BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 30 November 2009

kumpulan laporan gulma

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Adapun judul laporan ini adalah “Identifikasi dan Analisa Vegetasi Gulma; Teknik Aplikasi Herbisida; Periode kritis Persaingan Kedelai (Glycine max) terhadap Gulma Bayam (Amaranthus sp); Kemampuan Bersaing Kacang Kedelai (Glycine max) Terhadap Gulma Bayam (Amaranthus sp.); Weed Seed Bank Pada Lahan yang Berbeda; dan Pengaruh Kedalaman Tanah Terhadap Pertumbuhan Gulma”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Ilmu Gulma, Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Gulma Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D, dan Prof. Dr. Sangli J. Damanik serta para asisten Laboratorium Ilmu Gulma yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2009
Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA 1

TEKNIK APLIKASI HERBISIDA 7
PERIODE KRITIS PERSAINGAN KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.) 12
KEMAMPUAN BERSAING KACANG KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.) 17

WEED SEED BANK PADA LAHAN YANG BERBEDA 22

PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA 26



IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA

Sthefani Melkasari/070301065
Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian  25 m di atas permukaan laut. Percobaan ini bertujuan untuk mengenal spesies-spesies gulma dan melatih ketrampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi gulma golongan rumput-rumputas (grasses), berdaun lebar (broadleaf weeds), dan teki (sedges) dan menentukan gulma dominan yang terdapat di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam percobaan identifikasi dan analisa vegetasi gulma mengeidentifikasi jenis gulma yang ada dan mengetahui jenis gulma yang dominan dengan metode kuadran seluas 2 m2. Pada percobaan ini diketahui bahwa gulma yang mendominasi (NJD) tertinggi terdapat pada gulma Cyperus kyllingia sebesar 20,66% dan NJD terendah pada gulma Cyrtococcum arcroneum sebesar 0,855%.
Kata kunci : Identifikasi, Vegetasi gulma.

PENDAHULUAN
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).

Persaingan terjadi apabila sejumlah organisme (baik dari jenis yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam lingkungan. Dalam interaksi antara tumbuh-tumbuhan, pengobahan faktor-faktor lingkungan oleh suatu tumbuhan mengakibatkan berkurangnya aktivitas pertumbuhan dari tumbuhan lainnya. Karena interaksi antara tumbuh-tumbuhan terjadi melalui faktor-faktor lingkungan, maka bentuk dan tingkatan interaksi antara dua jenis tumbuhan bergantung pada keadaan lingkungan yang ada (Nasution, 1986).

Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlag sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).

Pendekatan klasik ahli taksonomi profesional pada masalah ini hanya dilakukan dengan analisis morfologis atas spesimen-spesimen yang mati, yang hasil-hasilnya sebagian dipengaruhi oleh cukupnya atau tidak cukupnya materi-materi referensi yang dimilikinya, dan metode-metode yang dipergunakan pada umumnya mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang serius kendatipun studi-studi yang teliti pada variabilitas (keanekaragaman) kategori sistemik yang diperhatikan (Huffaker dan Messenger 1989).

Pada dasarnya data yang diperoleh dari analisis vegetasi dapat dibagi atas dua golongan, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan tersebar danberkelompok, stratifikasinya, perioditas, dan lain sebagainya; sedang data kuantitatif menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang ditumbuhinya. Data kualitatif didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak-contoh di lapangan, sedangkan data kualitatif di dapat dari hasil pengamatan lapangan berdasar pengalaman yang luas (Tjitrosoedirdjo dkk, 1984).

BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 28 Agustus 2009 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Bahan yang diperlukan adalah spesies gulma yang tumbuh di lahan percobaan, tali plastik dan pacak untuk menandai lahan percobaan serta buku identifikasi untuk membantu proses identifikasi.
Percobaan ini menggunakan metode kuadran dengan dua belas blok. Dihitung kerapatan mutlak (KM), kerapatan nisbi (KN), frekuensi mutlak (FM), frekuensi nisbi (FN) dan nilai jumlah dominansi (NJD) dengan rumus :
KM
KN = X 100%
 KM

FM
FN = X 100%
 FM

KN + FN
NJD = X 100%
2
Keterangan :
KM = kerapatan mutlak spesies gulma dalam petak contoh
KN = % kerapatan mutlak spesies tertentu terhadap semua jenis gulma.
FM = frekuensi mutlak spesies gulma dalam petak contoh
FN = % frekuensi mutlak spesies gulma tertentu terhadap semua jenis gulma.
NJD = nilai dominansi spesies gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
NO Nama Gulma Blok KM FM KN
(%) FN
(%) NJD
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Ageratum conyzoides - - 3 3 - 1 1 - - - - - 8 4 0.45 4.12 2.285
2 Asystasia intrusa - 3 - 4 - - - - - 2 11 55 75 5 4.24 5.15 4.695
3 Axonopus compressus - - 78 9 20 - - 4 - - - - 111 4 6.28 4.12 5.2
4 Borreria laevis - 4 16 - - - 2 8 - - - - 30 4 1.70 4.12 2.91
5 Borreria latifolia - - - 2 - - 10 - - - - - 12 2 0.68 2.06 1.37
6 Cleome rutidosperma - - 15 - 3 2 - - - - - - 20 3 1.13 3.09 2.11
7 Commelina difffusa - - - - - - - 152 - - - - 152 1 8.60 1.03 4.815
8 Cyclosorus aridus - - - - - - - - - - 3 - 3 1 0.17 1.03 0.6
9 Cynodon dactylon - - - - - - - 9 - - - - 9 1 0.51 1.03 0.77
10 Cyrtococcum acrescens - - 32 - - - - - - 4 - - 36 2 2.04 2.06 2.05
11 Cyrtococcum arcroneum - - - - - - - 12 - - - - 12 1 0.68 1.03 0.855
12 Cyperus kyllingia - 45 302 26 23 22 52 7 7 10 6 30 530 11 29.98 11.34 20.66
13 Cyperus rotundus - - - - - - - 6 - - - - 8 2 0.45 2.06 1.255
14 Dactyloctenium aegyptium 10 4 1 - 22 - - - - - - - 37 4 2.09 4.12 3.105
15 Eleusine indica 78 8 17 1 - 2 1 - 1 - - - 108 7 6.11 7.22 6.665
16 Euphorbia hirta - - - - 2 - - - 10 - - - 12 2 0.68 2.06 1.37
17 Euphorbia prunifolia 4 - - - 2 3 - - - 14 2 7 32 6 1.81 6.19 4
18 Hyptis rhomboidea 1 2 - - 2 - 1 - - - 8 1 15 6 0.85 6.19 3.52
19 Ipomea reptans 1 - - - - - - - - - - - 1 1 0.06 1.03 0.545
20 Mimosa pudica 1 - - - - 2 - - - - - - 3 2 0.17 2.06 1.115
21 Ottochloa nodosa - - - - - 145 - - - - - - 145 1 8.20 1.03 4.615
22 Paspalum commersonii - - - 2 - - - - - - - - 2 1 0.11 1.03 0.57
23 Paspalum conjugