunan (perennial), sehingga dlam perbanyakannya dilakukan secara vegetatif, yaitu penyambungan tanaman. Pedoman pemilihan bibit berkualitas antara lain:<br />a. Bibit harus bebas dari penyakit sistemik seperti CVPD.<br />b. Bibit harus bersertifikat atau berlebel oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.<br />c. Bi bit harus dari perbanyakan vegetatif dengan penyambungan tanaman (enten dan okulasi), dengan batang bawah pilihan.<br />d. Tinggi bibit sebaiknya sudah mencapai tinggi 60-80 cm dan mempunyai sistem percabangan yang menyebar.<br />e. Bibit sehat, pertumbuhan vigor, batang kokoh, daun lebat, berwarna hijau tua, permukaan kulit mulus halus sarta berwarna kecoklatan<br />(Barus dan Syukri, 2008).<br /><br /> Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara aktif (Wudianto, 2001).<br /><br />Batang Bawah untuk Okulasi<br /><br /> Umur batang bawah untuk dapat diokulasi sangat beragam tergantung kepada jenis tanamannnya. Ada yang masih berumur 9 bulan sudah bisa diokulasi, tetapi ada juga lebih dari 4 tahun baru bisa diokulasi. Tetapi yang umum tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabangnya sudah mencapai sebesar ibu jari (Wudianto, 2001).<br /><br /> Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:<br />1) Sistem perakaran harus cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada keadaan tanah yang kurang mendukung<br />2) Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan, sehingga dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu.<br />3) Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.<br />4) Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang berbentuk sebagai hasil sambungan.<br />(Barus dan Syukri, 2008).<br /><br /> Menurut Joesoef (1993), batang bawah mempunyai ciri:<br />a. Perakaran yang kuat dan dalam serta tahan terhadap penyakit akar dan batang.<br />b. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang ats (compatible).<br />c. Toleran terhadap penyakit virus Tristeza.<br />d. Buah dan biji banyak.<br />Batang Atas untuk Okulasi<br /><br /> Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari tanaman yang kita kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja mata ini harus diambil dari pohon induk yang subur dan dari cabang yang tidak terserang hama-penyakit. Sebab penyakit dapat ditularkan oleh mata yang ditempelkan. Bentuk mata yang baik adalah bulat dan besar-besar. Mata demikian dapat diperoleh dari cabang yang telah berumur lebih-kurang 1 tahun. Jika cabang yang diambil matanya masih terlalu muda biasanya mata sulit untuk dilepas. Tanda cabang yang memenuhi syarat adalah berwarna hijau kelabu atau kecoklatan (Wudianto, 2001).<br /><br /> Tanaman yang dijadikan batang ats haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:<br />1) Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.<br />2) Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan.<br />3) Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.<br />(Barus dan Syukri, 2008).<br /><br /> Menurut Joesoef (1993), syarat batang atas adalah:<br />1. Produksi tinggi dan kualitas buah baik.<br />2. Pohon sehat, terutama bebas dari penyakit virus Tristeza dan CVPD.<br />3. Umur tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.<br />4. Ranting untuk mata tempel dan sambungan tidak berduri dan tidak ada menunjukkan gejala-gejala kuning atau mutasi.<br />5. Pohon induk berada ditempat yang sekitarnya (radius 5 km) tidak ada tanaman yang sakit, terutama CVPD.<br /><br />Tahap Okulasi<br /><br />Persiapan Batang Bawah<br /><br /> Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan baru bila kulit diambil dari kayunya (Pracaya, 2009).<br /><br /> Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita pilih. Misalnya kita melakukan irisan dengan benntuk huruf T. Irisan ini kita buat pada bagian kulit yang halus. Kurang lebih pada batang 20 cm di ats permukaan tanah. Dalam membuat irisan ini kita harus hati-hati, irisan tidak boleh terlalu dalam. Kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi (Wudianto, 2001).<br /><br />Pengambilan Mata Tunas<br /><br /> Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan gejala-gejala menguning dan mutasi. Mengambil ranting itu jangan diwaktu siang hari, sebab keadaan ranting waktu itu kurang baik (Joesoef, 1993).<br /><br /> Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan 3 cara, dengan demikian dapat diperoleh mata tempel yang sesuai dengan cara yang digunakan. Etiga macam bentuk pengambilan mata tunas yaitu segi empat, sayatan, dan bulat. Bentuk segi empat diperoleh dengan mengiris secara horizontal 1,5 cm di atas dan di bawah mata, kemudian unung-ujung irisan kita hubungkan sehingga membentuk segi empat (Wudianto, 2001).<br /><br />Penyisipan Mata Tunas<br /><br /> Langkah ini harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh kita sisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris. Atau bila menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini kita tempelkan tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam penyisipan atau penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel pada kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan (Wudianto, 2001).<br /><br /> Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih baik yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih. Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan, yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya ranting mata tempel dicuci dengan air, kemudian direndam dengan klorox 10% selama 1 menit. Selanjutnya dikeringanginkan dan direndam dalam benomil 1% atau benlate selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan lagi (jangan lebih 15 menit) (Soelarso, 1996).<br /><br /><br />Pengikatan Tempelan<br /><br /> Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan batang hasil persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari ’mata tempel’ pohon induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat ’mata tempel’, kulitnya masih menampakkan bekas tempelan yang nyata (Setiadi dan Parimin, 2003).<br /> <br /> Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting mata tempel yang pangkalnya berbentuk bulat tetapi bagian atas/pucuk masih berbentuk segi tiga, maka mate tempel yang terletak pada bagian bawah dapat ditempel dengan okulasi biasa. Sedangkan untuk bagian tengah dan ujungnya dapat digunakan okulasi irisan dan okulasi T (Soelarso, 1996).<br /><br /> Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan pita plastik polivinil klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar 1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau sering disebut dengan sistem genting. Yang perlu diperhatikan dalam pengikatan ini adalah bagian mata tempel jangan diikat terlalu keras sehingga dpat mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini bisa saja tidak diikat, tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk (Wudianto, 2001).<br /><br />Pembukaan Sayatan<br /><br /> Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lau mata tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian kita tidak berhasil atau mata tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata tempelan masih kelihatan hijau segar dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil (Wudianto, 2001).<br /><br /> Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan gagal pula/tidak jadi (Joesoef, 1993).<br /><br />Pemotongan Batang Pokok<br /><br /> Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, selanjutnya adalah memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok ada tiga cara, kita tinggal memilih dari ketiga cara tersebut.<br />1. Batang pokok langsung dipotong 1 cm diats mata tempelan, dengan bentuk potongan miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman dapat jatuh ke bawah dan tidak akan ”mangkal” pada tempelan mata.<br />2. Batang pokok dipotong 10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat batang agar dapat tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai 30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong dangan ketinggian 1 cm diats mata tempelan.<br />3. Pada pemotongan ketiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongn cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian batang pokok direbahkan.<br />(Wudianto, 2001).<br /><br /> Menurut Joesoef (1993). Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah sebagai berikut<br />a) Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempat penempelan disayat ± 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga terkulai (menggantung).<br />b) Dengan cara demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan enam bulan setelah ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang atau 9 bulan sesudah ditempel sudah dapat menjadi bibit berupa stump.<br />c) Tunas-tunas yang tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang, sehingga tunas dari mata tempel dapat dengan leluasa tumbuh.<br />d) Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sampai setinggi ± 60 cm.<br /><br />Kelebihan dan Kekurangan Okulasi<br /><br />Kelebihan Okulasi<br /><br /> Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Karena pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan secara vegetatif dapat melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).<br /><br /> Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan ialah, bahwa kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat (Joesoef, 1993).<br /><br />Kelemahan Okulasi<br /><br /> Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek (http://www.mlusmays.multiply.com, 2010).<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">KESIMPULAN</span><br /><br />1. Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah dikupas dari kayunya.<br />2. Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya.<br />3. Tanaman dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabangnya sudah mencapai sebesar ibu jari.<br />4. Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari tanaman yang kita kehendaki.<br />5. Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan ialah, bahwa kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat.<br />6. Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. <br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">DAFTAR PUSTAKA</span><br /><br />AKK, 2004. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta.<br /><br />Barus, A. dan Syukri, 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-Buahan. USU-Press, Medan.<br /><br />http://www.mlusmays.multiply.com, 2010. Perbanyakan Vegetative. Diakses tanggal 7 Maret 2010.<br /><br />http://www.pusri.co.id, 2010. Jeruk (Citrus sp.). Diakses tanggal 7 Maret 2010.<br /><br />Joesoef, M., 1993. Penuntun Berkebun Jeruk. Penerbit Bhratara, Jakarta.<br /><br />Pracaya, 2009. Cet. XV. Jeruk Manis Varietas, Budidaya, dan Pascapanen. Penebar Swadaya, Jakarta.<br /><br />Redaksi Agromedia, 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Cet. I. Agromedia Pustaka, Jakarta.<br /><br />Setiadi dan Parimin, 2003. Budidaya Jeruk Asam di Kebun dan di Pot. Penebar Swadaya, Jakarta.<br /><br />Soelarso, R. B., 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius, Yogyakarta.<br /><br />Tim Penulis PS, 2003. Peluang Usaha dan Pembudidayaan JERUK Siam. Penebar Swadaya, Jakarta.<br /><br />Wudianto, R., 2001. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Cet. XV. Penebar Swadaya, Jakarta.<br /></div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-84127645294480040092010-03-11T09:44:00.000-08:002010-03-11T09:47:17.440-08:00Jenis-Jenis Pupuk<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; color:black;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:709038765; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:909283302 -691603720 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l1 {mso-list-id:1287279149; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1058922912 -691603720 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l2 {mso-list-id:1780948202; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-296296992 -691603720 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l3 {mso-list-id:1968468581; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1203074788 67698703 -691603720 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l3:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CNVIDIA%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; color:black;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:709038765; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:909283302 -691603720 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l1 {mso-list-id:1287279149; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1058922912 -691603720 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l2 {mso-list-id:1780948202; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-296296992 -691603720 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l3 {mso-list-id:1968468581; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1203074788 67698703 -691603720 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l3:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style="" lang="SV">Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pemupukan dapat diartikan sebagai cara-cara atau metode serta usaha-usaha yang dilakukan dlam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Klasifikasi Pupuk<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV">Pupuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan sumber<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk alam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk buatan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan senyawa kimia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk organik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk anorganik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan kandungan hara<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk tunggal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk majemuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">4.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan reaksi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk masam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk basa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">c.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk netral<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">5.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan bentuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk padat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk cair<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Sumbernya<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk alam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk alam ialah pupuk yang terjadi secara alami di alam tanpa bantuan manusia atau melalui proses industri atau pabrik pupuk. Pupuk alam sering disamakan dengan pupuk organik karena kebanyakan pupuk alam itu terdiri dari senyawa organik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Contoh pupuk alam adalah: pupuk kandang, pupuk hijau, guano, night soil, kompos, tepung tulang, tepung ikan, tepung darah, fosfat alam, dan garam selfeter.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk<span style=""> </span>kandang ialah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternakyang dikandangkan, yaitu kotoran padat, cair (urine) yang tercampur dengan alas kandang (jerami) dan sisa-sisa makanan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk hijau adalah bahan tanaman hijauan yang masih segar yang dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah kandungan bahan organik dan unsur hara, terutama N.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Guano adalah pupuk alam yang berasal dari deposit kotoran burung-burung, kelelaar atau kalong yang banyak terdapat di gua-gua dan di hutan. Kotoran-kotoran ini berbentuk endapan yang karena pengaruh alam mengalami perubahan dan merupakan suatu pupuk fosfat alam organik. Kandungan haranya terutama N dan P, dan ada beberapa guano yang mengandung K. Kandungan hara yang paling tinggi biasanya P yang berasosiasi dengan Ca dalam bentuk Ca-P.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV">Fosfat alam merupakan batuan fosfat yang digiling halus, termasuk pupuk fosfat alam yang bersifat anorganik, sedangkan garam selfeter merupakan sedimen garam NaNO</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">3</span></sub><span style="" lang="SV"> yang ditambang di negara Chili, yang dikenal dengan nama Chili Selfeter.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk buatan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><span style=""> </span>Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik dengan kandungan unsur hara tertentu. Pada umumnya kandungan unsur haranya tinggi dan mudah larut di dalam tanah. Pupuk-pupuk buatan umumnya bersifat anorganik kecuali pupuk urea.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk buatan mudah diperoleh, kandungan haranya tinggi, mudah larut dan cepat diserap oleh akar tanaman, oleh karena itu, pupuk ini banyak digunakan oleh para petani dibandingkan dengan pupuk alam atau pupuk organik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk ini mempunyai kelemahan, misalnya jika tidak diperhitungkan dengan baik dapat merusak lingkungan terutama didaerah perakaran tanaman. Pupuk ini juga tidak mengandung unsur hara mikro dan hanya unsur hara tertentu saja yang mempunyai kandungan konsentrasi yang tinggi seperti N, P, K, dan Mg. Contohnya urea (45-46% N), TSP (48%<span style=""> </span>P</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">2</span></sub><span style="" lang="SV">O</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">5</span></sub><span style="" lang="SV">), KCl (50-60 K</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">2</span></sub><span style="" lang="SV">O).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Senyawa Kimia<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk organik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk organik adalah pupuk dengan senyawa organik. Pupuk ini merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik dan biasanya mempunyai kandungan unsur hara yang rendah. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano, tepung tulang, tepung ikan, bungkil, tepung darah, night soil, dll.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk anorganik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><span style=""> </span>Pupuk anorganik adalah pupuk yang mempunyai senyawa kimia anorganik. Kebanyakan pupuk ini terdiri dari pupuk-pupuk buatan dengan kandungan hara yang tinggi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><span style=""> </span></span>Contoh pupuk anorganik antara lain: ZA (NH<sub><span style="line-height: 200%;">4</span></sub>)<sub><span style="line-height: 200%;">2</span></sub>SO<sub><span style="line-height: 200%;">4</span></sub>, ZK (K<sub><span style="line-height: 200%;">2</span></sub>SO<sub><span style="line-height: 200%;">4</span></sub>), MOP (KCl), TSP, SP36, dll.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;">Pupuk berdasarkan kandungan hara</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk tunggal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur pupuk. Unsur pupuk ada tiga, yaitu: Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Contoh pupuk ZA (NH</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">4</span></sub><span style="" lang="SV">)</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">2</span></sub><span style="" lang="SV">SO</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">4 </span></sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">adalah pupuk tunggal yang hanya mengan</span><span style="" lang="SV">dung unsur N. Meskipun pupuk tersebut mengandung unsur hara sulfur, pupuk tersebut tidak digolongkan kepada pupuk majemuk, karena unsur sulfur bukanlah unsur pupuk tetapi unsur hara esensial.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk majemuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur pupuk. Pupuk majemuk dibedakan lagi menjadi pupuk majemuk lengkap dan pupuk majemuk tak lengkap. Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yakni NPK, sedangkan pupuk tidak lengkap terdiri dari kombinasi berikut: pupuk NP, pupuk NK, atau pupuk PK.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Reaksi (Keasaman)<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat mempengaruhi sifat kemasaman tanah. Pupuk yang dapat menurunkan pH tanah disebut dengan pupuk masam, pupuk yang dapat menaikkan pH tanha disebut dengan pupuk basa, dan ada pupuk yang bereaksi netral artinya tidak mempengaruhi kemasaman tanah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Bentuk<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Berdasarkan bentuknya, pupuk dibedakan menjadi: pupuk padat dan pupuk cair.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk padat dibedakan dalam bentuk ukurannya seperti bentuk tepung (serbuk), bentuk kristal seperti gula pasir, bentuk granuler (butiran), bentuk pelet, bentuk tablet dan kaplet.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk dalam bentuk padat pada umumnya diaplikasikan melalui tanah atau akar tanaman. Namun demikian ada juga pupuk padat yang dapat diaplikasikan melalui daun asalkan pupuk tersebut bersifat larut sempurna di dalam air.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk cair dapat dibedakan dengan pupuk cairan dari pupuk padat yang larut di dalam air. pupuk padata yang larut sempurna di dalam air disebut solution fertilizer. Pupuk cair (liquid fertilizer) dalam bentuk suspensi umumnya diaplikasikan melalui daun tanaman tatapi juga dapat diaplikasikan melalui bagian-bagian tanaman.<o:p></o:p></span></p> <b style=""><span style="line-height: 200%;font-size:14pt;" >Jenis-Jenis Pupuk dan Kegunaannya<o:p></o:p></span></b><p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style=""> </span><span style="" lang="SV">Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pemupukan dapat diartikan sebagai cara-cara atau metode serta usaha-usaha yang dilakukan dlam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman yang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Klasifikasi Pupuk<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV">Pupuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan sumber<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk alam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk buatan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan senyawa kimia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk organik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk anorganik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan kandungan hara<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk tunggal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk majemuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">4.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan reaksi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk masam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk basa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">c.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk netral<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">5.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Berdasarkan bentuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk padat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk cair<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Sumbernya<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk alam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk alam ialah pupuk yang terjadi secara alami di alam tanpa bantuan manusia atau melalui proses industri atau pabrik pupuk. Pupuk alam sering disamakan dengan pupuk organik karena kebanyakan pupuk alam itu terdiri dari senyawa organik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Contoh pupuk alam adalah: pupuk kandang, pupuk hijau, guano, night soil, kompos, tepung tulang, tepung ikan, tepung darah, fosfat alam, dan garam selfeter.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk<span style=""> </span>kandang ialah pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternakyang dikandangkan, yaitu kotoran padat, cair (urine) yang tercampur dengan alas kandang (jerami) dan sisa-sisa makanan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk hijau adalah bahan tanaman hijauan yang masih segar yang dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah kandungan bahan organik dan unsur hara, terutama N.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Guano adalah pupuk alam yang berasal dari deposit kotoran burung-burung, kelelaar atau kalong yang banyak terdapat di gua-gua dan di hutan. Kotoran-kotoran ini berbentuk endapan yang karena pengaruh alam mengalami perubahan dan merupakan suatu pupuk fosfat alam organik. Kandungan haranya terutama N dan P, dan ada beberapa guano yang mengandung K. Kandungan hara yang paling tinggi biasanya P yang berasosiasi dengan Ca dalam bentuk Ca-P.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV">Fosfat alam merupakan batuan fosfat yang digiling halus, termasuk pupuk fosfat alam yang bersifat anorganik, sedangkan garam selfeter merupakan sedimen garam NaNO</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">3</span></sub><span style="" lang="SV"> yang ditambang di negara Chili, yang dikenal dengan nama Chili Selfeter.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk buatan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><span style=""> </span>Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik dengan kandungan unsur hara tertentu. Pada umumnya kandungan unsur haranya tinggi dan mudah larut di dalam tanah. Pupuk-pupuk buatan umumnya bersifat anorganik kecuali pupuk urea.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk buatan mudah diperoleh, kandungan haranya tinggi, mudah larut dan cepat diserap oleh akar tanaman, oleh karena itu, pupuk ini banyak digunakan oleh para petani dibandingkan dengan pupuk alam atau pupuk organik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk ini mempunyai kelemahan, misalnya jika tidak diperhitungkan dengan baik dapat merusak lingkungan terutama didaerah perakaran tanaman. Pupuk ini juga tidak mengandung unsur hara mikro dan hanya unsur hara tertentu saja yang mempunyai kandungan konsentrasi yang tinggi seperti N, P, K, dan Mg. Contohnya urea (45-46% N), TSP (48%<span style=""> </span>P</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">2</span></sub><span style="" lang="SV">O</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">5</span></sub><span style="" lang="SV">), KCl (50-60 K</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">2</span></sub><span style="" lang="SV">O).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Senyawa Kimia<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk organik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk organik adalah pupuk dengan senyawa organik. Pupuk ini merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik dan biasanya mempunyai kandungan unsur hara yang rendah. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano, tepung tulang, tepung ikan, bungkil, tepung darah, night soil, dll.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk anorganik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><span style=""> </span>Pupuk anorganik adalah pupuk yang mempunyai senyawa kimia anorganik. Kebanyakan pupuk ini terdiri dari pupuk-pupuk buatan dengan kandungan hara yang tinggi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span><span style=""> </span></span>Contoh pupuk anorganik antara lain: ZA (NH<sub><span style="line-height: 200%;">4</span></sub>)<sub><span style="line-height: 200%;">2</span></sub>SO<sub><span style="line-height: 200%;">4</span></sub>, ZK (K<sub><span style="line-height: 200%;">2</span></sub>SO<sub><span style="line-height: 200%;">4</span></sub>), MOP (KCl), TSP, SP36, dll.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;">Pupuk berdasarkan kandungan hara</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk tunggal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur pupuk. Unsur pupuk ada tiga, yaitu: Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Contoh pupuk ZA (NH</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">4</span></sub><span style="" lang="SV">)</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">2</span></sub><span style="" lang="SV">SO</span><sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">4 </span></sub><span style="line-height: 200%;" lang="SV">adalah pupuk tunggal yang hanya mengan</span><span style="" lang="SV">dung unsur N. Meskipun pupuk tersebut mengandung unsur hara sulfur, pupuk tersebut tidak digolongkan kepada pupuk majemuk, karena unsur sulfur bukanlah unsur pupuk tetapi unsur hara esensial.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7pt;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">Pupuk majemuk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur pupuk. Pupuk majemuk dibedakan lagi menjadi pupuk majemuk lengkap dan pupuk majemuk tak lengkap. Pupuk majemuk lengkap adalah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yakni NPK, sedangkan pupuk tidak lengkap terdiri dari kombinasi berikut: pupuk NP, pupuk NK, atau pupuk PK.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Reaksi (Keasaman)<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat mempengaruhi sifat kemasaman tanah. Pupuk yang dapat menurunkan pH tanah disebut dengan pupuk masam, pupuk yang dapat menaikkan pH tanha disebut dengan pupuk basa, dan ada pupuk yang bereaksi netral artinya tidak mempengaruhi kemasaman tanah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><b style=""><span style="" lang="SV">Pupuk Berdasarkan Bentuk<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Berdasarkan bentuknya, pupuk dibedakan menjadi: pupuk padat dan pupuk cair.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk padat dibedakan dalam bentuk ukurannya seperti bentuk tepung (serbuk), bentuk kristal seperti gula pasir, bentuk granuler (butiran), bentuk pelet, bentuk tablet dan kaplet.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk dalam bentuk padat pada umumnya diaplikasikan melalui tanah atau akar tanaman. Namun demikian ada juga pupuk padat yang dapat diaplikasikan melalui daun asalkan pupuk tersebut bersifat larut sempurna di dalam air.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 200%;"><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>Pupuk cair dapat dibedakan dengan pupuk cairan dari pupuk padat yang larut di dalam air. pupuk padata yang larut sempurna di dalam air disebut solution fertilizer. Pupuk cair (liquid fertilizer) dalam bentuk suspensi umumnya diaplikasikan melalui daun tanaman tatapi juga dapat diaplikasikan melalui bagian-bagian tanaman.<o:p></o:p></span></p> arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-89014512953254373892009-11-30T03:24:00.000-08:002009-12-21T04:26:21.587-08:00kumpulan laporan gulma<div style="text-align: justify;">KATA PENGANTAR<br /><br /><br />Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.<br />Adapun judul laporan ini adalah “Identifikasi dan Analisa Vegetasi Gulma; Teknik Aplikasi Herbisida; Periode kritis Persaingan Kedelai (Glycine max) terhadap Gulma Bayam (Amaranthus sp); Kemampuan Bersaing Kacang Kedelai (Glycine max) Terhadap Gulma Bayam (Amaranthus sp.); Weed Seed Bank Pada Lahan yang Berbeda; dan Pengaruh Kedalaman Tanah Terhadap Pertumbuhan Gulma”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Ilmu Gulma, Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Gulma Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D, dan Prof. Dr. Sangli J. Damanik serta para asisten Laboratorium Ilmu Gulma yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.<br />Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.<br />Medan, November 2009<br />Penulis<br /><br /><br />DAFTAR ISI<br /><br />KATA PENGANTAR i<br /><br />DAFTAR ISI ii<br /><br />IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA 1<br /><br />TEKNIK APLIKASI HERBISIDA 7<br />PERIODE KRITIS PERSAINGAN KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.) 12<br />KEMAMPUAN BERSAING KACANG KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.) 17<br /><br />WEED SEED BANK PADA LAHAN YANG BERBEDA 22<br /><br />PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA 26<br /><br /><br /><br />IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA<br /><br />Sthefani Melkasari/070301065<br />Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br /><br />ABSTRAK<br /></div>Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut. Percobaan ini bertujuan untuk mengenal spesies-spesies gulma dan melatih ketrampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi gulma golongan rumput-rumputas (grasses), berdaun lebar (broadleaf weeds), dan teki (sedges) dan menentukan gulma dominan yang terdapat di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam percobaan identifikasi dan analisa vegetasi gulma mengeidentifikasi jenis gulma yang ada dan mengetahui jenis gulma yang dominan dengan metode kuadran seluas 2 m2. Pada percobaan ini diketahui bahwa gulma yang mendominasi (NJD) tertinggi terdapat pada gulma Cyperus kyllingia sebesar 20,66% dan NJD terendah pada gulma Cyrtococcum arcroneum sebesar 0,855%.<br /><div style="text-align: justify;">Kata kunci : Identifikasi, Vegetasi gulma.<br /><br />PENDAHULUAN<br />Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).<br /><br />Persaingan terjadi apabila sejumlah organisme (baik dari jenis yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam lingkungan. Dalam interaksi antara tumbuh-tumbuhan, pengobahan faktor-faktor lingkungan oleh suatu tumbuhan mengakibatkan berkurangnya aktivitas pertumbuhan dari tumbuhan lainnya. Karena interaksi antara tumbuh-tumbuhan terjadi melalui faktor-faktor lingkungan, maka bentuk dan tingkatan interaksi antara dua jenis tumbuhan bergantung pada keadaan lingkungan yang ada (Nasution, 1986).<br /><br />Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlag sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).<br /><br />Pendekatan klasik ahli taksonomi profesional pada masalah ini hanya dilakukan dengan analisis morfologis atas spesimen-spesimen yang mati, yang hasil-hasilnya sebagian dipengaruhi oleh cukupnya atau tidak cukupnya materi-materi referensi yang dimilikinya, dan metode-metode yang dipergunakan pada umumnya mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang serius kendatipun studi-studi yang teliti pada variabilitas (keanekaragaman) kategori sistemik yang diperhatikan (Huffaker dan Messenger 1989).<br /><br />Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar danberkelompok, stratifikasinya, perioditas, dan lain sebagainya; sedang data kuantitatif menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya. Data kualitatif didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak-contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif di dapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas (Tjitrosoedirdjo dkk, 1984).<br /><br />BAHAN DAN METODE<br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 28 Agustus 2009 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Bahan yang diperlukan adalah spesies gulma yang tumbuh di lahan percobaan, tali plastik dan pacak untuk menandai lahan percobaan serta buku identifikasi untuk membantu proses identifikasi.<br />Percobaan ini menggunakan metode kuadran dengan dua belas blok. Dihitung kerapatan mutlak (KM), kerapatan nisbi (KN), frekuensi mutlak (FM), frekuensi nisbi (FN) dan nilai jumlah dominansi (NJD) dengan rumus :<br />KM<br />KN = X 100%<br /> KM<br /><br />FM<br />FN = X 100%<br /> FM<br /><br />KN + FN<br />NJD = X 100%<br />2<br />Keterangan :<br />KM = kerapatan mutlak spesies gulma dalam petak contoh<br />KN = % kerapatan mutlak spesies tertentu terhadap semua jenis gulma.<br />FM = frekuensi mutlak spesies gulma dalam petak contoh<br />FN = % frekuensi mutlak spesies gulma tertentu terhadap semua jenis gulma.<br />NJD = nilai dominansi spesies gulma<br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br />Hasil<br />NO Nama Gulma Blok KM FM KN<br />(%) FN<br />(%) NJD<br />(%)<br />1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12<br />1 Ageratum conyzoides - - 3 3 - 1 1 - - - - - 8 4 0.45 4.12 2.285<br />2 Asystasia intrusa - 3 - 4 - - - - - 2 11 55 75 5 4.24 5.15 4.695<br />3 Axonopus compressus - - 78 9 20 - - 4 - - - - 111 4 6.28 4.12 5.2<br />4 Borreria laevis - 4 16 - - - 2 8 - - - - 30 4 1.70 4.12 2.91<br />5 Borreria latifolia - - - 2 - - 10 - - - - - 12 2 0.68 2.06 1.37<br />6 Cleome rutidosperma - - 15 - 3 2 - - - - - - 20 3 1.13 3.09 2.11<br />7 Commelina difffusa - - - - - - - 152 - - - - 152 1 8.60 1.03 4.815<br />8 Cyclosorus aridus - - - - - - - - - - 3 - 3 1 0.17 1.03 0.6<br />9 Cynodon dactylon - - - - - - - 9 - - - - 9 1 0.51 1.03 0.77<br />10 Cyrtococcum acrescens - - 32 - - - - - - 4 - - 36 2 2.04 2.06 2.05<br />11 Cyrtococcum arcroneum - - - - - - - 12 - - - - 12 1 0.68 1.03 0.855<br />12 Cyperus kyllingia - 45 302 26 23 22 52 7 7 10 6 30 530 11 29.98 11.34 20.66<br />13 Cyperus rotundus - - - - - - - 6 - - - - 8 2 0.45 2.06 1.255<br />14 Dactyloctenium aegyptium 10 4 1 - 22 - - - - - - - 37 4 2.09 4.12 3.105<br />15 Eleusine indica 78 8 17 1 - 2 1 - 1 - - - 108 7 6.11 7.22 6.665<br />16 Euphorbia hirta - - - - 2 - - - 10 - - - 12 2 0.68 2.06 1.37<br />17 Euphorbia prunifolia 4 - - - 2 3 - - - 14 2 7 32 6 1.81 6.19 4<br />18 Hyptis rhomboidea 1 2 - - 2 - 1 - - - 8 1 15 6 0.85 6.19 3.52<br />19 Ipomea reptans 1 - - - - - - - - - - - 1 1 0.06 1.03 0.545<br />20 Mimosa pudica 1 - - - - 2 - - - - - - 3 2 0.17 2.06 1.115<br />21 Ottochloa nodosa - - - - - 145 - - - - - - 145 1 8.20 1.03 4.615<br />22 Paspalum commersonii - - - 2 - - - - - - - - 2 1 0.11 1.03 0.57<br />23 Paspalum conjugatum - 10 - - 27 - 1 - - - - 2 40 4 2.26 4.12 3.19<br />24 Phyllanthus niruri - - 3 2 3 1 2 - 2 - - - 13 6 0.73 6.19 3.46<br />25 Setaria plicata 17 17 35 12 34 4 47 19 13 28 21 98 345 12 19.51 12.37 15.94<br />26 Sida rhombifolia 2 - - - - - - 1 - - - - 4 3 0.23 3.09 1.66<br />27 Spingelia anthelmia - - - 5 - - - - - - - - 5 1 0.28 1.03 0.655<br />1768 98<br /><br />Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa gulma yang tidak mendominasi daerah tersebut adalah Cyrtococcum arcroneum dengan NJD 0,855 % sedangkan yang mendominasi adalah Cyperus kyllingia dengan nilai NJD 20,66 %.<br /><br />Pembahasan<br />Dari hasil percobaan diperoleh NJD tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 20,66%, sedangkan NJD terendah adalah Cyrtococcum arcroneum yaitu 0.855%. Cyperus kyllingia merupakan gulma yang pertumbuhannya cepat dan memiliki toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim. Hal ini sesuai dengan literatur Barus (2003) yang menyatakan perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif.<br /><br />Pada lahan percobaan juga diketahui bahwa NJD setiap gulma bervarisi sehingga jelas terjadi persaingan, dan dari persaingan tersebut maka akan menyebabkan populasi dari satu gulma lebih sedikit dibandingkan dengan gulma lain. Hal ini sesuai dengan literatur Nasution (1986) yang menyatakan bahwa persaingan terjadi apabila sejumlah organisme (baik dari jenis yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam lingkungan. Dalam interaksi antara tumbuh-tumbuhan, pengobahan faktor-faktor lingkungan oleh suatu tumbuhan mengakibatkan berkurangnya aktivitas pertumbuhan dari tumbuhan lainnya.<br /><br />KESIMPULAN<br />1. Dari hasil percobaan diperoleh KM tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 530 dan KM terendah adalah Ipomea reptans yaitu 1<br />2. Dari hasil percobaan diperoleh KN tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 29,98% dan KN terendah adalah Phyllanthus niruri yaitu 0,73%<br />3. Dari hasil percobaan diperoleh NJD tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 20,66% dan NJD terendah adalah Cyrtococcum arcroneum yaitu 0,855%<br />4. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa gulma dominan yang terdapat pada lahan percobaan adalah Cyperus kyllingia<br />5. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa jenis gulma berdaun lebar lebih banyak terdapat pada lahan percobaan dibandingkan gulma kelompok teki dan rerumputan<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Barus, E., 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta<br />Huffaker, C. B., dan P. S. Messenger, 1989. Teori dan Praktek Pengendalian Biologis. Terjemahan S. Mangoendihardjo. UI-Press, Jakarta<br />Nasution, U., 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa.<br />Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang<br />Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta<br /><br /><br />TEKNIK APLIKASI HERBISIDA<br /><br />Sthefani Melkasari/070301065<br />Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br /><br />ABSTRAK<br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini bertujuan umtuk mengukur aplikasi perlakuan herbisida yang seragam pada suatu areal, sehingga diperoloh hasil pengendalian yang efektif dan efisien. Percobaan ini menggunakan air, dan knapsock. Luas areal yang dikalibrasikan 2,2 m2 dengan volume awal 5 liter/ha. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa air yang digunakan untuk luas areal tersebut 1,5 liter/ha dan volume semprot yang digunakan adalah 181,81 L. Kebutuhan herbisida pada perlakuan 1/4x adalah 0,0032 L, pada 1/2x adalah 0,0062 L, x adalah 0,0123 L, dan 2x adalah 0,0248 L.<br />Kata Kunci: Herbisida, Dosis, Kalibrasi.<br /><br />PENDAHULUAN<br />Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik (Djojosumarto, 2002).<br /><br />Proses aplikasi herbisida menyangkut berbagai aspek antara lain penyediaan larutan yang sesuai, pembuatan butiran semprotan, gerakan butiran cairan semprot pada sasaran dan butiran pada sasaran kebutuhan aspek itu diintegrasi untuk mendapatkan hasil biologi/kematian gulma (Triharso, 1990).<br /><br />Dalam pengendalian gulma tidak seharusnya untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi terjadi yang terjadi tidak berarti pada tingkat yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma samapi tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau tidak melampui ambang ekonomik, sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol (Sukman dan Yakup, 2002).<br /><br />Di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni:<br /> Ukuran lubang nozel.<br /> Tekanan dalam tangki alat semprot.<br /> Kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator.<br />(Anderson, 1977).<br /><br />BAHAN DAN METODE<br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 18 April 2007 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini menggunakan air sebagai pelarut herbisida, gelas ukur untuk mengukur herbisida yang akan digunakan, ember plastik sebagai tempat menaruh air, glifosat sebagai herbisida yang akan diaplikasikan, dan Knapsock Sprayer sebagai alat semprot. Sebelum mengkalibrasikan air pada pelataran parker, ditentukan terlebih dahulu volume awal dengan rumus:<br />Volume yang diaplikasikan = Volume yang diperlukan<br />Luas areal perlakuan Luas areal yang akan diberi perlakuan<br /><br /><br />Kemudian ditentukan banyaknya volume semprot yang diperlukan untuk dosis herbisida 1/4x, 1/2x, x, 2x.<br /><br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />Hasil<br />Volume awal (V1) = 5 L<br />Volume akhir (V3) = 3,5 liter<br />Volume semprot (V2) = V1 – V3<br />= 1,5 liter<br />Dosis anjuran = 220 cm = 2,2 m<br />G = 1,5 L<br />C = 10 m<br />Luas Lahan = 2,2 m2<br />Waktu = 16 detik = 60/16 x 10<br />= 37,5 m/menit<br /><br />Volume semprot = Cx10000 = 1,5x10000 = 181,81 L<br />G.K 2,2x37,5<br />Kebutuhan herbisida pada perlakuan:<br />T1 = 0,375x1,5 = 0,0032 L<br />181,81<br />T2 = 0,75x1,5 = 0,0062 L<br />181,81<br />T3 = 1,5x1,5 = 0,0123 L<br />181,81<br />T4 = 3,0x1,5 = 0,0248 L<br />181,81<br /><br />Pembahasan<br />Dari hasil percobaan dengan mengkalibrasikan air pada luas lahan 2,2 m2 diperoleh volume yang mau disemprot sebanyak 1,5 L, dan diperoleh volume semprot sebesar 181,81 L. Setiap dosis herbisida dimasukkan dalam 1,5 L air sehingga diperoleh kebutuhan herbisida untuk perlakuan 1/4x adalah 0,0032 L; 1/2x adalah 0,0062 L; x adalah 0,0123 L; dan 2x adalah 0,0248 L. Perbedaan jumlah aplikasi herbisida yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda. Di dalam melakukan kalibrasi ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi yaitu ukuran lubang nozzle, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan (kedepan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozzle pada setiap waktu yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan literatur Anderson (1977) bahwa di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni ukuran lubang nozel, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator.<br /><br />KESIMPULAN<br />1. Pada perlakuan 1/4x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0032 L.<br />2. Pada perlakuan 1/2x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0062 L.<br />3. Pada perlakuan x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0123 L.<br />4. Pada perlakuan 2x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0248 L.<br />5. Volume semprot adalah 181,81 L.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Anderson, W.P., 1977. Weed Scince. West Publishing, Los Angeles.<br />Purba, E., 1996. Dasar Ilmu Gulma. FP – USU, Medan.<br />Sukman, Y., dan Yakup, 1995, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<br />Triharso, 1986, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, UGM-Press, Yogyakarta.<br /><br /><br />PERIODE KRITIS PERSAINGAN KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.)<br /><br /><br />Sthefani Melkasari/070301065<br />Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br /><br />ABSTRAK<br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m dpl. Percobaan ini dilaksanakan mulai 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki periode kritis persaingan tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill.) terhadap bayam (Amaranthus sp.). Benih kedelai di tabur pada setiap kotak dengan jumlah 20 benih masing-masing kotak 3 ulangan, dan benih Amaranthus sp. di tebar pada masing-masing kotak dengan jumlah benih berbeda-beda empat perlakuan dan 1 perlakuan tanpa gulma sebagai pembanding masing-masing perlakuan adalah P0, P1, P2, P3 . Hasil diperoleh bahwa bobot segar kedelai tertinggi pada plot bebas gulma.<br />Kata kunci: Priode kritis, Kedelai, Bayam, Kompetisi.<br /><br />PENDAHULUAN<br />Persaingan atau kompetisi adalah suatu corak interaksi antara dua pihak organism yang memperbutkan faktor kehidupan yang sama. Persaingan terjadi apabila sejmlah organism (baik dari jenis yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam lingkungan (Nasution, 1986).<br /><br />Hadirnya gulma pada periode permulaan siklus hidup tanaman dan pada periode menjelang panen tidak berpengaruh atau hanya berpengaruh kecil terhadap produksi tanaman. Akan tetapi antara dua periode tersebut tanaman peka terhadap gulma. Periode kritis prinsipnya merupakan saat sutau periode pertanaman berada pada kondisi yang peka terhadap lingkungan terutama unsure hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Pada periode kritis tersebut maka tanaman akan kalah bersaing dalam hal penggunaan unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhannya sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, yang akhirnya akan menurunkan produksi tanaman (Sukman dan Yakup, 2002).<br /><br />Persaingan untuk nutrisi antar tanaman dan gulma tergantung pada kadar nutrisi yang terkandung dalam tanah dan tersedia bagi keduanya dan tergantung pada pula pada kemampuan kedua tanaman dan gulma menarik masuk ion-ion nutrisi tersebut. Kemampuan serta kecepatan menarik ion-ion ke dalam tubuh tanaman tergantung pada sifat alamiah masing-masing tumbuhan (Moenadir,1993).<br /><br />Gulma berkecambah (Germination) secara bersamaan dengan tanaman akan mengalami persaingan kuat. Karena tanaman bebas gulma di awal pertumbuhan kemungkinan tidak berbeda nyata dengan hasil tanamn bebas gulma sepanjang musim. Kerugian utama yang di timbulkan oleh gulma terhadap tanaman adalah hasil tanaman berkurang baik bobot basa maupun produktivitasnya. Beberapa jumlah minimum gulma (populasi atau bobot) menyebabkan cekaman material biologis pada tanaman. Kerapatan optimum gulma (The optimum level of weedensity) tidak menyebabkan penurunan hasil tanaman. Perkecambahan gulma yang tumbuh pada tanaman utama bergantung pada kelembaban(moisture) (Anderson, 1982).<br /><br />BAHAN DAN METODE<br />Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dimulai tanggal 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Bahan percobaan yang digunakan sebagai objek percobaan adalah kedelai (Glycine max) di tebarkan pada box dengan 3 ulangan masing-masing 20 benih. Dan gulma yang di gunakan adalah bayam (Amaranthus sp.). Benih bayam di tebar pada box 0,100,100,100. Box terbuat dari kayu berbentuk balok dengan panjang 120 cm, lebar 50 cm dan tinggi 20 cm. Masing-masing box diisi dengan tanah top soil<br />.<br />Percobaan dilakukan atas 4 macam perlakuan yaitu P0 20:0; P1 20:100; P2 20:100: dan P3 20:100 masing-masing sebanyak 3 ulangan. Kedua belas box ini diisi dengan pasir dan di beri perlakuan sesuai prosedur di atas.<br />Untuk menentukan priode keritis tersebut maka bobot segar kedelai di timbang setelah kurang lebih 5 MST. Masing masing akar di timbang dan di catat sesuai perlakuan.<br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br />Hasil<br />Bobot segar setelah 5 MST (gr)<br /><br />Perlakuan ulangan<br /><br />∑<br />X<br />1 2 3<br />P0 200 210 180 590 196.67<br />P1 200 150 200 550 183.33<br />P2 150 70 190 410 136.67<br />P3 170 175 180 525 175<br />Tabel sidik ragam<br />SK db JK KT F f .01<br />Blok 2 49256.25 24628.13 0.004 tn 5.14<br />Perlakuan 3 3204222.92 1068074 1.98 tn 4.26<br />Error 6 3220723.17 536787.1 - -<br />Total 11 32706.25 - - -<br /><br />Pembahasan<br />Hasil tanaman utama Kedelai (Glycine max) untuk menolerir priode kritis terhadap persaingan beberapa jumlah gulma menunjukan hasil yang tidak nyata itu artinya semakin sedikit jumlah gulma yang bersaing dengan tanaman utama saat priode kritis menunjukan hasil yang signifikan yaitu pada box yang berisi 20 benih kedelai dan 40 benih amaranthus hasil dari grafik dapat di lihat bobot kering kedelai mengalami penurunan sehingga hasilnya sebesar 30 % yaitu pada perlakuan P2. Hal ini di sebabkan karena hadirnya gulma pada priode permulaan siklus hidup tanaman pada priode menjelang panen hanya berpengaruh kecil terhadap pertumbuhan tanaman. Priode kritis terjadi karena tanaman berada pada kondisi kondisi yang peka terhadap lingkungan. Persaingan gulma selama 6 MST pertama segera setelah penanaman mempunyai pengaruhy besar terhadap penurunan produksi priode kritis persaingan gulma terjadi pada 25-33 % pertama dari siklus hidup tanaman. Priode kertis persaingan terjadi pada sepertiga sampai setengah pertama umur tanaman. Priode keritis persaingan gulma bervariasi priode yang sangat keritis untuk persaingan gulma adalah satu bulan peretama setelah pertanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukman dan Yakup (2002) periode kritis prinsipnya merupakan saat sutau periode pertanaman berada pada kondisi yang peka terhadap lingkungan terutama unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Pada periode kritis tersebut maka tanaman akan kalah bersaing dalam hal penggunaan unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhannya sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, yang akhirnya akan menurunkan produksi tanaman.<br /><br />Sedangkan hasil tanaman utama kedelai (Glycine max) untuk menolerir priode kritis tanpa persaingan beberapa jumlah gulma menunjukan hasil yang tidak nyata itu artinya hasil tanaman bebas gulma menunjukan hasil yang signifikan pada perlakuan P3 yaitu mengalamai peningkatan. Hal ini di sebabkan karena tanaman bebas gulma memiliki kecepatan tumbuh yang amat tinggi. Hasil tanaman bebas gulma tanpa pengendalian di awal pertumbuhan kemungkinan hasilnya tidak berbeda nyata dengan hasil tanaman di akhir pengendalian. Hal ini sesuai dengan Anderson (1982), bahwa kerugian utama yang di timbulkan oleh gulma terhadap tanaman adalah hasil tanaman berkurang baik bobot basa maupun produktivitasnya. Beberapa jumlah minimum gulma (populasi atau bobot) menyebabkan cekaman material biologis pada tanaman.<br /><br />KESIMPULAN<br />1. Bobot segar kedelai tertinggi terdapat pada plot bebas gulma, dengan nilai rata-rata 196,67 g.<br />2. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap periode kritis kedelai terhadap bayam.<br />3. Bobot segar terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan rataan 136,67 g.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Nasution, U., 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian & Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa, Tanjung Morawa.<br />Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<br />Sukman. Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendalianya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<br /><br /><br />KEMAMPUAN BERSAING KACANG KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.)<br /><br /><br />Sthefani Melkasari/070301065<br />Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br /><br /><br />ABSTRAK<br /><br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m dpl. Percobaan ini dilaksanakan mulai 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persaingan gulma bayam terhadap pertumbuhan vegetatif kedelai. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok non Faktorial. Yang terdiri dari satu perlakuan yaitu populasi bervariasi dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan perbandingan populasi kedelai dan bayam yaitu 30:0; 20:10; 10:20; dan 0:30. Dalam percobaan ini diperoleh total bobot segar setelah 5 MST kedelai dan bayam dengan 3 ulangan pada perlakuan 30:0 yaitu 580 g, perlakuan 20:10 yaitu 550 g, perlakuan 10:20 yaitu 410 g, dan perlakuan 0:30 yaitu 525 g.<br />Kata kunci : Kompetisi, Kedelai, Bayam.<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />Beberapa faktor yang mengakibatkan kompetisi adalah faktor pertama yang mengakibatkan kompetisi adalah kehadiran suatu individu atau kelompok tanaman lain. Faktor kedua adalah kuantitas faktor pertumbuhan yang tersedia dan kompetisi terjadi apabila ketersediaan faktor pertumbuhan terbatas. Tetapi ini perlu diingat bahwa kompetisi dapat terjadi tidak hanya diantara tanaman baik dari varietas atau spesies yang sama atau berbeda, tetapi juga dintara organ dari tanaman yang sama. Karena kebutuhan tanaman akan jenis unsur hara dan air dapat berbeda diantara jenis faktor tersebut untuk suatu kombinasi jenis tanaman. Perbedaan intensitas kompetisi untuk suatu jenis faktor ini juga dapat terjadi antara umur tanaman karena tingkat kebutuhan yang berbeda dengan waktu sesuai dengan perkembangan tanaman (Moenandir, 1993).<br /><br />Persaingan atau kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan diperlukan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan timbul dari 3 reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasi pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan yang berlebihan itu berkurang maka persaingan akan timbul, sehingga istilah persaingan menerangkan kejadian yang mnjurus pada hambtan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain (Triharso, 1996).<br /><br />Baik gulma maupun tanaman mempunyai kebutuhan yang sama akan kebutuhan hidupnya persaingan interspesifik terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan persaingan antar spesies tumbuhan yang sama merupakan persaingan intra spesifik (Sukman dan Yakup, 1991).<br /><br />BAHAN DAN METODE<br /><br />Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, yang dilaksanakan mulai 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kedelai (Glycine max (L.) Merill.) dan benih bayam (Amaranthus sp.) sebagai objek pengamatan, top soil sebagai media tanam, kotak triplex untuk tempat menanam.<br />.<br />Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak kelompok Non Faktorial. Perlakuan yang dipakai adalah perbandingan populasi kedelai dan bayam yaitu 30:0; 20:10; 10:20; dan 0:30. Ditanam benih kacang kedelai dan bayam dengan populasi yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Dilakukajn penjarangan jika jumlah populasi berlebih dari perlakuan dan dilakukan penyulaman jika populasi tidak mencukupi perlakuan.<br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br />Hasil<br />Bobot segar setelah 5 MST (gr)<br /><br />Perlakuan Ulangan ∑ X<br />1 2 3<br />K0 75 50 60 185 60,67<br />K1 95 30 55 175 58.33<br />K2 25 35 45 105 35<br />K3 65 35 30 130 43,33<br />K4 35 20 30 85 28,33<br /><br />SK db Jk KT F f .01<br />Blok 2 1453,33 726,66 0,895 3,11<br />Perlakuan 4 69173,3 17293,3 21,29 2,81<br />Error 8 6495,33 811,92 - -<br />Total 14 5673,33 - - -<br /><br /><br />Pembahasan<br />Dari percobaan didapatkan bobot kering Glycine max pada perlakuan 30:0 lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan 20:10. Pada perlakuan 20:10 gulma Amaranthus sp lebih banyak dibandingkan pada perlakuan 30:0 dan ternyata bobot basah setelah 5 MST Glycine max lebih besar pada perlakuan pada perlakuan 30:0. Hal ini disebabkan pada perlakuan 30:0 persaingan intersfesifik Glycine max lebih sedikit dibandingkan pada perlakuan 20:10 yang lebih banyak populasinya. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1991), baik gulma maupun tanaman mempunyai kebutuhan yang sama akan kebutuhan hidupnya persaingan interspesifik terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan persaingan antar spesies tumbuhan yang sama merupakan persaingan intraspesifik.<br />Dari percobaan diperoleh bahwa bobot segar setelah 5 MST terendah terdapat pada perlakuan K4, yaitu 0 kedelai dan 30 bayam. Hal ini terjadi karena tanaman yang ada hanya 1 jenis saja sehingga semua hara yang terdapat didalam tanah diserap terus-menerus yang mengakibatkan lama- kelamaan akan habis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moenandir (1993) bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kompetisi adalah faktor pertama yang mengakibatkan kompetisi adalah kehadiran suatu individu atau kelompok tanaman lain. Faktor kedua adalah kuantitas faktor pertumbuhan yang tersedia dan kompetisi terjadi apabila ketersediaan faktor pertumbuhan terbatas. Karena kebutuhan tanaman akan jenis unsur hara dan air dapat berbeda diantara jenis faktor tersebut untuk suatu kombinasi jenis tanaman. Perbedaan intensitas kompetisi untuk suatu jenis faktor ini juga dapat terjadi antara umur tanaman karena tingkat kebutuhan yang berbeda dengan waktu sesuai dengan perkembangan tanaman.<br /><br />KESIMPULAN<br />1. Gulma bayam dapat mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman kedelai jika jumlahnya menyaingi jumlah tanaman kedelai.<br />2. Pada media yang ditanam Glycine max tanpa adanya gulma bayam maka hasil bobot keringnya lebih besar.<br />3. Kerapatan gulma dapat menyebabkan penurunan hasil dari suatu tanaman utama.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<br />Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.<br />Triharso, 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. UGM-Press, Yogyakarta.<br /><br /><br />WEED SEED BANK PADA LAHAN YANG BERBEDA<br /><br />Sthefani Melkasari/070301065<br />Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br /><br />ABSTRAK<br />Percobaan dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut. Percobaan ini bertujuan untuk memperkirakan ukuran, komposisi dan distribusi vertical seed bank yang dicobakan. Percobaan tersebut menggunakan tanah dari empat lokasi yang berbeda, yaitu tanah dari lahan tanaman jagung, tanah dari lahan tanaman ubi kayu, tanah dari lahan kelapa sawit, dan tanah tanpa tanaman di pinggir jalan. Dari percobaan diperoleh bahwa seed bank yang tumbuh adalah gulma Phylanthus niruri, Cyperus rotundus, Ageratum conyzoides, Cleome rutidosperma, Paspalum conjugatum, Asystasia intrusa, dan Cyperus kyllingia.<br />Kata kunci : Seed bank, Gulma, Kedalaman tanah.<br /><br />PENDAHULUAN<br />Biji gulma yang berada di dalam tanah, dalam waktu tertentu atau setelah terjadi pematahan dormansi, dapat berkecambah. Perkecambahan itu dapat terjadi selama biji tersebut sudah tidak akan berkecambah lagi setelah biji mengalami senesensi. Perkacambahan biji gulma ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, ialah faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam inilah merupakan sifat yang dipunyainya secara menurun (genetis) misalnya lama dormansi oleh karena tebalnya kulit biji, vigor, viabilitas, dan lain-lain (Moenandir, 1993).<br /><br />Perkembangan gulma sangat cepat dan mudah, baik secara genetatif maupun vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di bagian tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizoma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).<br /><br />Rotasi tanaman memungkinkan mempunyai dampak kecil terhadap jumlah total biji dan alat biak vegetatip dalam tanah kecuali jika tanaman tersebut bebas gulma setiap saat. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan hidup (longevity) dalam tanah ( Sukman dan Yakup, 1992).<br /><br />BAHAN DAN METODE<br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 6 November – 18 November 2009 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Bahan yang digunakan polybag sebagai media tanam, tanah top soil sebagai media tanam dan tanah seed bank dari empat lokasi berbeda yaitu lahan jagung, lahan ubi kayu, lahan kelapa sawit, dan tanah pinggir jalan sebagai objek pengamatan, pipa untuk mangambil tanah seed bank tersebut, label untuk menandai polybag.<br /><br />Dalam percobaan ini dibuat satu petak lahan, kemudian polybag diisi ¾ tanah top soil lalu tanah seed bank dimasukkan dan disusun pada lahan tersebut dan diberi label untuk menandai tanah seed bank dari keempat tempat yang berbeda tersebut dan sesuai ulangannya. Data tersebut diambil dan diamati gulma apa saja yang tumbuh setiap minggu selama tiga minggu.<br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />Hasil<br />Dari percobaan tersebut diperoleh hasil percobaan sebagai berikut :<br />Nama Gulma Tanah Jagung<br />0-2 cm 2-5 cm 5-10 cm<br />1 2 3 1 2 3 1 2 3<br />Phylanthus niruri 1 1 - 1 - 1 4 - 3<br />Cyperus rotundus 11 25 1 10 7 11 15 3 7<br />Ageratum conyzoides - - - 5 9 6 - - 2<br />Cleome rutidosperma 6 1 1 - - - 4 - 3<br />Paspalum conjugatum 10 5 7 - - - - - -<br />Asystasia intrusa - - - - - - 1 - -<br />Cyperus kyllingia - 1 - - 1 - - - -<br />Seed bank pada tanah jagung<br /><br />Seed bank pada tanah ubi kayu<br />Nama Gulma Tanah Jagung<br />0-2 cm 2-5 cm 5-10 cm<br />1 2 3 1 2 3 1 2 3<br />Phylanthus niruri 4 - 1 1 - - 1 2 -<br />Cyperus rotundus - - - - 1 3 9 3 2<br />Ageratum conyzoides 5 - 3 3 3 7 3 - 1<br />Cleome rutidosperma 9 4 8 - - - - 4 -<br />Paspalum conjugatum 6 6 6 - - - 2 - 1<br />Asystasia intrusa - - - - - - - - 1<br />Cyperus kyllingia 3 - - - - 4 3 - 1<br /><br />Seed bank pada tanah kelapa sawit<br />Nama Gulma Tanah Jagung<br />0-2 cm 2-5 cm 5-10 cm<br />1 2 3 1 2 3 1 2 3<br />Phylanthus niruri 1 - 4 10 3 5 3 - -<br />Cyperus rotundus - - - - - - - 4 -<br />Ageratum conyzoides 1 2 - 8 2 - 3 - -<br />Cleome rutidosperma - - - 4 5 3 5 1 3<br />Paspalum conjugatum - - - 2 5 1 - 3 -<br />Asystasia intrusa - 1 - - - - 1 - -<br />Cyperus kyllingia 2 - 1 4 - 5 2 - 1<br />Nama Gulma Tanah Jagung<br />0-2 cm 2-5 cm<br />1 2 3 1 2 3<br />Phylanthus niruri 6 3 - 4 - 4<br />Cyperus rotundus - - 1 - 2 -<br />Ageratum conyzoides - 1 - - - -<br />Cleome rutidosperma 3 - 2 - - 3<br />Paspalum conjugatum - - 1 1 - -<br />Cyperus kyllingia - 1 - - - 1<br />Seed bank pada tanah pinggir jalan tanpa tanaman<br /><br />Pembahasan<br />Dari hasil percobaan didapat bahwa gulma Cyperus rotundus mendominasi hampir seluruh gulma di areal tanah jagung. Cyperus berkembang dapat melalui biji dan bagian vegetatifnya. Bagian vegetatif ini akan dengan cepat mengembangkan teki sehingga penyebarannya dapat cepat terjadi.hal ini sesuai literatur Barus (2003) Perkembangan gulma sangat cepat dan mudah, baik secara genetatif maupun vegetatif. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di bagian tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.<br /><br />Dari percobaan dapat dilihat bahwa jumlah seed bank yang paling sedikit adalah pada Asystasia intrusa. Bahkan pada tanah dipinggir jalan yang tidak ada tanamannya, Asystasia intrusa tidak menjadi salah satu jenis gulma di tanah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa biji Asystasia memiliki masa dormansi yang lama. Menurut Sukman dan Yakup (1992) kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan hidup (longevity) dalam tanah.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Barus, E., 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Efektivitas dan Efiseiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius, Yogyakarta.<br />Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<br />Sukman., Y dan Yakup, 1992. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.<br /><br /><br />PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA<br /><br /><br />Sthefani Melkasari/070301065<br />Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada tanggal 19 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk mencatat kemampuan sejumlah gulma untuk muncul dari kedalaman yang berbeda-beda. Percobaan tersebut menggunakan 2 faktor perlakuan yaitu faktor 1 adalah jenis gulma S1 Amaranthuss sp., S2 Asystasia intrusa. Sedangkan faktor kedua adalah K. K1 0 cm, K2 1 cm, K3 5 cm, K4 15 cm. Dari percobaan diperoleh bahwa gulma yang banyak tumbuh adalah pada kedalaman 15 cm yaitu jenis gulma Amaranthus sp..<br />Kunci : Perkecambahan, Kedalaman tanah, Gulma.<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />Kedalaman pembenaman memberikan jumlah perkecambahan yang berbeda. Biji pada permukaan tanah dan biji yang dibenam sedalam 3, 8, 15 dan 23 cm akan memberikan perkecambahan masing-masing 30 %, 62 %, 60 %, 52 % dan setelah 12 bulan tidak tampak perubahan viabilitas pada biji yang dibenamsedalam 23 cm, tetapi bila pembenaman biji diangkat ke atas permukaan tanah perkecambahannya 7% saja (Moenandir, 1993).<br /><br />Biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah. Bila dormansi diperpanjang waktunya akan mengalami imbibisi sehingga jaringan embrio menjadi rusak. Dalam biji terimbibisi ini daya perkecambahan biji masih tetap tinggi (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).<br />Faktor tanah yang turut menentukan distribusi gulma antara lain : kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, unsur-unsur makanan dalam tanah dan lain-lain. Umumnya gulma mempunyai kemampuan bersaing yang cukup baik pada semua mcam tipe tanah. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah (Sukman dan Yakup, 1995).<br /><br />BAHAN DAN METODE<br /><br />Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada tanggal 19 November 2009. Percobaan ini menggunakan polibag sebagai media tanam, tanah yang steril sebagai media tanam, benih Asystasia intrusa dan Amaranthus sp. sebagai objek pengamatan, label untuk menandai polibag. Dalam percobaan ini polibag diisi ¾ tanah yang steril dan benih tersebut diletakkan di atasnya sesuai dengan perlakuan dan diberi label untuk menandai perlakuan serta ulangannya. Diamati gulma apa saja yang tumbuh setiap hari sampai pengamatan terakhir dan dicatat datanya.<br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />Hasil<br /><br />ama Gulma Perlakuan<br />S1K0 S1K1 S1K2 S1K3 S1K4<br />1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3<br />Amaranthus sp. 10 5 10 6 3 4 - 3 - 6 5 5 10 14 16<br />25 13 3 16 40<br />Nama Gulma Perlakuan<br />S2K0 S2K1 S2K2 S2K3 S2K4<br />1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3<br />Asystasia intrusa 5 8 7 1 2 3 - 2 - - 1 2 2 1 1<br />20 6 2 3 4<br /><br />Pembahasan<br /><br />Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data bahwa benih Amaranthus sp. lebih dominan pada setiap kedalaman tanah dari pada Asystasia intrusa. Hal ini dikarenakan benih Amaranthus sp. memilki ketahanan untuk bertahan hidup pada setiap kedalaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1991) yang menyatakan bahwa kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah.<br /><br />Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data, ada gulma yang tidak dapat tumbuh pada suatu kedalaman. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor yaitu dari benih tersebut yang sudah ketuaan, atau karena faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Tjitrosoedirjdo,dkk (1984) yang menyatakan bahwa biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah.<br /><br />KESIMPULAN<br /><br />1. Benih gulma yang paling banyak tumbuh adalah Amaranthus sp. dan yang paling sedikit benih gulma Asystasia intrusa.<br />2. Benih gulma Amaranthus sp. paling banyak tumbuh pada kedalaman K4 yaitu kedalaman 15 cm sebanyak 40.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Moenandir. 1993. Ilmu Gulma Dalam sistem Pertanian Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<br />Sukman, Y., dan Yakup., 1995, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<br />Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta.</div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-69020451689622255042009-10-02T08:00:00.000-07:002009-10-14T08:29:59.864-07:00vitamin cPENDAHULUAN<br /><br />Latar Belakang<br /> Vitamin adalah molekul organik sederhana yang diminta oleh tubuh. Vitamin bukan karbohidrat, protein maupun lipid. Tubuh tidak dapat mensintesis vitamin-vitamin. Karena larut dalam air, vitamin C mudah diserap dalam usus halus, dari mana ia langsung masuk ke dalam darah vena porta ke hati dan dari sana ke seluruh tubuh. Vitamin ini disimpan dalam banyak jaringan, tetapi terutama banyak sekali dalam organ yang berhubungan dengan aktivitas metabolism (Tarrant, 1989).<br />Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation (GSH). Peranan asam askorbat sebagai koenzim belum dapat dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun (Sulaiman, 1995).<br /> Vitamin C memiliki sifat yang larut dalam air dan mudah rusak oleh panas udara, alkali enzim, stabil pada suasana asam. Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C antara lain pendarahan ringan. Sedangkan gejala yang berat antara lain gigi rontok, luka pada gusi, luka sukar sembuh dan tulang mudah patah. Vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, arbei, kangkung, kentang, cabai, selada hijau dan jambu biji(Baliwati dan Ali, 2002).<br /> Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel. Keadaan kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan eritrosit dan pada pembentukan tulang dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting pada respirasi jaringan. Pada umur 1 tahun, umumnya anak sudah dapat diet yang lebih bervariasi hingga angka kejadian menurun. Gejala-gejala yang menonjol:<br />1. Cengeng/mudah marah<br />2. Rasa nyeri pada tungkai bawah<br />3. Pseudoporolisis tungkai bawah, sedangkan tungkai atas jarang terserang (Supariasa, 2001).<br />Sumber vitamin C adalah buah-buahan segar terutama buah jeruk dan sayuran. Fungsinya yang pasti tidak diketahui, kecuali bahwa askorbat ikut berperan pada kerja enzim-enzim prolil dan lisil hidrolakse serta pehidroksifenil-piruvat oksidase, dan pada pembentukan nondrenalin. Kebutuhan orang dewasa 60 mg lebih banyak dalm laktasi, 35 – 45 mg untuk bayi dan anak-anak. Peningkatan kebutuhan dapat terjadi karena stress (Robert, 1977).<br /> Vitamin C pertama-tama diisolasi oleh Szent Gyorgy (1928) dari jeruk, kol dan adrenal korteks. Ia namakan senyawa tersebut asam heksuronik karena molekulnya mempunyai enam karbon dan mempunyai sifat mereduksi. Vitamin C adalah derivate heksosa dan cocok digolongkan sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk Kristal berwarna putih, sangat larut dalam air dan alcohol. Vitamin C stabil dalam keadaan erring tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan apalagi dalam suasana basa (Suharjo, 1987).<br /><br />Tujuan Percobaan<br /> Untuk mengetahui kadar vitamin C pada masing-masing bahan dengan pengaru berbagai perlakuan terhadap kadar vitamin C pada masing-masing bahan secara kualitatif.<br /><br />Kegunaan Percobaan<br />- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.<br /><br /><br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br /> Sumber vitamin C secara umum terdapat dalam buah jeruk, sayur-sayur hijau dan buah tomat. Pada buah-buahan ini merupakan sumber vitamin C yang baik. Tubuh makhluk hidup setiap harinya membutuhkan vitamin C dari 25 sampai 30 mg per harinya. Vitamin C dapat juga beracun jika diambil atau dikonsumsi dalam dosis yang besar atau berlebihan, seperti vitamin C, pricipat hasil akhir dari katabolisme yang disebut sebagai asam oxalit (Lal, 2006).<br /> Walaupun asam askorbat pasti banyak diperlukan pada metabolisme, ia dapat disintesis pada berbagai tumbuh-tumbuhan dan pada semua binatang yang diselidiki kecuali manusia dan primata lainnya dan marmut. Jalan dimengerti bahwa sistem pemindahan hidrogen peranan vitamin dalam system yaitu oksidasi tirosin. Salah satu reaksi analitik dipakai untuk vitamin c adalah reduksi kuantitatif zat warna. Vitamin c sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada menumbuk kentang (Harper, 1979).<br />Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:<br />1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur<br />2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu<br />3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan<br />4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C (Poedjiadi, 1994).<br />Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih muda (mentah) lebih banyak mengadung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang vitamin C-nya(Prawirokusumo, 1994).<br />Pada proses penyimpanan yang lama, penambahan, peradangan dan pengerutan akan menurunkan kandungan vitamin C pada bahan makanan, terutama sayuran dan buah-buahan. Kebutuhan vitamin C pada tubuh setiap hari kurang lebih 60 mg. Sumber vitamin C terdapat pada jeruk, tomat, mangga, papaya, bunga kol, bayam, daun papaya dan daun singkong (Auliana, 1994).<br />Iodin dan iodium pada vitamin C digunakan sebagai indicator vitamin C, berperan penting dalam hidroksilisin prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentuk kolagen. Vitamin C merupakan reduktor kuat dan penentuannya dapat ditentukan dengan menggunakan titrasi yang digunakan adalah iodine berdasarkan sifat yang menentukannya. Indikator yang digunakan adalah amilum dengan standarisasi iodine yaitu 1 ml 0.01 N dan iodine ekivalen 0.8 asam askorbat (Poedjiadi, 1994).<br /><br /><br />BAHAN DAN METODE PERCOBAAN<br /><br />Bahan <br /><br />- Buah pir yang tidak didinginkan<br />- Buah pir yang didinginkan<br />- Jeruk sunkist.<br />- Jeruk manis.<br />- Jeruk purut<br />- Jerul nipis.<br />- Jeruk kesturi.<br />- Nenas masak.<br />- Apel merah.<br />- Apel hijau.<br />- Jambu biji masak.<br />- Jambu biji mentah.<br />- Jengkol.<br />- Petai.<br />- Semangka.<br />- Air.<br /><br />Reagensia<br /><br />- I2 ( Iodium ) 0,01 N<br />- NaOH ( Natrium hidroksida )<br />- Pati 1 %<br />- Phenophtalin ( PP ) 1 %<br /><br />Alat <br /><br />- Tabung reaksi<br />- Gelas ukur<br />- Pipet tetes<br />- Pipet skala<br />- Beaker glass<br />- Erlenmeyer<br />- Kertas saring<br />- Corong<br />- Mortal<br />- Biuret<br />- Timbangan<br />- Pisau<br />- Serbet<br /><br />Prosedur Percobaan<br /><br />- Dikupas buah (triming dipisahkan dengan dari kulit dan bijinya).<br />- Dicuci bersih.<br />- Dihaluskan dengan mortar.<br />- Dtimbang masing-masing 5 gr.<br />- Dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambah air sampai volume 100 ml<br />- Disaring dan diambil filtratnya 10 ml sebanyak dua bagian <br />- 10 ml filtrat yang pertama + pati 1 % sebanyak 2 – 3 tetes untuk menguji kadar vitamin C <br />- 10 filtrat lainnya + pp 1% sebanyak 2 – 3 tetes untuk menguji total asam<br />- Dititrasi filtrat I dengan I2 sampai berwarna merah.<br />- Dicatat volume titrasinya<br />- Dititrasi filtrat II dengan NaOH sampai berwarna merah.<br />- Dicatat volume titrasinya<br />- Dihitung kadar vitamin C ( KVC ) dengan rumus : <br /> KVC = ml I2 0,01 x 0,08 x fp x 100<br /> Berat contoh<br />- Dihitung % total asam ( TA ) dengan rumus :<br />%TA = %NaOH x N NaOH x fp x BM asam dominan x 100%<br /> Berat contoh x 1000 x valensi <br /><br /> <br />HASIL DAN REAKSI<br /><br />Hasil<br /><br />No Nama Bahan KVC % TA<br />1. Buah pir yang tidak didinginkan 5,632 6,7<br />2. Buah pir yang didinginkan 8,272 0,134<br />3. Jeruk Sunkist 1425,6 27,13<br />4. Jeruk manis 1281,6 6,88<br />5. Jeruk purut 140,8 11,284<br />6. Jerul nipis 12,32 8,19<br />7. Jeruk kesturi 15,86 0,1<br />8 Jambu biji masak 162,14 61,64<br />9. Jambu biji mentah 126,88 29,48<br />10. Jengkol 7,04 8,8<br />11. Petai 8,8 -<br />12. Nenas Mentah 8,8 0,0182<br />13. Nenas masak 12,32 0,02184<br />14. Apel hijau 176 0,67<br />15. Apel merah 158,4 2,68<br />16. Semangka 14 2,18<br /><br />Perhitungan<br /><br />Pir yang didinginkan<br />Pir yang tidak didinginkan <br />Jeruk Sunkist; <br />Jeruk Manis; <br />Jeruk Purut; <br />Jeruk Nipis; <br />Jeruk Kesturi; <br />Jambu Biji Masak; <br />Jambu Biji Mentah; <br />Jengkol; <br />Petai; <br />Nenas Mentah; <br />Nenas Masak; <br />Apel Hijau; <br />Apel Merah; <br />Semangka; <br /><br /> <br />Reaksi<br /><br />Reaksi vitamin C dengan iodine<br /><br /> O=C-H O=C-H<br /> <br />HO-C HO-C-I<br /> <br />HO-C-H O + I2 HO-C-I + H2O<br /> <br /> H-C H-C-OH<br /> <br /> H-C-OH H-C-OH<br /> <br />H2-C-OH H2-C-OH<br /><br />Reaksi Asam Malat<br /><br /> O=C O=C-OH<br /> <br />HO-C-H HO-C-Na<br /> <br />HO-C-H O + PP+ NaOH HO-C-H + H2O +NaOH (pink)<br /> <br /> H-C H-C-OH<br /> <br /> H-C-OH H-C-OH<br /> <br />H2-C-OH H2-C-OH<br /><br />Asam Sitrat<br /><br /> COOH COONa<br /><br /> CH2 CH2<br /><br />H2O C COOH+PP+NaOH HO C COOH+2H2O+NaOH(sisa)pink<br /><br /> CH2 CH2<br /><br /> COOH COONa<br /> <br />Asam Jengkolat<br /><br /> H H<br /><br />COOH C H2C S C2H2 S CH2 C COOH (PP 1%)<br /><br /> NH3<br /><br /> O H O <br /> <br /> NaOH C C CH2 S CH2 S CH2 C C + H20<br /><br /> CH2 NH3 NH4 ON4 <br /><br />PEMBAHASAN<br /><br /> Pada percobaan digunakan bahan dari buah-buahan yang telah diketahui banyak mengandung vitamin. Vitamin C tidak dapat ditimbun, oleh karena itu bila kelebihan akan terus dikeluarkan lewat urine sehingga vitamin C bersifat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan literatur Baliwati dan Ali (2004) yang menyatakan bahwa vitamin C memiliki sifat-sifat yang larut dalam air dan mudah rusak oleh panas udara, alkali enzim, dan stabil pada suasana asam. Dan vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, arbei, kangkung, kentang, cabai, selada hijau dan jambu biji.<br />Dari hasil percobaan diperoleh bahwa vitamin C yang ditambahkan dengan pati 1% sebanyak 4 tetes dan dititrasi dengan Iodine akan menghasilkan warna hitam permanen. Ini karena iodine dan iodium merupakan indikator. Hal ini sesuai dengan literatur Poedjiadi (1994) yang menyatakan bahwa penentuan vitamin C dapat ditentukan dengan titrasi iodine berdasarkan sikap yang menentukan bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodine. Indikator yang digunakan adalah amilum dengan standarisasi larutan dengan iodine yaitu 1 ml 0.01 N dan iodine ekivalen 0.8 asam askorbat.<br />Dari hasil percobaan diketahui bahwa jeruk sunkist mempunyai KVC 1425.6 mg dan % TA sebesar 27.13%. Jambu biji masak mengandung KVC 162.14 mg dan % TA sebesar 61.64%. Jambu biji mentah mengandung KVC 126.88 mg dan % TA 29.48%. KVC nenas mentah adalah 8.8 mg dan % TA 0.0182 %. KVC nenas masak adalah 82.32 mg dan % TA 0.02184%. Ini membuktikan bahwa KVC buah mentah yang lebih tinggi daripada KVS buah masak. Hal ini sesuai dengan literatur Lal (2000) yang menyatakan bahwa sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan, terutama pada buah segar. Buah yang masih mentah lebih banyak mengandung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang kadar vitamin C-nya.<br />Dari hasil percobaan pada buah pir yang tidak didinginkan memiliki kadar vitamin C yang paling tinggi dengan hasil 8,272. Hal ini disebabkan buah pir tersebut belum teroksidasi dengan komponen lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harper (1979) yang menyatakan bahwa vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran.<br /> Dari hasil percobaan diketahui bahwa vitamin C dapat dirusak oleh pemanasan. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Prawirokusumo (1994) yang menyatakan bahwa disamping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah.<br /> Dari hasil percobaan antara buah nenas segar dengan buah nenas layu didapat bahwa kandungan vitamin C yang paling tinggi terdapat pada nenas yang layu. Hal ini disebabkan karena belum teroksidasi dan terhambat akibat antara lain suhu rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1994) yang menyatakan bahwa oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah.<br /> Pada percobaan reaksi Iodine dengan vitamin C yang sebelumnya ditambahkan pati untuk menguji kadar vitamin C diperoleh hasil larutan dengan warna hitam permanen. Hal ini menunjukkan bahwa buah yang mempunyai kadar vitamin C yang tinggi dengan penambahan senyawa lain. Hal ini sesuai dengan literatur Sulaiman (1995) yang menyatakan bahwa asam askorbat suatu reduktor kuat dan bentuk teroksidasi mudah direduksi dengan berbagai reduktor.<br /> Sifat vitamin C adalah:<br />1. Dalam bentuk kristal tidak berwarna<br />2. Larut dalam air dan sedikit larut dalam asetat atau alkohol yang mempunyai berat<br />3. Stabil pada pH rendah<br />4. Merupakan reduktoor kuat<br />5. Mudah teroksidasi<br />Fungsi vitamin C adalah:<br />1. Untuk membantu pembentukan kolagen interseluler<br />2. Untuk membantu proses hidrositasi dua asam amino prolin dan lisin<br />3. Untuk membentuk semua jaringan tubuh<br />Rumus struktur asam askorbat<br /> OH<br /> O │<br /> O CH─CH2OH<br /> C C <br /> H<br /> C═C<br /> <br /> HO OH<br /><br />Rumus bangun vitamin C<br />O = C<br />HOC O<br />HOC<br />H C<br />HOC – H<br />H2COH<br /><br /><br />KESIMPULAN<br /><br />1. Dari hasil percobaan diketahui bahwa KVC pir yang didinginkan adalah 5.632 dengan % TA = 6.7% dan KVC pir yang tidak didinginkan adalah 8.272 dengan % TA = 0.134%<br />2. Dari hasil percobaan diketahui bahwa KVC jambu biji masak adalah 162.14 dengan % TA = 61.64% dan KVC jambu biji mentah adalah 126.88 dengan % TA = 29.48%<br />3. Dari hasil percobaan diketahui bahwa buah yang ditambahkan dengan pati 1 % dan dititrasi dengan iodine akan menghasilkan warna hitam permanent.<br />4. Dari hasil percobaan diketahui bahwa KVC tertinggi adalah pada jeruk sunkist yaitu 1425.6 dan terendah adalah pada buah pir yang didinginkan yaitu 5.632.<br />5. Dari hasil percobaan diketahui bahwa %TA tertinggi adalah pada jeruk sunkist yaitu 61.64% dan terendah adalah pada nenas mentah yaitu 0.082%.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Auliana, R., 1994. Gizi dan Pengolahan Lahan. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.<br />Baliwati, Y.F dan Ali, K., 2002. Penilaian Status Gizi.<br />Harper, H.A., 1979. Biokimia. Diterjemahkan oleh Martin M. EGC, Jakarta.<br />Lal, H. 2000. Biochemistry for Dental Students. CBS Publishers and Distributor, New Delhi.<br />Poedjiadi, A., 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.<br />Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.<br />Robert, W.M., 1977. Biokimia. Airlangga University Press, Semarang.<br />Suharjo, 1987. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius, Jakarta.<br />Sulaiman, A.H., 1995. Biokimia untuk Pertanian. USU-Press, Medan<br />Supariasa, I.D.N., 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.<br />Tarrant, 1989. Basic Collage Chemistry. Harper and Row Publisher, London.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-63253845089927052992009-10-02T07:57:00.001-07:002009-10-14T09:04:42.769-07:00proteinPENDAHULUAN<br /><br />Latar Belakang<br /><br />Protein merupakan polipeptida besar yang terdapat dalam semua jasad hidup. Berbagai jenis protein memiliki runtunan asam aminonya sendiri-sendiri. Sifat protein tergantung pada konformasi rantai protein itu, yaitu bagaimana rantai asam amino melipat dan menata diri dalam ruang (Wilbraham dan Matta, 1992). <br />Sintesis protein merupakan proses perangkaian asam-asam amino sehingga membentuk suatu rantai yang panjang. Rantai asam amino ini disebut polipeptida. Molekul protein dapat terdiri dari 1 atau lebih rantai polipeptida dimana masing-masing rantai polipeptida terdiri dari satuan unit asam amino (Lakitan, 2004).<br />Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalis yang tak berwarna, larut dalam air (kecuali siotin dan tirosin) mereka pada umumnya larut dalam alkohol encer, tidak larut dalam alkohol absolut atau dalam ester atau dalam pelarut-pelarut organik yang umum. Ada sejumlah asam amino seperti; glisin, alanin, serin, mempunyai rasa yang manis. Glutamat mempunyai rasa gurih, sedangkan asam-asam encer lainnya merupakan rasa pahit (Sastromidjojo, 2005).<br />Asam-asam amino diperlukan baik dalam gizi (nutrisi) binatang maupun. Akan tetapi, sedangkan binatang biasanya mendapat suplai senyawa. Senyawa ini dan tumbuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Percobaan-percobaan pemberian makanan telah menunjukkan bahwa pada binatang, asam-asam amino yang digunakan untuk membangun protein dapat dibagi dalam dua kelompok yang esensial dan yang non esensial (Titrosomo, 1990).<br /><br />Tujuan Percobaan<br /><br />Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat dari protein.<br /><br />Kegunaan Percobaan<br /><br />- Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.<br /> <br /><br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br /> Protein adalah polimer yang termasuk unit aminoacyl yang bergabung dengan formasi amida atau peptida. Kira-kira 20 asam amina yang ada dalam unit monomatik dalam suatu protein. Dalam ilmu pengetahuan pH dalam sistem mamalia diptutorasi. Ini merupakan spesies yang disebut ion zwitter (Cunningham, 1991).<br /> Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim (dehidrogenesis lanases), protein storage, (persitrin,myogobblin), protein basa (DNA-protein, hormon peptida), protein struktural (calogen, proteglicans), protein pelindung (faktor darah, immuglobin), protein transport (hemoglobin, plasma, lipoprotein) dan protein karakteristik atau matil (hemoglobin, plasma lipopsetein) dan (aktin, tubulin) (Muray et all, 1996). <br /> Banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal, meskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang susah. Beberapa enzim antara lain, tripsin, pepsin, katalase dan urease telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal. Albumin pada suatu telur sukar dikristalkan. Proses kristalisasi protein sering dilakukan dengan jalan penambahan garam amonium sulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan PH pada titik isolistriknya (Poedjadi, 1994).<br /> Kebanyakan protein memiliki jumlah yang besar pada kelompok inisiasi. Asam amino, trinin N dan C dan kadang-kadang ada pada kelompok lain. Mungkin atau tidak ada kelompok partikular yang membawa nilai tergantung dari Pka dan hubungannya dengan pH. Pada pH terendah ada banyak charge positif daripada yang negatif, protein cationic dan pemindahan electroda negatif (katoda) pada suatu elektrik (Ottaway and Apss, 1994).<br /> Secara kasar protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan:<br />- Protein serat (protein struktural), yang membentuk kulit, otot, dinding pembuluh darah, dan rambut, terdiri dari molekul panjang mirip benang yang erat dan tidak larut.<br />- Protein globular, yang membentuk agak bulat karena rantai-rantai melipat bertumpukan. Protein globular larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu organisme.<br />- Protein konjugasi, yang dihubungkan kesuatu bagian non protein seperti misalnya gula, melakukan berbagai fungsi dalam seluruh tubuh.<br />(Fessenden dan Fessenden, 1995).<br /> Larutan protein daalam air terbentuk sol yang suka air atau sol hidrofil, sehingga disamping mempunyai muatan yang berubah dengan perubahan pH. Partikel-partikel protein sangat stabil. Untuk mengumpulkannya dapat dilakukan dengan menambahkan alkohol untuk menarik selubung air (dehidrasi) terjadi pada titik isolatik, sebab saat itu protein tidak bermuatan listrik (Sulaiman, 1997).<br /> <br /><br />BAHAN DAN METODE<br /><br />Tempat dan Waktu<br /><br /> Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut yang dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 29 Agustus 2008 sampai dengan selesai.<br /><br />Bahan <br /><br /> - Telur puyuh<br /> - Telur ayam eropa<br /> - Telur ayam kampung<br /> - Telur bebek<br /> - Urine<br /> - Kasein<br /><br />Regensia<br /><br /> - NaOH 0,1 N<br /> - CuSO4 0,1 N<br /> - AgNO3 0,1 N<br /> - (NH4)2SO4 0,4 N<br /> - CH3COOH 6 %<br /> - CH3COOH 36 %<br /> - HNO3 65 %<br /> - Pb(CH3COOH)2 0,1 N<br /> - MgSO4 0,1 N<br /> - K2CrO4 0,1 N<br /> - NH4OH 0,1 N<br /> - Alkohol 96 %<br /> - Reagen Molish (C6H10O)<br /><br />Alat<br /><br /> - Masker<br /> - Sarung tangan <br /> - Kompor listrik<br /> - Botol kocok<br /> - Erlemeyer<br /> - Tabung reaksi<br /> - Pipet tetes<br /> - Pipet skala<br /> - Beaker glass<br /> - Rak tabung reaksi<br /> - Serbet<br /> - Pulpen<br /> - Penggaris<br /> - Brus tabung<br /> - Bunsen<br /> - Penjepit tabung<br /><br />Prosedur Percobaan <br /><br />a. Reaksi Biuret<br />- Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.<br />- Ditambahkan 1cc NaOH 2 N, 3cc CuSO4 0,1 N.<br />- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.<br />b. Reaksi Xantoprotein<br />- Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa,bebek dan puyuh.<br />- Ditambahkan 10 tetes HNO3 65 % dan 1cc NH4OH 0,1 N.<br />- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.<br />c. Reaksi Molish<br />- Dambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.<br />- Ditambahkan reagent molish 2cc HNO3 65 % dengan reksi dinding.<br />- Dilakukan observasi visual pada masing-,masing tabung.<br />- Pengendapan dengan Asam Kuat <br />- - Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.<br />- Ditambahkan 1cc HNO3(p). <br />- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung<br />e. Reaksi Logam Berat <br /> 1. Reaksi AgNO3<br />- - Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh. <br />- Ditambahkan 1cc AgNO3 0,1 N.<br />- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.<br /> 2. Reaksi dengan Pb(CH3COOH)2<br />- Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.<br />- Ditambah 1cc Pb(CH3COOH)2 0,1 N.<br />- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.<br />f. Salting Out<br />- Diambil 4 tabung reaksi diisi 2cc contoh bahan.<br />- Diisi 1cc (NH4)SO4, 1cc MgSO4 0,1N, 1cc K2CrO4 0,1N dan 1cc alkohol 96 %.<br />- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung dengan contoh yang berbeda.<br />g. Kasein<br />- Diambil casein secukupnya, lalu ditambahkan 2cc NaOH 0,1N dan diaduk.<br />- Dilakukan observasi visual pada tabung.<br />h. Pembuktian pada Urine<br />- Diambil 4 tabung reaksi masing-masing diisi 3cc urine.<br />- Tabung 1 ditambahkan 3 tetes CH3COOH 6 %.<br />- Tabung 2 ditambahkan 3 tetes CH3COOH 36 %.<br />- Dipanaskan dan diamati.<br /><br /><br />HASIL DAN REAKSI<br /><br />Hasil<br /><br />NO BAHAN PEREAKSI OBSERVASI KET<br />1 Biuret<br />2 cc albumin tlr aym kpng<br />2 cc albumin tlr aym eropa<br />2 cc albumin tlr bebek<br />2 cc albumin tlr puyuh <br />1 cc NaOH 2 N<br />+<br />3 cc CuSO4 0.1 N <br />Warna ungu<br />Warna ungu<br />Warna ungu<br />Warna biru muda dan menggumpal <br /><br />Diamati<br />2 Xanthoprotein<br />2 cc albumin tlr aym kpng<br />2 cc albumin tlr aym eropa<br />2 cc albumin tlr bebek<br />2 cc albumin tlr puyuh <br />10 tetes HNO3<br /> 65 %<br />+<br />1cc NH4OH <br />0.1 N <br />Warna kuning<br />Menggumpal putih, ada gas<br />Warna kuning<br /><br />Warna kuning muda, ada busa,<br />telur menggumpal <br /><br />Diamati<br />3 Molish<br />2 cc albumin tlr aym kpng<br />2 cc albumin tlr aym eropa<br />2 cc albumin tlr bebek<br />2 cc albumin tlr puyuh <br /><br />Reagen molish<br />2 cc HNO3 65 % <br />Merah bata,ada endapan kuning Menggumpal putih<br />Warna kuning<br /><br />Timbul gelembu-ng, sedikit menggumpal,warna<br />kuning kecoklatan, ada busa <br /> <br />Diamati<br />4 Asam Kuat<br />2 cc albumin tlr aym kpng<br />2 cc albumin tlr aym eropa<br />2 cc albumin tlr bebek<br />2 cc albumin tlr puyuh <br /><br />1 cc HNO3 (p) <br />Warna kuning<br />Telur menggumpal<br />Warna putih<br />Telur menggumpal berwarna kuning, ada sedikit busa <br /><br />Diamati<br />5 Logam Berat<br />a. Dengan AgNO3<br />2 cc albumin tlr aym kpng<br />2 cc albumin tlr aym eropa<br />2 cc albumin tlr bebek<br />2 cc albumin tlr puyuh<br />b.Dengan Pb(CH3COOH)2<br />2 cc albumin tlr aym kpng<br />2 cc albumin tlr aym eropa<br />2 cc albumin tlr bebek<br />2 cc albumin tlr puyuh <br /><br />1cc AgNO3 0.1 N<br /><br />1 cc Pb(CH3COOH)2 0.1 N<br /> <br />Gumpalan abu-abu<br />Endapan putih<br />Gumpalan warna pink<br />warna abu-abu, agak menggumpal<br />Warna putih<br />Endapan putih<br />Warna putih<br />Warna putih seperti kapur bagian atas <br /><br />Diamati<br />6 Salting Out<br />2 cc albumin tlr aym kpng<br />2 cc albumin tlr aym eropa<br />2 cc albumin tlr bebek<br />2 cc albumin tlr puyuh <br />1 cc (NH4)2SO4 0.4 N<br />1cc MgSO4 0.1 N<br /><br />1 cc K2CrO4 <br />0.1 N<br />1cc Alkohol 96 % <br />Warna kuning telur<br />Kuning, putih bening<br />Warna kuning<br />arna kuning dan putih <br /><br />Diamati<br /><br />7 Kasein NaOH 0.1 N Endapan putih Diamati<br />8 Urine<br />Urine CH3COOH Tidak ada<br />Tidak ada Dipa- naskan<br /><br />Reaksi<br /><br />1. Reaksi Biuret<br /> H O NH2 <br /> | || |<br />H2N – C – C – 0H + CuSO4 C + Cu(OH)2<br /> | |<br /> R C=O biru tua<br /> |<br /> NH2<br /><br />2. Reaksi Xanthoprotein<br /><br /> H O O<br /> | || ||<br />H2N – C – C – 0H + HNO3 (p) R – CH – C - OH<br /> | | <br /> R NH3ON3 <br /><br /> Kuning<br /><br />3. Reaksi Molish<br /><br /> H O <br /> | || <br />H2N – C – C – 0H + <br /> | |<br /> R R-C-NH2<br /> |<br /> C=O<br /> |<br /> OH <br /> <br />4. Reaksi Pengendapan dengan Asam Lemak<br /><br /> H O H O<br /> | || | || <br />H2N – C – C – 0H + HNO3 (p) R – C – C – ONO3 + H2O<br /> | | <br /> R NH2 <br /> gumpal<br /><br /> <br />5. Reaksi Logam Berat<br /><br /> H O H O<br /> | || | || <br /> H2N – C – C – 0H + CuSO4 H2N – C – C – OCu + H2SO4<br /> | | <br /> R R <br /> gumpal<br /><br /> <br /> H O H O O H<br /> | || | || || | <br /> H2N – C – C – 0H + AgNO3 H2N – C – C C – C –NH2 + NO2 + H2O<br /> | | O-Ag-O | <br /> R R R <br /> Gumpal<br /><br /><br /> H O H O O H<br /> | || | || || | <br />H2N – C – C–0H + Pb(CH3COO)2H2N– C – C C – C – NH2 + CH3COOH <br /> | | O-Pb-O | <br /> R R gumpal R <br /><br />6. Salting Out<br /><br /> <br /> Elektrolit<br /><br />7. Kasein<br /> H O H O <br /> | || | || <br />R – C – C + NaOH R – C – C + H2O <br /> | | | | <br /> NH2 OH NH2 ONa <br /><br />8. Urine<br /> H O H O <br /> | || | || <br />R – C – C + CH3COOH R – C – C + CH3OH<br /> | | | | <br /> NH2 OH NH2 OH <br /><br />PEMBAHASAN<br /><br /> Diketahui bahwa protein dapat diklasifikasikan yaitu yang salah satunya protein globular, yaitu pada percobaan yang telah dilakukan diketahui albumin pada telur sedikit menggumpal karena rantai-rantai melipat bertumpukan dan protein globular larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu organisme. Hal ini sesuai literatur Fessenden dan Fessenden (1995), bahwa secara kasar protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan. Protein globular yang membentuk agak bulat karena rantai-rantai melipat bertumpukan. Protein globular larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu organisme.<br /> Pada percobaan reaksi biuret, larutan albumin dicampurkan dengan NaOH 2 N dan CuSO4 0,1 N akan menghasilkan gumpalan birun (mengkristal) yang menunjukkan adanyagugusan asam amino dan albumin pada telur mudah dikristalkan. Hal ini sesuai dengan literatur Poedjadi (1994), bahwa banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal, mskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang sukar.<br /> Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat protein adalah protein tidak dapat larut dalam basa atau asam, dapat menggumpal jika ditambahkan alkohol dan jika dipanaskan tetapi bila didinginkan maka akan membentuk gel yang umumnya bersifat elastis (kenyal) dan tidak dapat kembali menjadi sol. Sifat yang unik dari protein yaitu sebagai pembawa gugus penting seperti oksigen, lipid dan sebagai cairan dalam tubuh.<br /> Diketahui bahwa protein mempunyai fungsi yaitu:<br />a. Sebagai sumber bahan bakar dalam tubuh.<br />b. Sebagai sumber energi.<br />c. Sebagai zat pembangun dan pengatur.<br />d. Sebagai zat yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan.<br />Sifat suatu protein dapat ditentukan oleh sifat-sifat asam amino yang menyusunnya karena asam amino bersifat ampoter dan molekul asam amino bersifat/ menunjukkan sifat sebagai ion zwitter, maka protein bersifat ampoter dan ion zwitter.<br />Sifat-sifat asam amino yaitu:<br />• Bersifat optis aktif (mengikat 4 gugus).<br />• Bersifat ampoter (bersifat basa dan asam sekaligus).<br />• Bersifat ion zwitter (bisa bermuatan positif dan negatif dalam air).<br />Protein dapat diklasifikasikan/ dibagi berdasarkan atas:<br />a. Kelarutan<br />b. Bentuk keseluruhan<br />1. protein globular<br />2. protein fibrosa<br />c. Fungsi<br />d. Sifat-sifat fisik<br />e. Struktur 3 dimensi<br /><br /><br />KESIMPULAN<br /> <br />1. Pada reaksi biuret, albumin yang direaksikan dengan NaOH ditambahkan CuSO4 akan menghasilkan gumpalan biru.<br />2. Pada reaksi xantoprotein larutan albumin yang direaksikan dengan NH4OH menghasilkan gumpalan yang berwarna kuning.<br />3. Pada reaksi molish, albumin telur puyuh yang direaksikan dengan reagent molish ditambahkan HNO3 65 % akan menghasilkan atau timbul gelembung seperti air mendidih, telur sedikit menggumpal berwarna kuning kecoklatan dan ada basa.<br />4. Urine yang direaksikn dengan asam asetat (CH3COOH) menghasilkan larutan yang tidak menggumpal sehingga dapat dikatakan pada urine tersebut tidak mengandung protein.<br />5. Kasein yang ditambahkan dengan NaOH 0,1 N menghasilkan gumpalan atau endapan putih.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Cunningham, B. E. 1991. Biochemistry Mecanism of Metabolism. Mc Graw Hill Book Company. New York.<br />Fessenden, R. J dan S. Fessenden. 1995. Kimia organik. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta.<br />Lakitan, B. 2004.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.<br />Murray, R.K; D.K. Grauner; A.P. Grauner, Maye and V.W. Rod Well.1996. Harpers Biochemistry, 24¬¬¬¬¬th Edition. Pretice-hall International Inc. London.<br />Ottoway, J. H and O. K. Apps.1994. Brochemismetry Fourth Editon. The English Book Society and Boilere Tindall. Combedge.<br />Poedjadi, A.1994.Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.<br />Sastroharmidjo, H. 2005.Kimia Organik, Sytreokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.<br />Sulaiman, A. H dan Sinuraya, G. 1994. Biokimia. Untuk Pertanian. USU Press. Medan.<br />Tjiittrosomo, S. S.1990.Botani Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.<br />Wilbraham, A.C.W dan M. S. Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Diterjemahkan oleh Dennis Staley. ITB-Bandung.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-23415569937349839212009-10-02T07:51:00.000-07:002009-10-14T09:24:41.025-07:00lipid (lemak)PENDAHULUAN<br /><br />Latar Belakang<br /><br />Lipid adalah zat organik yang sangat hidrofobik yang berarti bahwa zat – zat tersebut sangat sukar atau sama sekali tidak larut dalam air. Di dalam sel terdapat bermacam jenis lipid tiogari tetapi kita akan memusatkan perhatian kita pada tiga golongan yaitu lemak, fosfolid, dan steroid. Molekul lemak terdiri atas empat bagian : satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Tiap asam lemak terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus karboksil di ujungnya. Molekul gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap gugus hidroksil ini dapat mengadakan interaksi dengan gugus karboksil asam lemak (Willey, 2000).<br />Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang: pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari) (Fessenden dan Fessenden, 1999).<br />Lemak merupakan komponen utama dari membran sistem kehidupan. Dua tipe lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membran memiliki suatu gugusan fosfat dalam strukturnya dan dengan demikian disebut sebagai fosfolipid. Salah satu jenis yang memilki gliserol sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain memilki sfingosin(sfingolipid) (Armstrong, 1995).<br />Seperti karbohidrat, lipid juga tesusun dari atom atom karbon, hidrogen, dan oksigen tatapi lemak selalu memiliki porsi asam hifrogrn yang lebih banyak disbanding pada molkeul karbohidrat. Lemak disintesis dari glioseol dan san – asam lemak Di dalam sel glisrol disintesis dari glukosa . Asam lemak yang palinmg sederhana adalah asam asetat. Gugus asam lemak (-COOH) merupakan ciri dari molekul asam –asam organik (Lakitan, 2004). <br />Pengertian Lipid atau lemak secara umum ialah kelompok zat atau organik yang jika disentuh dengan ujung – ujung jari akan terasa berlemak. Tidak zat atau senaywa yang berlemak dibicarakan di dalam biokimia. Ada kelompok senyawa berlemak yang tidak berfungsi biologi yaitu kelompok lipid petrol oli mesin, oli pelumas, dan gemuk mesin. Kelompok petrol tersebut akan dibicarakan biokimia (Hawab, 2005).<br /><br />Tujuan Percobaan<br /><br />- Untuk mengetahul sifat – sifat lipid secara kualitatif.<br />- Untuk membedakan antara lemak dan minyak. <br />Kegunaan Penulisan<br />- Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal di Laboratorium Biokomia Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. <br /><br />TINJAUAN PUSTAKA <br /><br />Lemak dicirikan dengan ketidaklarutannya didalam air dan kelarutannya di dalam pelarut organik, benda fisik, yang merefleksikan hidrophobiknya, hidrokarbon alami. Lipid meliputi senyawa – senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak. Klasifikasi Lipida dapat dilakukan sebagai berikut : <br />a. Lipid sederhana<br />b. Lipid Majemuk<br />c. Lipid Turunan<br />(Conn and Stumpf, 1963).<br />Ciri khusus dari zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi dalam pelarut – pelarut lemak, yaitu cairan pelarut nonpolar seperti alkohol, khloro eter, aseton, dan sebagainya. Sifat lipid yang tidak larut dalam air mengakui kurang menarik untuk diteliti karena selain nilai ekonomi pelarut lipid tersebut juga ada sifat fisik lain yang tidak menguntungkan yaitu mudah terbakar. Sifat lipid sukar dimurnikan atau dikristalkan walaupun biomolekul lipid tidak sesukar atau serumit karbohidrat atau protein (Hawab, 2005).<br />Istilah Lipida meliputi senyawa – senyawa heterogen termasuk lemak dan minyak umum dikenal di dalam makanan, malam, fosfolipida, sterol, dan ikatana lain sejenis terdapat di dalam makana dan tubuh manusia. Lipida mempunyai sifat yang sama larut dalam pelarut nonpolar, seperti etanol, eter, kloroform dan benzena. Klasifikasi lipida yang penting dalam ilmu gizi menurut komposisi kimia adalah sebagai berikut : <br />a. Lipid sederhana <br />1. Lemak netral = monogliserida, digliserida dan trigliserida (ester asam lemak dengan gliserol).<br />2. Ester asam lemak dengan alcohol berberat molekul tinggi<br />b. Lipid majemuk <br />1. Fosfolipida<br />2. Lipoprotein<br />c. Lipid turunan <br /> 1. Asam lemak<br /> 2. Sterol <br />(Almatsier, 2001).<br />Lipid sederhana dapat dibagi 2 golongan yaitu ester lemak dan gliserol dan ester asam lemak. Lipid majemuk berupa ester asam lemak dengan alcohol yang mengandung gugus contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida0, sulfolipida, aminolipida, protein. Lipid Turunan merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah disebut terdahulu. Termasuk kedalam golongan ini ialah asam lemak, gliserol, steroid, alkohol, aldehida, dan keton. Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, termasuk lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester kolesterol, lilin, dan lain – lain. Telah diisolasi lebih dari 70 macam asam lemak dari berbagai sel dan jaringan. Semuanya berupa rantai hidrokarbon dengan ujungnya berupa gugus karboksil. Rantai ini bisa jenuh atau bisa juga mengandung ikatan rangkap (Girindra, 1993).<br />Fosfolipida terdapat dalam tiap sel hidup, dibentuk di dalam hati dan menempati urutan ke 2 kandungan lipida dalam tubuh. Fosfolipida merupakan trigliserida di mana asam lemak pada posisi karbon ketiga ditempati oleh gugus fosfta dan gugus basa mengandung nitrogen. Gugus basa pada fosfolipida menentukan nama fosfolipida tersebut. Sebagai contoh, fosfatidikolin (lesitin) mempunyai gugus kolin, sedangkan fosfatidilserin mempunyai gugus serin sebagai gugus basanya(Fessenden and Fessenden, 1999).<br />Lipid adalah bentuk yang digunakan untuk menggambarkan kelompok yang besar dan substansi besar yang merupakan kelas dari komponen jaringan dan pentingsebagai bahan makanan. Walaupun kita termasuk komponen grup yang cukup tidak berhubungan di strukturnya, waalaupun begitu mereka melakukan bersama karena mereka memiliki beberapa karakteristik kelarutan (Harrow and Mazur, 1964). <br />Salah satu kelas dari lipid adalah – saponifikasi lipid – terdiri dari komponen yang molekulnya memiliki satu atau lebih grup yang dapat menghidrolisis atau saponifikasi. Sejumlah famili di kelas ini, termasuk lilin, fosfolipid, dan glikolipid. Kelas lipid yang lain – nonsaponifikasi lipid – kekurangan grup yang dapat menghidrolisis atau saponifikasi. Steroid termasuk banyak hormon sex di kelas ini (Wiley and Sons, 1983).<br /><br /><br />BAHAN DAN METODE<br /><br />Bahan : <br /><br />- Buah sawit mentah<br />- Buah sawit masih di tandan<br />- Berondol sawit<br />- CPO<br />- Minyak jagung<br />- Minyak jelantah<br />- Minyak curah<br />- Minyak bimoli<br />- Aquadest<br /><br />Bahan Kimia<br /><br />- Alkohol 95 %<br />- Alkohol 96 %<br />- NaOH 2N dan 0,1N<br />- FeCl3 5%<br />- Na2CO3 0,5%<br />- Phenolphtalein 1%<br /><br />Alat<br /><br />- Pipet tetes<br />- Pipet Skala<br />- Beaker Glass<br />- Tabung Reaksi<br />- Hot Plate<br />- Gelas ukur<br />- Timbangan<br />- Labu Erlenmeyer <br /><br />Prosedur Percobaan<br /><br />A. Hidrolisis Lemak<br />- Diambil 2 ml minyak / lemak dan 2 ml air kemudian masukkan dalam tabung reaksi pyrex.<br />- Diletakkan dalam beaker glass yang berisi air, panaskan hingga mendidih selama 30 menit.<br />- Diangkat dan didinginkan<br />- Diamati terbentuknya gliserol pada tabung reaksi dengan ditandai terjadinya pemisahan dan terbentuknya warna merah yang menandakan gliserol kasar.<br />B. Daya emulsi<br />- Diambil tabung reaksi dengan 1 cc minyak.<br />- Ditambahkan aquadest 2 cc kemudian ditetEsi dengan 8 tetes Na2CO3 0,5%.<br />- Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.<br />C. Uji kelarutan<br />- Diambil 4 buah tabung reaksi dan diisi masing – masing dengan 2 ml minyak / lemak. <br /> Tabung reaksi 1 diisi dengan heksan 2 ml<br /> Tabung reaksi 2 diisi dengan alcohol 96%<br /> Tabung reaksi 3 diisi dengan kloroform 2ml<br /> Tabung reaksi 4 diisi air 2 ml<br />- Semua tabung dikocok kuat dan amati kelarutan nya.<br />D. Reaksi Oksidasi<br />- Diambil 1 tabung reaksi diisi dengan 3 cc minyak.<br />- Ditambahkan dengan aquadest 3 cc, NaOH 2N 3cc dan FeCl3 5% 2 cc.<br />- Dikocok dan dipanaskan 15 menit dalam pemanas air / hot plate.<br />- Diamati perubahan yang terjadi dengan mencium bau.<br />E. Penentuan Asam Lemak Bebas<br />- Diaduk bahan dengan rata untuk cairan, sedangkan untuk bahan padat (berondol sawit) minyak / lemak terlebih dahulu diekstrak dengan diperas lalu diaduk rata.<br />- Ditimbang sebanyak 28 gram dalam Erlenmeyer 250 ml.<br />- Ditambahkan alkohol sebanyak 95% 50 ml dan diaduk lalu dipanaskan hingga mendidih, dan diangkat cepat.<br />- Didinginkan dan ditambahkan 2 ml indikator phenolphthalein (PP)1% <br />- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N hingga warna berubah menjadi merah jambu permanen (tidak hilang selama 30 detik.<br />AlB(%)= ml NaOH X N NaOH X Berat molekul as.lemak x 100%<br /> Berat contoh x 1000<br /><br /> BM asam lemak dominan untuk kelapa sawit (palmitat) = 256<br /> <br /> BM asam lemak dominan untuk lemak sapi (stearat) = 284<br /><br /><br />HASIL DAN PEMBAHASAN<br /><br />Hasil<br /><br />No Bahan Pereaksi Observasi Keterangan<br />1 HIDROLISIS<br />2 ml minyak curah 2 ml AIR Berwarna kuning pucat Dipanaskan saat mendidih selama 30’<br /> 2 ml minyak bimoli Bening (seperti air) <br /> 2 ml minyak jelantah Berwarna merah bata <br /> 2 ml minyak jagung Berwarna putih keruh <br /> 2 ml CPO Berwarna Orange <br />2 Emulsi<br />2 ml minyak curah 2 cc Aquadest<br />+<br />8tetes Na2CO3,5%<br /> Sedikit Kocok<br /> 2 ml minyak bimoli Banyak <br /> 2 ml minyak jelantah Sedikit <br /> 2 ml minyak jagung Sedikit <br /> 2 ml CPO Banyak <br />3 Uji Kelarutan<br />A. 2 ml minyak curah 2 ml Heksana Larut Dikocok kuat<br /> 2 ml minyak bimoli Larut <br /> 2 ml minyak jelantah Larut <br /> 2 ml minyak jagung Larut <br /> 2 ml CPO Larut <br /> B. 2 ml minyak curah 2 ml alkohol Tidak larut Dikocok kuat<br /> 2 ml minyak bimoli Tidak Larut <br /> 2 ml minyak jelantah Tidak Larut <br /> 2 ml minyak jagung Tidak Larut <br /> 2 ml CPO Tidak Larut <br /> C. 2 ml minyak curah 2 ml kloroform Larut Dikocok kuat<br /> 2 ml minyak bimoli Larut <br /> 2 ml minyak jelantah Larut <br /> 2 ml minyak jagung Larut <br /> 2 ml CPO Larut <br /> D. 2 ml minyak curah Air Tidak larut Dikocok kuat<br /> 2 ml minyak bimoli Tidak Larut <br /> 2 ml minyak jelantah Tidak Larut <br /> 2 ml minyak jagung Tidak Larut <br /> 2 ml CPO Tidak Larut <br />4 Reaksi Oksidasi<br />2 ml minyak curah 2 cc Aquadest +<br />3 cc NaOH 2 N<br />+<br />2 cc FeCl3 5%<br /> Tidak berbau <br /> 2 ml minyak bimoli Tidak Berbau <br /> 2 ml minyak jelantah Tidak Berbau <br /> 2 ml minyak jagung Tidak Berbau <br /> 2 ml CPO Tidak Berbau <br /><br />PERHITUNGAN ALB :<br /><br />NO Bahan Jumlah As.lemak bebas<br />1 Buah mentah 1.48<br />2 Buah masih di tandan 1.17<br />3 Berondol 1.95<br />4 CPO 0.92<br />5 Minyak curah 3.584<br />6 Minyak jagung 2.256<br />7 Minyak jelantah 2.048<br />8 Minyak Bimoli 1.024<br /><br />Perhitungan<br />AlB(%)= ml NaOH X N NaOH X Berat molekul as.lemak x 100%<br /> Berat contoh x 1000<br /><br />Minyak Curah ALB(%): 0,7 X 0,1 X 256 X 100% <br /> 5 gr x 1000<br /> : 3,584%<br />Minyak Bimoli : 0,2 x 0,1 x 256 x 100% <br /> 5 gr x 1000<br /><br /> : 1,024%<br /><br />Minyak Jagung : 0,4 x 0,1 x 282 x 100%<br /> 5 gr x 1000 <br /> <br /> : 2,256%<br /><br />Minyak Jelantah : 0,4 x 0,1 x 256 x 100%<br /> 5 gr x 1000 <br /> <br /> : 2,048%<br /><br />CPO : 1,8 X 0,1 X 256 X 100%<br /> 5 gr x 1000<br /> <br /> : 0,92%<br /> <br />Buah mentah : 2,9 x 0,1 x 256 x 100%<br /> 5 gr x 1000<br /> <br /> : 1,48%<br /><br />Buah ditandan : 2,3 x 0,1 x 256 x 100%<br /> 5 gr x 1000<br /><br /> : 1,17%<br /><br />Buah berondol : 3,8 x 0,1 x 256 x 100%<br /> 5 gr x 1000<br /><br /> : 1,95% <br /><br />Reaksi <br /> <br />H2C – O – C17H35<br />|<br />H – C – O - C17H37 + CHCL Larut<br />|<br />HC – O – C17H37<br /><br /><br />H2C – O – C15H33<br />|<br />H – C – O - C15H33 + CHCL3 Larut<br />|<br />HC – O – C15H33<br /><br /><br />H2C – O – C17H35<br />|<br />H – C – O - C17H35 + C2H5O4 <br />|<br />HC – O – C17H35<br /><br /><br />H2C – O – C17H35<br />|<br />H – C – O - C17H35 + C6H14 larut<br />|<br />HC – O – C17H35<br /><br /><br />H2C – O – C17H35<br />|<br />H – C – O - C17H35 + H2O <br />|<br />HC – O – C17H35<br /><br /><br />H2C – O – C15H33<br />|<br />H – C – O - C15H33 + H2O <br />|<br />HC – O – C15H33<br /><br /><br />PEMBAHASAN<br /><br />Dari hasil percobaan diketahui bahwa Lipid memiliki klasifikasi tersendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan Conn and Stumpf (1963) yang menyatakan bahwa istilah lipid meliputi senyawa – senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak. Klasifikasi Lipida dapat dilakukan sebagai berikut : <br />a. Lipid sederhana<br />b. Lipid majemuk<br />c. Lipid Turunan<br />Dari hasil percobaan diketahui bahwa sifat lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam satuan pelarut organik misalnya eter, aseton, dan alkohol. Hal ini disebabkan ketiga senyawa tersebut adalah senyawa non polar sehingga senyawa dapat laut dalam larutan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lehninger (1988) yang menyatakan bahwa lipid adalah semyawa organk yang tidak larut di dalam air, yang terdapat diekstrak sel dan jaringan oleh pelarut non polar seperti kloroform dan eter.<br /><br />KESIMPULAN<br /><br />1. Minyak jelantah direaksikan dengan 2 ml air dan dipanaskan selama 30 menit akan menghasilkan warna coklat.<br />2. Minyak bimoli direaksikan dengan 2 cc aquadest dan 8 tetes Na2CO3 0,5% kemudian dikocok maka larutan dan minyak akan terpisah.<br />3. Minyak curah direaksikan dengan 2 ml alkohol maka tidak larut.<br />4. Minyak jelantah direaksikan dengan 2ml heksana maka akan larut.<br />5. Minyak Jagung direaksikan dengan 2 ml kloroform maka akan larut.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Almatsier, J. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.<br />Armstrong, F. B. 1995. Biokimia edisi ketiga. Penerbit Buku Kedokteran.<br />Conn, E. C and P.K. Stumpf. 1963. Biochemistry. John Willey and sons Inc. Sidney<br />Fessenden, J. R. and Fessenden, J. S. 1998. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.<br />Girindra, A. 1993. BIOKIMIA 1. Penerbit Gramedia. Jakarta<br />Harrow, B. and Mazor, A. 1964. Biochemistry eight edition. W.B.SoUNDERS Camp. London<br />Hawab, H.M. 2005. Pengantar Biokimia. Edisi Revisi. Bayumedia. Medan.<br />Lakitan, B. 2004. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.<br />Tjitrosomo, H. S. S. 1990. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa. Bandung<br />Willey, J. and sons. 1983. Elements of general and Biological Chemistry Seventh edition. New York.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-23556964498142275872009-10-02T07:49:00.000-07:002011-04-01T03:55:55.160-07:00karbohidratPENDAHULUAN<br />
Pendahuluan<br />
Karbohidrat atau arang adalah zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori, walaupun lemak menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi. Karbohidrat banyak di temukan pada serelia ( beras, gandum, jagung, kentang, dan sebagainya ) ( Library USU , 2007 ).<br />
<br />
Karbohidrat tersususun dari 3 jenis unsur, yakni karbon, hidrogen, dan oksigen. Rumus umum karbohidrat adalah ( CH2O )n contoh senyawa karbohidrat adalah gula, pati dan selulosa satuan unit terkecil penyusun karbohidrat adalah monosakarida, atau disebut dengan gula sederhana yang hanya mengandung 3 sampai 7 atom hidrogen ( Lakitan, 1994 ).<br />
<br />
<br />
Karbohidrat terbentuk pada saat prose fotosintesis, sehingga merupakan senyawa perantara awal dalam pengaturan CO2 hidrogen dan oksigen dan cahaya matahari kedalam bentuk hayati. Karbohidrat didefenisikan sebagai polihidroksi aldehid dan keton beserta turunannya. Karbohirat dapat di golongkan ke dalam monosakarida, olgosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat merupakan hidrat suatu karbon Cx (H2O)y berupa polihidroksi aldehid dan keton (Dydra, 2007 ).<br />
<br />
Karbohidarat dikelompokkan menjadi tiga kelompak yakni: monosakarida besrta turunannya, oligosakarida, serta polisakarida higrokopis karbohidrat berpariasi pada struktur isomer dan kemurniannya sedangkan solubilitas karbohidrat akan halnya karbohidrat lengket satu sama lain ( Pangan Plus, 2007 ).<br />
<br />
Tujuan Percobaan<br />
Untuk mengetahui sifat-sifat karbohidrat (monosakarida, disakarida dan polisakarida) secara kualitatif.<br />
<br />
Kegunaan Percobaan<br />
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
TINJAUAN PUSTAKA<br />
Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida, akan berwarna merah – ungu bila larutannya di campur dengan beberapa tetes larutan α-naftol. Dalam alkohol dan di tambahkan asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang batas antara kedua cairan. Sifat ini di pakai sebagai dasar uji kualitatif adanya karbohidrat dalam suatu bahan dan di kenal dengan uji molisch ( Yazid, 2006 ).<br />
Makro molekul senyawa organik berkerangka rantai hidrokarbon. Secara kimiawi, karbohidrat adalah suatu poli hidroksi aldehida atau polihidroksi aseton. Suatu senyawa karbohidrat biasanya di akhiri dengan kata sakarida yang berarti gula ( bahasa Yunani ) atau dengan kata osa ( Hawab, 2004 ).<br />
Secara kimiawi monosakarida terdiri dari polihidroksi aldehid dan polihidroksi keton dan akan dibahas keturunannya. Semua monosakarida sederhana mempunyai satu rumus empiris umum ( CH2O )n, dimana n adalah satu bilangan penuh berkisar 3 sampai 9 dengan mengabaikan nomor atau jumlah karbon, semua monosakarida dapat dikelompkkan ke dalam salah satu dari dua kelas umum ( Bohinsky, 1973 ).<br />
Kelas umum dari molekul-molekul biologi adalah karbohidrat atau sakarida. Karbohidrat adalah polyfunctional campuran-campuran yang masing-masing karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O yang di peroleh dari satu campuran yang mempunyai rumusan ini ( Boikes and Edelson, 1978 ).<br />
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) perbandingan antara hidrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya air. Oleh kartena ini diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana formulasi karbohidrat adalah CnH2nOn hanya heksosa ( 6 atom karbon ) serta pentosa ( 5 atom karbon ) dan polimernya memegang peranan penting dalam ilmu gizi ( Hawab, 2004 ).<br />
Struktur siklik yang beranggotakan 5 atau 6 karbon strukturnya menjadi lebih kompleks dengan adanya atom karbon asimetris pada molekul tersebut yang menyebabkan molekul bersifat optis aktif, yaitu mampu memutar bidang cahay terpolarisasi pada karbohidrat dijumpai juga ke isomeran optik, yaitu molekul-molekul yang komposisinya identik tapi berbeda orientasinya dalam ruang dan keaktifan optiknya. Monosakarida atau gula sederhana dapat dengan mudah digabungkan menjadi polisakarida yang mengandung beberapa unit sampai beberapa ribu unit monosakarida ( Dydra, 2007 ).<br />
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk proses metabolik lain. Dalam peran ini karbohidrat di pegunakan oleh sel terutama dalam bentuk glukosa. 3 monosakarida utama yang di hasilkan dari proses pencernaan adalah glukosa fruktosa dan galaktosa ( Martin,dkk, 1992 ).<br />
Larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air sedangkan larutan fehling B adalah larutan garam KN atartrat dan NaOH dalam air. Dengan larutan gula 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila di gunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1% endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. Pereaksi benedict lebih banyak di gunakan untuk pemeriksaan glukkosa dalam urine daripada pereaksi fehling karena beberapa alasan pereaksi ini terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air. Dan digunakan untuk membedakan anatara monosakarida dan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat dari pada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida dari pada oleh disakarida ( Poedjiadi, 1994 ).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAHAN DAN METODA<br />
<br />
Bahan<br />
<br />
- Sukrosa [C12H22O11]<br />
- Galaktosa [C6H12O6]<br />
- Dextrin Cn(H2O)n<br />
- Pati singkong<br />
- Pati jagung<br />
- Pati pulut<br />
- Pati beras<br />
- Pisang<br />
<br />
Bahan Kimia<br />
<br />
- Reagent Molisch [C6H10O]<br />
- Reagent Benedict [Cu(NO3)2]<br />
- Reagent Tollens [Cu(CH3CuOH)2]<br />
- Reagent Fehling [CuNO3]<br />
- Asam sulfat (H2SO4)<br />
- Air (H2O)<br />
<br />
Alat<br />
<br />
<br />
- Tabung reaksi<br />
- Rak tabung<br />
- Pipet tetes<br />
- Pipet skala<br />
- Alat pemanas<br />
- Beacker glass<br />
- Erlenmeyer<br />
- Serbet<br />
- Penjepit tabung<br />
- Korek api<br />
- Bunsen<br />
- Buku data<br />
- Alat tulis<br />
<br />
Prosedur<br />
<br />
1. Uji molisch<br />
a. Diambil 3 tabung reaksi<br />
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%<br />
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%<br />
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%<br />
b. Ditambah 1cc reagent mollisch pada masing-masing tabung<br />
c. Ditambah H2SO4 98% dengan cara reaksi dinding <br />
d. Diamati perubahannya<br />
2. Uji Benedict<br />
a. Diambil 3 tabung reaksi<br />
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%<br />
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%<br />
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%<br />
b. Ditambah 1cc reagen benedict pada masing-masing tabung<br />
c. dipanaskan selama 2 menit<br />
d. Diamati perubahannya<br />
3. Uji Fehling<br />
a. Diambil 5 tabung reaksi<br />
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%<br />
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%<br />
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%<br />
- Tabung IV diisi 2cc fruktosa 1%<br />
- Tabung V diisi 2cc laktosa 1%<br />
b. Ditambahkan 1cc reagent fehling pada masing-masing tabung<br />
c. Dipanaskan selama 5 menit<br />
d. Diamati perubahannya<br />
4. Uji Cermin Perak untuk Gula Aldosa<br />
<br />
a. Diambil 3 tabung reaksi<br />
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%<br />
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%<br />
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%<br />
b. Ditambahkan 1 ml reagen Tollens pada masing-masing tabung lalu dikocok<br />
c. Dipanaskan dipenangas air/hot plate/air mendidih selama 10 menit<br />
d. Diamati terbentuknya cermin perak<br />
<br />
5. Uji Perbedaan Amilosa dan Amilopektin<br />
a. Diambil 4 tabung reaksi<br />
- Tabung I diisi pati singkong<br />
- Tabung II diisi pati jagung<br />
- Tabung III diisi pati pulut<br />
- Tabung IV diisi pati beras<br />
b. Ditetesi dengan larutan iodin 0,01 N<br />
c. Diamati perubahan warna yang terjadi<br />
6. Pemeriksaan Glukosa pada Urine Penderita Diabetes Melitus<br />
a. Diambil 4 tabung reaksi<br />
b. Diisi masing-masing tabung dengan 2 ml urine yang mengandung glukosa<br />
c. Dilakukan percobaan uji molish, uji benedict, dan uji fehling<br />
d. Dibandingkan hasil percobaan satu sama lainnya<br />
7. Adanya Karbohidrat<br />
a. Dihancurkan pisang, lalu ditambahkan air dan diambil filtratnya<br />
b. Ditambahkan 1 cc filtrat pisang dan tambahkan reagen benedict<br />
c. Dikocok dan dipanaskan<br />
d. Dilakukan obeservasi visual<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
HASIL DAN REAKSI<br />
<br />
Hasil<br />
<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-bottom-style: none; border-collapse: collapse; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; margin-left: 5.4pt; width: 566px;"><tbody>
<tr style="height: 13.0pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.8pt;" width="38"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">NO<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Bahan<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 78.0pt;" width="104"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Pereaksi<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 120.0pt;" width="160"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Observasi visual<o:p></o:p></span></b></div></td> <td style="border-left: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 13.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 82.3pt;" width="110"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">keterangan<o:p></o:p></span></b></div></td> </tr>
<tr style="height: 14.65pt; mso-yfti-irow: 1; page-break-inside: avoid;"> <td rowspan="3" style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; height: 14.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.8pt;" width="38"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">1<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 14.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc galaktosa<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 14.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 78.0pt;" width="104"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">1cc reagent mollisch dan H<sub>2</sub>SO<sub>4 </sub>98%<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 14.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 120.0pt;" width="160"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Terbentuk cincin ungu<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; height: 14.65pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 82.3pt;" width="110"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Reaksi dinding<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc Sukrosa<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc Dextrin<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4; page-break-inside: avoid;"> <td rowspan="3" style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.8pt;" width="38"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc galaktosa<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 78.0pt;" width="104"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">1cc reagent Benedict<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 120.0pt;" width="160"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Orange<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 82.3pt;" width="110"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Dengan pemanasan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>5 menit<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc Sukrosa<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 120.0pt;" width="160"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Biru kehitaman<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 6; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc Dextrin<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 120.0pt;" width="160"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Hitam keorangean<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 7; page-break-inside: avoid;"> <td rowspan="3" style="border-top: none; border: solid windowtext 1.0pt; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 28.8pt;" width="38"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">3<o:p></o:p></span></div></td> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc galaktosa<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 78.0pt;" width="104"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">1cc Reagent fehling<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 120.0pt;" width="160"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Larutan Biru bening<o:p></o:p></span></div></td> <td rowspan="3" style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 82.3pt;" width="110"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">Dengan pemanasan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>5 menit<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 8; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc Sukrosa<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 9; mso-yfti-lastrow: yes; page-break-inside: avoid;"> <td style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border-left: none; border-right: solid windowtext 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-left-alt: solid windowtext .5pt; mso-border-top-alt: solid windowtext .5pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 115.2pt;" width="154"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; margin-top: 6.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Courier New"; mso-ansi-language: IN;">2cc Dextrin<o:p></o:p></span></div></td> </tr>
</tbody></table><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Reaksi<br />
a. Uji molisch<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Hidroksi metil furfural<br />
( Cincin ungu )<br />
<br />
<br />
Sukrosa Hidroksi metil furfural<br />
(Cincin ungu)<br />
<br />
<br />
<br />
Dextrin<br />
+ (H2O)n<br />
<br />
<br />
<br />
b. Uji Benedict<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
+ Cu(NO3)2 Cu2O + <br />
R. Benedict Endapan<br />
Merah bata<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
d. Uji Fehling <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
Pada percobaan Reagen molish diperoleh pengamatan bahwa ketiga sakarida membentuk cincin ungu. Hal ini dikarenakan kondensasi karbohidrat oleh reagen molish, dan karena adanya reaksi dihidro dengan H2SO4 atau asam sulfat. Hal ini sesuai dengan literatur Yazib ( 2006 ) yang menyatakan bahwa semua jenis karbohidrat baik monosakarida, polisakarida akan berwarna merah-ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes larutan α naftol. Dalam alkohol ditambahkan H2SO4 ( Asam sulfat ) sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang atas antara kedua cairan yang menandakan adanya karbohidrat suatu bahan.<br />
Dari hasil percobaan karbohidrat yang di tambah dengan R fehling memberikan warna biru bening. Seharusnya bila di beri dengan R fehling menghasilkan warna merah bata, tetapi dari hasil memberikan warna larutan biiru bening. Hal ini ini bisa saja disebabkan oleh konsentrasi dari bahan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Poedjiadi ( 1994 ) yang menyatakan bahwa dengan larutan glukosa pereaksi menghasilkan endapan berwarna merah bata.<br />
Dari bahan yang di gunakan yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa bersifat optis aktif karena memiliki atom C yang kiral pada atom ke-5. hal ini sesuai dengan literatur Biomolekul ( 2007 ) yang menyatakan bahwa struktur siklik yang beranggotakan 5 atau 6 struktur karbon bersifat optis aktif yaitu mampu memutar bidang cahaya terpolarisasi pada karbohidrat.<br />
Dari praktikum yang telah dilalui kita tahu adanya bpembagian karbohidrat menurut jumlah karbon. Hal ini sesuai dengan literatur Pangan Plus ( 2007 ) yang menyatakan bahwa karbohidrat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu monosakarida disakarida ( gabungan monosakarida ) dan polisakarida.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
1. Karbohidrat yang diberi reagen molisch dan penambahan H2SO4 menghasilkan cincin ungu<br />
2. Sukrosa yang di tambah dengan reagen benedict menghasilkan warna biru pekat<br />
3. Karbohidrat yang di tambah dengan reagen fehling lalu di panaskan menghasilkan warna biru bening<br />
4. Reagen benedict di campur dengan galaktosa lalu di panaskan menghasilkan endapan orange<br />
5. Pisang ditambah dengan reagen Benedict menghasilkan warna hijau<br />
<br />
<br />
<div class="MsoTitle"><span style="color: black; font-family: "Courier New";">DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Biomolekul, 2007. karbohidrat. www.dydra.com/karbohidrat_ Biomolekul /2007-11-15<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Bohinski, R.C., 1973. Modern Concepts In Biochemistry, Third Edition. Allyn and Bacon, Inc, London.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Boikess, R.S and G. Edelson. 1978. Chemical Principles. Harper International Edit, London.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Hawab, H. M., 2004. Pengantar Biokimia. Bayumedia, Jakarta.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Lakitan, B., 1994. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Library,USU. 2007.www.library.USU.id. 6/11/2007.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Martin, D. W.; P. A. Mayes; V. W. Rodwell; an D. K. Granner. 1992. Biokimia Edisi 20 Alih Bahasa Iyan Darmawan. EGC, Jakarta.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Poedjiadi,A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 36.0pt; margin-right: -18.45pt; margin-top: 0cm; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Panganplus,2007.Karbohidrat.www.panganplus.com/karbohidrat. 2007<o:p></o:p></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><br />
</div><div class="MsoBodyText" style="line-height: normal; margin-left: 36.0pt; text-indent: -36.0pt;"><span style="color: black;">Yazid,E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis. Penerbit Andi, Yogyakarta.<o:p></o:p></span></div>arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-48265008427628093952009-10-02T07:46:00.000-07:002009-10-02T07:48:36.387-07:00karbohidratPENDAHULUAN<br />Latar Belakang<br />Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur – unsur : C, H dan O terutama terdapat didalam tumbuh – tumbuhan yaitu kira – kira 75 % di samping itu bagian yang padat pun dari tanaman – tanaman tersusun dari zat ini. Dinamakan karbohidrat karena senyawa – senyawa ini sebagai hidrat dari karbon. Dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering berbanding, seperti air. Karbohidrat merupakan zat yang mempunyai sifat aktif optik, sedangkan gliseraldehid adalah merupakan induk karbohidrat (Sastrohamidjojo, 2005).<br />Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organic yang mengandung atom karbon, hydrogen dan oksigen dan pada umumnya unsure hydrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (Hutagalung, 2008).<br />Nama karbohidrat yang bermakna hidrat karbon diterbitkan daripada formula glukosa C6H12O6, kini perkataan karbohidrat menunjuk kepada aldehid dan keton yang lebih dikenal dengan nama umum gula atau sakarida. Sakarida tersusun dari satu aldehid atau keton dinamakan gula atau monosakarida (Elisa, 2008).<br />Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan dan dalam bentuk serat, seperti selulosa, pectin, serta lignin. Karbohidrat mempunyai rumus empiris yaitu (CH2O)n dan ini dipakai oleh karbohidrat sederhana , gliseraldehid (n=3) ke polisakarida yang lebih luas, yang memiliki berat molekuler jutaan warna, polimer ini terbuat dari beberapa monosakarida yang akan dijelaskan (Ottaway dan Apps, 1997).<br />Karbohidrat yang terdiri dari glycolipids, tidak dapat dijadikan atau terbuat dari bahan – bahan organik kebanyakan bahan – bahan yang ada diatur, meskipun sedikit, seperti sellulosa, jumlahnya sangat relatif (Clark dan Switzer, 1997).<br />Tujuan Percobaan<br />Untuk mengetahui sifat – sifat karbohidrat (monosakarida, disakarida dan polisakarida) secara kualitatif.<br />Kegunaan Percobaan<br />- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di laboratorium Biokimia,Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />TINJAUAN PUSTAKA<br />Aldehid dan keton bereaksi dengan alcohol membentuk masing – masing heniasetal dan hemiketal. Karena monosakarida mempunyai baik, gugus aldehid atau keton ditambah gugus alcohol, maka pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk menghasilkan suatu struktur cincin atau lingkaran karena adanya tegangan sudut ikatan struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula (Sulaiman, 1995).<br />Satuan unit terkecil penyusun setiap karbohidrat adalah monosakarida. Setiap monosakarida dicirikan oleh adanya gugus aldehid dan gugus keton. Kedua gugus ini sangat reaktif pada larutan alkali. Didalam larutan yang mengandung satu atau lebih ion – ion pengoksidasi, gugus aldehid dan gugus keton akan teroksidasi membentuk gugus asama disebut gugus karboksil ( - COOH ) (Lakitan, 2007).<br />Semua jenis karbohidrat baik monosakarida, polisakarida akan berwarna merah ungu bila larutannya dicampur beberapa teted larutan α naftol. Didalam alcohol ditambahkan H2SO4 (Asam Sulfat) sehingga tidak tercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang atas antara kedua cairan yang menandakan adanya karbohidrat suatu bahan (Wirahadikusumah, 1985).<br />Senyawa yang mempunyai dua satuan sakarida yang banyak dibicarakan adalah maltosa. Sellulosa. Laktosa dan sukrosa. Untuk mengujinya digunakan larutan fehling A dan B. Disakarida tersusun dari 2 satuan monosakarida yaitu glukosa. Dengan larutan gula 1% pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1% endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. Pereaksi benedict banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi fehling karena terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air. Dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida (Martoharsono, 1997).<br />Karbohidrat atau sakarida digolongkan atas golongan besar yakni monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Polisakarida terdiri pati yaitu Amilosa dan Amilopektin. Amilosa dapat dikenal dengan iodium yang menghasilkan warna biru tua. Amilosa terdiri atas molekul α – D glukosa yang berikatan glikosida 1,4 membentuk rantai lurus tanpa percabangan. Amilopektin serupa dengan amilosa tapi rantainya bercabang – cabang melalui ikatan 1,6. Amilopektin atau glikogen memberikan warna ungu hingga merah jika direaksikan dengan larutan iodium. Pereaksi benedict, digunakan ion Cu¬¬¬-- diikat molekul sitrat dalam larutan alkalis. Ion Cu++ akan direduksi oleh monosakarida menjadi Cu- yang tidak larut dan mengendap sebagai endapan cokelat Cu2O. Pereaksi Tollens yaitu larutan perak dalam ammonium. Ion perak akan direduksi menjadi logam perak yang mengendap pada dinding tabung membentuk cermin, karena itu reaksi ini disebut juga reaksi cermin perak (Sulaiman dan Sinuraya, 1996).<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAHAN DAN METODA<br />Bahan<br />- Sukrosa [C12H22O11]<br />- Galaktosa [C6H12O6]<br />- Dextrin Cn(H2O)n<br />Bahan Reagensi<br />- Reagent Mollisch [C6H10O]<br />- Reagent Benedict [Cu(NO3)2]<br />- Reagent Tollens [Cu(CH3CuOH)2]<br />- Reagent Fehling [CuNO3]<br />- Asam sulfat (H2SO4)<br />- Air (H2O)<br />Alat<br />- Tabung reaksi<br />- Rak tabung<br />- Pipet tetes<br />- Pipet skala<br />- Alat pemanas<br />- Beacker glass<br />- Erlenmeyer<br />- Serbet<br />- Penjepit tabung<br />- Buku data<br />- Alat tulis<br />Prosedur Percobaan<br />1.Uji Mollisch<br />a. Diambil 3 tabung reaksi<br />- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%<br />- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%<br />- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%<br />b. Ditambah 1cc reagent mollisch pada masing-masing tabung<br />c. Ditambah H2SO4 98% dengan cara reaksi dinding <br />d. Diamati perubahannya<br />2. Percobaan R.Benedict<br />a. Diambil 3 tabung reaksi<br />- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%<br />- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%<br />- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%<br />b. Ditambah 1cc reagen benedict pada masing-masing tabung<br />c. dipanaskan selama 2 menit<br />d. Diamati perubahannya<br />4. Percobaan R.Fehling<br />a. Diambil 5 tabung reaksi<br />- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%<br />- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%<br />- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%<br />b. Ditambahkan 1cc reagent fehling pada masing-masing tabung<br />c. Dipanaskan selama 2 menit<br />d. Diamati perubahannya<br />5.Uji Cermin Perak<br />a. Diambil masing – masing 2 ml contoh karbohidra dimasukkan dalam tabung reaksi , ditambahkan 1 ml R. Tollens lalu dikocok<br />b. Dipanaskan dalam air mendidih selama ± 10 menit<br />c. Diamati terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi<br />6.Uji Perbedaan Amilosa dan Amilopektin<br />a. Diambil pati singkong, pati jagung, pulut dan beras ditetesi larutan iodine 0,01 N, lalu diamati perubahan warna yang terjadi<br />7.Pemeriksaan Glukosa Pada Urine Penderita Diabetes<br />a. Diambil 4 buah tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 ml urine yang diduga mengandung glukosa.<br />b. Kemudian dilakukan percobaan uji mollisch, uji benedict dan uji fehling<br />c. Dibandingkan hasil percobaan satu sama lain<br />HASIL DAN REAKSI<br /><br />Hasil<br />NO Zat yang direaksikan Pereaksi Observasi visual keterangan<br />1 2cc galaktosa 1cc reagent mollisch dan H2SO4 98% Terbentuk cincin ungu Reaksi dinding<br /> 2cc Sukrosa <br /> 2cc Dextrin <br />2 2cc galaktosa 1cc reagent Benedict Endapan Orange Dengan pemanasan<br /> 2cc Sukrosa Warna biru kehijauan <br /> 2cc Dextrin Warna Hijau <br />3 2cc galaktosa 1cc Reagent Fehling Endapan merah bata Dengan pemanasan<br /> 2cc Sukrosa Warna biru tua <br /> 2cc Dextrin Biru kecokelatan <br />4 2cc galaktosa 1cc reagent Tollens Endapan abu perak Dengan pemanasan<br /> 2cc Sukrosa Orange muda <br /> 2cc Dextrin Hitam <br />5 Tepung pulut I2 0,01 N Endapan putih susu Dipanaskan 10 menit<br /> Tepung beras Endapan putih susu <br /> Tepung singkong Endapan hitam <br /> Tepung jagung Endapan orange putih <br />6. Pemeriksaan glukosa <br /> R.Mollish Cincin Hijau R.dingding<br /> R.Benedit Cincin Hijau Dipanaskan<br /> R.Fehling Cincin Hijau <br /><br />Reaksi<br />a. Uji mollisch<br /><br /><br /><br /><br /> <br /> Hidroksi metil furfural<br /> ( Cincin ungu )<br /><br /> <br /> Sukrosa Hidroksi metil furfural<br /> (Cincin ungu)<br /><br /> <br />Dextrin<br /> + (H2O)n<br /><br /><br />b. Uji Benedict<br /><br /><br /> <br /> + Cu(NO3)2 Cu2O + <br /> R. Benedict Endapan<br /> berwarna<br /><br /><br /><br /><br /> <br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /> <br />d.Uji Fehling<br /> <br /><br /> <br /> <br /> <br /><br /> <br /><br /><br /> <br /><br /><br /> <br /><br /> <br /> + Cu(NO3)2 Cu2O + <br /> Berwarna merah bata<br />e.Uji Cermin Perak<br /><br /><br /><br /><br /><br /> AgO <br /> + Ag <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> AgO<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> + + Ag<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> Ag O<br /><br /><br /><br /> + Ag <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PEMBAHASAN<br /><br /><br /><br />Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji molish diperoleh bahwa ketiga sakarida membentuk cincin ungu dengan menggunakan reagen molisch. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi suhu senyawa yang berfungsi sebagai katalisator yaitu H2SO4. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman (1995) yang menyatakan bahwa pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk menghasilkan suatu struktur enzim atau lingkungan karena adanya tegangan sudut ikatan, struktur cincin beranggotankan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula.<br />Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji fehling diperoleh bahwa 2 cc galaktosa yang ditambahkan fehling menghasilkan endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena larutan galaktosa merupakan larutan gula. Hal ini sesuai dengan literature Martoharsono (1997) yang menyatakan bahwa dengan larutan gula 1% pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata.<br />Dari hasil percobaan pada uji perbedaan Amilosa dengan Amilopektin, dapat diketahui bahwa tepung singkong yang ditambah iodium menghasilkan warna hitam atau biru tua sedangkan tepung jagung menghasilkan warna orange putih atau ungu. Hal ini disebabkan karena larutan amilosa jika ditambahkan iodium berubah warna menjadi biru tua sedangkan amilopektin jika ditambahkan iodium berubah warna menjadi ungu. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan amilosa dapat dikenal dengan iodium yang menghasilkan warna biru tua. Amilopektin memberikan warna ungu hingga merah jika direaksikan dengan larutan iodium.<br />Dari hasil percobaan pada benedict terjadi perubahan warna pada galaktosa menjadi warna merah setelah dipanaskan ± 5 menit. Seharusnya perubahan warnanya menjadi cokelat karena ion Cu – diikat pada molekul sitrat dalam larutan alkalis. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan pereaksi benedict dimana ion Cu diikat pada molekul sitrat dalam larutan alkalis. Ion Cu++ akan direduksi oleh monosakarida menjadi Cu yang tidak larut dan mengendapa sebagai endapan cokelat.<br />Pada uji fehling didapat hasil berupa bentuk cermin perak pada galaktosa karena tollens merupakan larutan perak dalam amoniak dan mengendap pada dinding tabung. Hal ini sesuai dengan literatur Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan pereaksi tollens yaitu larutan perak yang mengendap pada dinding tabung membentuk cermin, karena itu reaksi ini disebut juga reaksi cermin perak.<br />Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji pemeriksaan glukosa pada urine dapat diperoleh dari urine yang ditambahkan R.Fehling menghasilkan perubahan menjadi cincin hijau. Hal ini karena adanya larutan glukosa 0,1 % dalam urine yang apabila ditambahkan pereaksi fehling diperoleh endapan berwarna hijau. Hal ini sesuai literatur Martoharsono (1997) yang menyatakan larutan glukosa 0,1 % jika ditambahkan pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna hijau kekuningan.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KESIMPULAN<br />1. Galaktosa yang direaksikan dengan R. Molish dan reaksi dinding akan menghasilkan cincin ungu<br />2. Pada uji benedict, galaktosa terbentuk warna orange sukrosa menjadi warna biru kehijauan, dekstrin menjadi warna hijau<br />3. Pada uji fehling, galaktosa mengalami perubahan warna merah bata<br />4. Pada uji perbedaan amilosa dan amilopektin tepung singkong dan jagung mengalami perubahan<br />5. Dalam uji glukosa pada penderita diabetes urine yang mengalami perubahan warna ,positif menderita diabetes<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br />Clark, M.J and L.R.Switzer, 1997. Experimental Biochemistry. Freeman and Company. New York.<br />Elisa.2008.Karbohidrat.Http://elisa.ugm.ac.id/files/karbohidrat.htm. diakses pada tanggal 10 november 2008. Page 1 of 1<br />Hutagalung.2008.IlmuGizi.Http://www.usu.ac.id/library/fk/karbohidratarticles.htm. diakses pada tanggal 10 November 2008. Page 1<br />Lakitan, B. 2007. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Utama. Jakarta<br />Martoharsono,S.1997. Biokimia. Jilid 1. UGM Press. Yogyakarta.<br />Ottaway, H.S and K.D Apps. 1997. Biochemistry. Fourth Edition. ELBS Press. New York<br />Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik. UGM Press. Yogyakarta<br />Sulaiman, A.H.1995. Kimia Anorganik USU Press. Medan<br />Sulaiman, A.H dan G. Sinuraya. 1996. Biokimia. USU Press. Medan<br />Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia.ITB Press. Bandung.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-62133808729190418632009-10-02T07:44:00.000-07:002009-10-02T07:45:17.390-07:00enzimPENDAHULUAN<br /><br /><br />Latar Belakang<br /><br />Di dalam tubuh tanaman yang hidup terjadi proses – proses yang beraneka warna, akan tetapi proses – prose situ pada pokoknya dapat kita bagi atas dua golongan saja, yaitu proses penyusun (anabolisme) dan proses pembongkaran (katabolisme) yang keduanya merupakan aktivitas hidup yang kita sebut pertukaran zat metabolism. Dalam proses – proses penyusun dan p[embongkaran itu kita dapatkan suatu at yag aktif membantu perubahan – perubahan itu akan berlangsung sangat lambat (Dwidjoseputro, 1994).<br />Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun jumlah enzim ribuan didalam sel – sel dan substratnya pun sangat banyak, tidak akan terjadi kekeliruan. Apoenzim : bagian enzim yang merupakan protein, mempunyai struktur 3 dimensi. Bagian yang buakn protein disebut koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzim disebut haloenzi. Struktur 3 dimensi pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitas katalis oleh karena itu perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi aktivitasnya (Brown and Lemay, 1997).<br />Setiap enzim terbentuk dari molekul protein sebagia komponen utama penyusunnyadan beberapa enzim hanya terbentuk dari molekul protein sengan tanpa adanya penambahan komponen lain. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua protein mempunyai fingsi katalitik, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai enzim. Sebagai contoh, protein pada mikrotubula, mikrofilamen, dan beberapa molekul protein pada membrane terlihat lebih fungsi structural daripada katalitik (Lakitan, 1996).<br />Satu ciri khas sel hidup adalah terdapatnya proses metabolisme yang diperantarai oleh suatu protein yang disebut enzim yaitu suatu katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam system biologic. Tanpa enzim maka reaksi seluler berlangsung sangat lambat bahkan mungkin tidak terjadi reaks. Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim ribuan didalam sel dan substratnya sangat spesifik tidak akan terjadi kekeliruan. Subsrat adalah substansi yang mengalami perubahan kimia setelah becampur dengan enzim sedangkan produk adalah substansi baru yang terbentuk setelah reaksi mencapai keseimbangan (Iswari dan Yuniastuti, 2006).<br />Oksireduktusi beredar antara bentuk – bentuk oksidase dan reduktasinya jika molekul – molekul substrat secara berturut – turut dioksidasi. Sifat electron menetukan manasari dua jenis oksidase reduktase yang kita tinjau, dehidrogenase atau oksidase (Page, 2006).<br /><br />Tujuan Percobaan<br /><br />Adapun tujuan percobaan ini yaitu mengetahui reaksi – reaksi dan enzim amylase dan oksidase.<br /><br />Kegunaan Percobaan<br />1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia, Fakultas Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />TINJAUAN PUSTAKA<br /><br />Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolism perantara dari sel. Peranan enzim dalam biologis yaitu kontrol sintesis enzim, dan peranan enzim dalam berbagai proses pertumbuhan dan difersiasi atau pembelahan sel (Wirahadikusuman, 1989).<br />Reaktan dimana enzim akan bekerja disebut sebagai substrat enzim. Enzim berikatan dengan substrata tau beberapa substrat ketika terdapat dua atau lebih reaktan. Pada saat enzim dan substrat berikatan kerja katalitik enzim tersebut akan mengubah substrat menjadi produk atau beberapa produk reaksi. Keseluruhan prose situ dapat diringkas sebagai berikut, dengan naman enzim ditulis tansa panah berikut:<br />Substrat (- substrat) enzim produk (- Produk)<br />Misalnya, enzim enzim sukrase (sebagian besar nama enzim berakhiran – ase) memecah disakarida sukrosa menjadi kedua monosakarida, glukosa dan fruktosa:<br /> Sukrosa + H2O sukrosa glikosa + Fruktosa (Campbell,2002)<br /> Untuk memperoleh pengukuran kecepatan reksi enzim yang terpercaya, diperlukan penetuan dalam jangka waktu pendek segera setelah enzim dicampurkan kedalm substrat. Ideal kecepatan ini harus diukur pada saat yang tepat ketika ensim itu dicampurkan, tetapi itu bukan sasaran yang praktis. Walaupun demikian, karena kecepatan ini dinyatakan sebagai kecepatan reaksi awal dan kira – kira sanagat dekat dengan kecepatan reaksin yang dikatalis enzim sebelum terjdi perubahan konsentrasi substrat (Loveless, 1999).<br /> Aktivitas enzim dinyatakan sebagai laju reaksi kimia berkatalis enzim dalam mengubah substrat menjadi produk. Aktiovitas tergantung pada konsentrasi enzim dan keadaan reaksi seperti pH dan suhu, aktivitas enzim sering diukur dengan mengikuti munculnya produk berwarna dalam beberapa waktu atau reaksi yang melibatkan pengambilan atau pelepasan proton dapat diikuti dengan mengukur perubahan pH larutan uji menurut waktu (Wilbraham dan Matta, 1992).<br /> Enzim mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan tipe katalisnya. Pada empat yang pertama enzim mempunyai tingkat temperatur yang spesifik, studi tentang aktivitas enzim partikuler yang maksimal disekeliling tempetur normal dari organ dimana enzim ditemukan (Brown dan Lenas, 1997). <br /><br /><br /> <br />BAHAN DAN ALAT<br /><br />Bahan<br />- Getah papaya<br />- Kentang<br />- Apel <br />- Pir <br />- Air ludah / saliva<br />- Susu sapi<br />Bahan Kimia<br />- Phenol 1% (C6H5OH)<br />- Iodin 0,01 N<br />- Reagen benedict 1% (C4(NO3)2)<br />- Phyrogallol 1% (C6H6O3)<br />- Pati 1%<br />Alat<br />- Kain muslin<br />- Kertas saring<br />- Corong<br />- Pemanat <br />- Pisau <br />- Erlenmeyer <br />- Mortal <br />- Beaker gelas <br />- Pipet tetes <br />- Tabung reaksi<br />- Pipet skala<br />- Parutan<br />- Rak tabung<br />- Alat tulis<br />- Buku data<br />Prosedur Percobaan<br />A. Enzim Oksidase<br />- Bahan umbiu atau buah dicuci, dikupas lalu dipotong – potong kemudian dihaluskan<br />- Dimasukkan dalam kain muslin <br />- Dicelupkan naik tiurun kedalam beaker gelas yang berisi air 200 ml samp[ai bewarna coklat<br />- Diambil 2 tabung reaksi dan diisi 3 ml filtrat<br />• Tabung 1 ditetesi dengan phenol 1% sebanyak 10 tetes<br />• Tabung 2 diisi dengan phyrogallol 1 % sebanyak 10 tetes<br />- Diamati perubahan warna yang terjadi<br />B. Enzim Amilase<br />- Daimbil 3 tabung reaksi<br />• Tabung 1 diisi degan 2 ml saliva dan 2 gr pati dan diaduk, biarkan 15 menit<br />• Tabung 2 diisi dengan 2 ml saliva dan 2 gr pati dan diaduk, biarkan 15 menit<br />• Tabung 3 diisi dengan 2 ml saliva dan 2 gr pati dan di aduk, biarkan 15 menit kemudian ditetesi Iodin 0,01 N sebanyak 1 ml<br />- Diamati perubahan yang terjadidan dibandingkan<br />C. Enzim Papain<br />- Diambil bagian tanaman papaya (batang, daun atau getah) yang msih segar kemudian dihaluskan dan ditambahkan air dan diaduk, disaring airnya dan diambil<br />- Diambil 1 buah tabung reaksi dan dimasukkan 8 ml susu<br />- Didiamkan selama 30 menit dan diamati perubahan yang terjadi pada susu<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />HASIL DAN REAKSI<br /><br />Hasil<br /><br />No Bahan Peraksi Observasi Keterangan<br />1 Oksidase<br />- Filtrat Apel<br />- Filtrat Ubi Kayu<br />- Filtrat Ubi Rambat<br />- Filtrat kentang<br /> <br />Phenol 1%<br />10 tetes <br />Tdak berubah<br />Putih<br /><br />Putih keruh<br /><br />Bening <br /> <br />Amati perubahan warna<br /> <br />- Filtrat apel<br />- Filtrat ubu kayu <br />- Filtrat ubi rambat<br />- Filtrat kentang<br /> <br />Pyrogallol <br />1 % 10 tetes <br />Kuning kecoklatan<br /><br />Kuning tua<br /><br />Kuning muda<br />kuning <br />Amati perubahan warna<br />2 Amilase<br />- Saliva + pati<br />- Saliva + Pati<br />- Saliva + Pati <br />1 ml I2 <br />0,01 N<br />2 ml reagen benedict<br /> <br />Warna putih<br />Warna putih<br />Warna putih<br /> <br />Amati perubahan warna<br />3 Papain<br />- Getah pepaya <br />8 ml susu <br />Menggumpal <br />Didiamkan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />PEMBAHASAN<br /><br /> Dari hasil percobaan didapat pada enzim oksidase didapat hasil dengan bahan filtrat apel, filtrat ubi kayu, filtrate kentang dengan phenol 1% 10 tetes menghasilkan warna. Tidak terjadi perubahan, putih – putih keruh, dan bening. Hal ini terjadi karena hasil redoktasi dan oksidasi. Halk ini sesuai dengan literature Page (2006) yang menyatakan bahwa oksireduktor beredar antara bentuk – bentuk oksidasi dan seduktasinya jika molekul – molekul substrat secara berturut – turut dioksidasi.<br /> Pada percobaan reaksi enzim filtrat apel dan kentang yang direaksikan dengan phyrogallolakan menghasilkan larutanm warna kuning sedangkan filtrat yag direaksikan dengan phenol 1% tidak terjadi perubahan warna warna. Hal ini disebabkan karena setiap enzim hanya dapat aktif pada senyawa / molekul teertentu. Haini sesuai dengan literature Wilbraham dan Matta (1992) yang menyatakan bahwa aktivitas enzimmenyatakan sebagai laju reaksi kurang berkatalis enzim dalam mengubah substrat menjadi produk.<br /> Pada percobaan papain dengan bahan getah papaya yang ditambahkan dengan 8 ml susu akan menggumpal. Hai ini terjadi karena getah papaya mengandung papain, hal ini sesuai dengan pernyataan Brown dan Lenas (1997) yang menyatakan bahwa enzim mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan tipe katalisnya.<br /> Pada percobaan enzim amylase larutan saliva yang ditambahkan pati lalu dipanaskan dan kemudian ditambahkan Iodine menghasilkan larutan putih, tetapi jika ditambahkan regensia benedict akan menghasilkan larutan hijau tua. Hai ini terjadi karena adanya substrat yang diberikanberbagai sebagaimana disebutkan oleh sebelumnya bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi enzim antara lain adalah konsentrasi enzim,substrat,suhu,pH, dan inhibitor. Hal ini sesuai dengan literatur Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa diantara faktor – faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim kita sebutkan adalah pengacuh temperatur. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />KESIMPULAN<br /><br />1. Pada reaksi enzim oksidase bahan yang direaksikan dengan phenol 1 % menghasilkan warna tidak terjadi perubahan putih, putih keruh dan bening<br />2. Pada reksi enzim oksidase bahan yang direaksikan dengan phyrogallol 1% menghailkan warna kuning kecoklatan, kuning tua, kuning muda<br />3. Pada reaksi amylase, saliva yang ditambah pati direaksikan dengan Iodine menghasilkan warna putih.<br />4. Pada reaksi enzim amylase salifa yang ditambah pati direaksikan dengan benedict menghasilkan warna putih<br />5. Dari hasil percobaan enzim papain menghasilkan hasil dari getah papaya yang ditambahkan 8 ml susu menjadi menggumpal.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /> <br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Brown, T and Lemas, E. H. 1997. Chemistry, Prentice Hall. Inc, Newyork.<br /><br />Campbell, A. N., Reece. B. J and Mitchell G. L. 2002. Penerbit Erlangga, Jakarta.<br /><br />Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta<br /><br />Iswani, S. R dan Yuniastuti, A. 2006. Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.<br /><br />Lakitan. B. 1993. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.<br /><br />http://www. Wikipedia. Org//wiki/enzim diakses tanggal 20 November 2008<br /><br />Loveless, A. R. 1999. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Derah Tropik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.<br /><br />Page, S. D. 2006. Prinsip – Prinsip Biokimia. Penerbit Erlangga, Jakarta.<br /><br />Wilbraham, A. C dan M. S Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung.<br /><br />Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia. ITB, Bandung.arenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4832049354798087932.post-27081828112936250992009-10-02T07:42:00.001-07:002009-10-02T07:42:36.215-07:00air susuPENDAHULUAN<br /><br />Latar Belakang<br /> Susu adalah nutris yang infansi yang dimaksud dengan infansi adalah biasanya diminum oleh manusia atau karena susu mengandung formula yang baik untuk kesehatan. Misalnya adalah susu kerbau, atau sapi yang mengandung komposisi yang baik. Susu mengandung partikel laktosa dalam air dan dispersi protein dalam air. Protein lebih ebsar daripada partikel-partikel larutan yang ada kemudian mereka mengatur daerah batasan (Williams and Caliendo, 1988).<br /> <br /> <br />Susunan asam-asam lemak air susu dipengaruhi sumber-sumber lemak dalam ransum. Contohnya penambahan tallow menaikkan kadar olkat. Penambahan laid dan asam-asam lemak lainnya. Dengan demikian pula dapat diharapkan bahwa perubahan sumber lemak dalam ransum indus babi yang sedang menyusui dapat memperbaik keadaan umum anak-anak babi yang disusukan. Kolostrum lebih banyak mengandung oleat dan linoleat dan sedikit mengandung miristik palmitin, palmitoliek dan air susu biasa (Parakkasi, 1990).<br />Asi adalah zat yang mengandung macam-macam enzim, pada ASI berfungsi membantu penemaan bagi bayi, dimana fungsi pankreas belum sempurna. ASI adalah zat yang merupakan buffer yang meningkatkan PH. ASI mengandung zat-zat gizi dalam pencegahan maupun penatalaksanaan diave. ASI merupakan sumber kalori dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (Suetjiningsih, 1997).<br /> <br />Kasein dalam susu segar tidak membuka dengan pemanasan, tetapi jika susu menjadi sedikit asam dan digunakan temperatur tinggi. Kesein akan menjadi menggumpal dan menyebabkan susu membeku. Hal ini terjadi ketika susu masam atau ketika posisi asam bertambah (Anonimaus, 1999).<br />Kolustrum merupakan makanan yang kepekaannya tinggi dan volumenya sedikit mengandung lebih sedikit faktor lemak, vitamin yang ada larut dalam air, dibandingkan dengan ASI yang matang, tetapi kaya protein kolostrum akan berubah menjadi ASI yang matang antara 3 sampai 14 hari. ASI yang matang mempunyai beratus-ratus komponen yang dikenali (Buediharjo, 1988).<br /> <br /><br />Tujuan Penulisan<br /> Untuk mengetahui sifat-sifat dari lemak dan protein pada air susu secara kulitatif.<br /><br /><br /><br /><br />Kegunaan Percobaan<br />- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti pratikal test di laboratorium Biokimia, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.<br />- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />TINJAUAN PUSTAKA<br /> Susu biasanya berarti cairan yang bergizi yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari mamalia betina. Susu adalah sumber energi atau gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat menerima makanan padat, susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yagua, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk untuk konsumsi semua orang di dunia membutuhkan susu untuk menopang kehidupannya. Dewasa ini susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif susu membantu pertumbuhan mereka. Sedangkan untuk umur lanjut susu membantu menopang tulang agar tidak keropos, susu mengandung vitamain dan protein (http://www.wikipedia,com,2008).<br />Susu adalah minuman bergizi yang mengandung protein 3,2% dan kaya mineral kalsium (143 mg 1100 gr susu) dengan konsumsi relatif rendah, susu selama ini juga dikenal dengan bahan makanan yang diperkirakan mempunyai kemampuan untuk meningkat polutan. Di lingkungan udara pulutan dapat kita hindari jika kita meminum susu (http:II kolom prakific.net.od,2008). <br /> <br />Susu sapi mempunyai komposisi molekul-molekul yang mengandung lemak 3,8%, protein 3,2% laktosa 4,8% dan mineral 0,7% (Williams and Baum, 1996).<br /><br />Susu merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Hal ini karena komposisi nutrisinya sangat ideal untuk pertumbuhan mikroba. Apabila sapi dalam keadaan sehat, maka susu yang dihasilkannya juga dalam keadaan steril. Mikroba mulai terdapat pada saluran putting susu untuk mengurangi jumlah mikroba awal pada susu, maka padas pemerahan susu sebanyak 3-4 pancaran pertama harus dibuang (Nurwantoro dan Djajarijah, 1997).<br />Susu kental manis (SKM) adalah susu sapi yang diawetkan bukan oleh cara pemanasan tetapi pasteorisasi atau dengan pengeringan pH pada pembuatan susu bubuk. Susu kental manis merupakan salah satu cara pengawetan yang paling menguntungkan, karena gula yang ditambahkan baik yang berkualitas rendah maupun berkualitas tinggi (Husain dan Anwar, 2001)<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAHAN DAN METODE PERCOBAAN<br />BAHAN <br />- Susu sapi segar<br />- Susu kedelai<br />- Susu dancow bubuk putih<br />- Susu dancow bubuk coklat<br />- Susu kental manis putih<br />- Susu kental manis coklat<br />- ASI<br />- Susu sapi segar + formalin<br />- Kental manis coklat<br />- Kental manis putih<br /><br />Reagensia<br />- Aquadest<br />- Dretil eter<br />- Cuson o,1 N<br />- H2SO4<br />- PbCUH3 COOH o,1 N<br />- Milonase<br />- HNO3<br />- NaOH 166<br />- KMNO4 o,in<br /><br />Alat<br />- Tabung reaksi<br />- Gelas ukur<br />- Pipet skala<br />- Kertas saring<br />- Beaker glass<br />- Corong<br />- Hot plate<br />- Pipet tetes<br />- Serbet<br />- Sarung tangan<br />- Masker<br />- Flanel<br /><br />Prosedur Percobaan<br />a. Adanya lemak<br />- Diambil tabung reaksi, masing-masing diisi dengan contoh susu<br />- Tiap tabung diisi 1 cc eter kemudian dipanaskan, dikocok dan diamati <br /><br /><br />b. Adanya protein<br />- Diambil rekasi masing-masing diisi dengan contoh susu 5 ml<br />- Dimasukkan pb (CHCooH)2 o,in 5 cc tetes demi tets<br />- Gumpalan disaring dengan kertas saring dan diamati<br /><br />c. Reaski Biuret<br />- Diambil tabung reaksi masing-masing diisi dengan contoh susu<br />- Dimasukkan 1cc NaOH 0,1 N dan Cuso4 0,1 N 1 cc dan diaduk<br />- Dilakukan observasi visual<br /><br />d. Reaksi milen<br /><br />- Diambil tabung reaksi masing-masing diisi dengan contoh susu<br />- Dimasukkan milonase 2 cc<br />- Dipanaskan selama 10 menit<br />- Ditambahkan pb (CH3COOH)2 1 cc<br />- Dilakukan observasi visual <br /><br />e. Reaksi Xantho protein<br />- Diambil tabung reaksi, masing-masing diisi dengan contoh susu<br />- Dimasukkan milonase 2 cc<br />- Dipanaskan selama 10 menit<br />- Ditambahkan pb (CH3COOH)2 1 cc<br />- Dilakukan observasi visual<br /><br />f. Uji Formalin<br />- Diambil tabung reaksi masing-masing diisi dengan contoh susu 9ml<br />- Dimasukkan kedalam tabung reaksi<br />- Diletakkan dengan 1 KMNO4 0,1 n 5 tetes<br />- Dikocok<br />- Diambil apakah warna KMNO4 bertahan jika warna KMNO4 luruh selama 30 menit berarti ada formalin<br />- Diambil perbedaannya<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />HASIL DAN REAKSI<br /><br />Hasil<br />No. Bahan Pereaksi V. Visual Keterangan<br />1. Adanya lemak<br />- Air susu sapi<br />- Air susu kedelai<br />- Air susu d. putih<br />- Air susu d. coklat<br />- Air susu K.M putih<br />- Air susu K.M coklat<br />- Air susu Indomilk Putih<br />- Air susu Indomilk coklat<br />- ASI 1 cc eter <br />Endapan<br />Endapan<br />Encer<br />Endapan<br />Encer<br />Encer<br />Encer<br />Encer<br />Encer <br /><br /><br /><br /><br />Dipanaskan <br />Dikocok dan<br />diamati<br /><br />2 Adanya protein <br />- Air susu sapi<br />- Air susu kedelai<br />- Air susu D. putih<br />- Air susu D. coklat<br />- Air susu K. M putih<br />- Air susu K. M coklat <br />- Air susu I. putih<br />- Air susu I. coklat<br />- ASI <br /><br /><br /><br />5 CC<br />Pb (Ch3COOH)<br />O1/N<br /> <br />Bening<br />Bening<br />Putih<br />Kuning<br />Bening<br />Kuning<br />Putih<br />Kuning<br />Kuning <br /><br /><br />Gumpalan disaring dengan kertas saring<br /><br /><br />3 Adanya Biuret<br />- Air susu sapi<br />- Air susu kedelai<br />- Air susu D. putih<br />- Air susu D. coklat<br />- Air susu K. M putih<br />- Air susu K. M coklat <br />- Air susu I. putih<br />- Air susu I. coklat<br />- ASI <br /><br />1CC NaOH<br />Oil N dan Cu SO4<br />Oil N<br />1 CC <br />Endapan <br />Endapan<br />Endapan<br />Endapan<br />Endapan<br />Endapan<br />Endapan<br />Endapan<br />Endapan <br /><br /><br /><br /><br />Dikocok <br />diamati<br />4 Reaksi Millen <br />- Air susu sapi<br />- Air susu kedelai<br />- Air susu D. putih<br />- Air susu D. coklat<br />- Air susu K. M putih<br />- Air susu K. M coklat <br />- Air susu I. putih<br />- Air susu I. coklat<br />ASI <br /><br /><br />Milonase<br />2cc +<br />Pb<br />(CH3(COOH)2<br />kc <br />Endapan putih<br />Endapan putih<br />Putih<br />Putih<br />Coklat<br />Putih<br />Coklat<br />Putih<br />coklat <br /><br /><br /><br />Dipanaskan <br />10 menit<br /><br />5 Reaksi Xanthoprotein<br />- Air susu sapi<br />- Air susu kedelai<br />- Air susu D. putih<br />- Air susu D. coklat<br />- Air susu K. M putih<br />- Air susu K. M coklat <br />- Air susu I. putih<br />- Air susu I. coklat<br />ASI <br /><br />HNO3 3cc<br />+ NaOH<br />1cc <br />Gumpalan kuning<br />Gumpalan kuning<br />Gumpalan kuning<br />Gumpalan kuning<br />Larutan kuning<br />Larutan kuning<br />Larutan kuning<br />Larutan kuning<br />Larutan kuning <br /><br /><br /><br /><br />Dipanaskan 10 menit<br />6 Uji formalin<br />- Air susu sapi<br />- Air susu kedelai<br />- Air susu D. putih<br />- Air susu D. coklat<br />- Air susu K. M putih<br />- Air susu K. M coklat <br />- Air susu I. putih<br />- Air susu I. coklat<br />ASI<br /> <br /><br /><br /><br />KmnO4<br />oilN<br />5 tetes <br />Tidak ada formalin<br />Ada formalin<br />Ada formalin<br />Ada formalin<br />Ada formalin<br />Ada formalin<br />Ada formalin<br />Ada formalin<br />Ada formalin<br /> <br /><br /><br /><br />Dipanaskan 10 menit<br /><br /><br /><br /><br /><br />REAKSI <br />a. Adanya lemak<br />H2C-O- C<br /><br />HC-O- C + 3 CH2CH30H C2H5 Larut<br /><br />H2C-O- C<br /><br />b. Adanya protein <br /><br />R-C-C-OH-Pb (CH3 Ccon)2 N - C - C - O - Pb<br /><br /><br /> O - C - C - NH2 - CH3 - COOH<br /><br />c. Reaksi Millen<br /><br />NH2 – C – C – OH + Pb (CH3COOH)2 N – C – C – O – Pb<br /> <br /><br /> O – C – C –NH2<br /><br /><br /><br />d. Raksi Biuvet<br /><br />R – C – C + NaOH – R – C – COONa + CuSO4 <br /><br />Cu (R-CH2-CaNa)2 + (NH)2 SO4<br /><br />e. Reaksi Xanthoprotein<br /> <br /><br /><br /><br />f. Reaksi Formalin<br />H – CHO O2 + K MnO4 HCCOG<br /> Formalin N. Formalin<br />HCHO HCCOH<br />Formalin As. Ramiat<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PEMBAHASAN<br /><br />Dari hasil pencobaan yang kita lakukan terdapat gumpalan kuning pada saat air susu sapi direaksikan dengan HNO3 3 cc dan NaOH 1 cc dan dipanaskan selama ± 10 menit. Susu menggumpal karena diberikan asam seperti HNO3¬, sebab itu pada saat dipanaskan dengan temperatur sedikit tinggi susu yang masam, dapat membeku atau menggumpal. Hal ini sesuai dengan literatur anomous (1999) yang mengatakan jika susu menjadi sedikit masam dan digunakan temperatur tinggi, kasein akan menjadi menggumpal dan menyebabkan susu membeku. Hal ini terjadi ketika susu masam atau ketika posisi asam bertambah.<br />Faktor-faktor yang mempengaruhi susu adalah jenis ternak yang diperoleh waktu pemeliharaan pemerah makanan ternak, penyakit keragaman akibat musim, umur sapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nuswantoto dan Djajanijah (1997) yang mneyatakan bahwa apabila sapi dalam keadaan sehat, maka susu yang dihasilkan juga dalam keadaan steril.<br />Pada percobaan xantroprotein susu sebagai susu kedelai kemtal manis putih menghasilkan endepan kuning. Hal ini menandakan adanya protein yang terkandung pada susu tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Soetjiningsih (1997) yang mengatakan bahwa susu adalah sumber protein dengan mutu yang tinggi.<br />KESIMPULAN<br /><br />1. Pada uji lemak, indomilk coklat yang ditambahkan 1CC dietil eten menjadi encer<br />2. Pada uji adanya protein, susu kedelai yang ditambahkan Pb (CH3COOH)2 menghasilkan endapan putih<br />3. Pada uji biuret, dan cow coklat yang ditambahkan NaOH dan CuSO4 akan menghasilkan endapan coklat<br />4. Pada uji millen, susu kental manis putih yang ditambahkan milonase dan Pb (CH3COOH)2 akan menghasilkan endapan putih<br />5. Pada uji formalin, susu sapi segar yang ditambahkan KMNO4 membuktikan bahwa pada susu sapi segar tidak terdapa formalin.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Anonimous., 1999. Management Of Serve Malnutrion World Health Organization, Geneva.<br />Boediharjo, S D., 1988. Pemberian Makanan Untuk Bayi. Penebar Swadaya, Jakarta<br />http://www.info ibu.com., 2008. Air Susu Ibu - Diakses tanggal 23 November 2008, 1 page<br />http://www.kolom.pacific.net.id, 2008. Susu - Diakses tanggal 23 November 2008, 1 page<br />http://www.wikipedia.com., 2008. Susu - Diakses tanggal 23 November 2008, 1 page<br />http://www.wikipedia.com., 2008. Susu - Diakses tanggal 23 November 2008, 1 page<br />Husaini , K. Y dan M. H Anwar., 2001. Makanan Bayi Bergizi, Gadjah Mada University press, Yogjakarta<br />Nuswantoto dan Djajanijah., 1997. Mikrobiologi pangan-Hewan-Nabati. Penerbit Kanisius, Jakarta<br />Parakkasi, A., 1990. Ilmu Gizi dan Makanan ternak. Penerbit Angkasa Bandung<br />Soetjiningsih.,1997. ASI. Penerbit Buku kedokteran, Jakarta<br />Williams, F and J.D Baum., 1996. Human Milk Baniang Nestle Nitrition Vevey. New York<br />Williams, E.R and A.M Caliendo., 1998. Nitrition. Mc. Graw Hill Company, New Yorkarenloveuhttp://www.blogger.com/profile/04353214020133946931noreply@blogger.com0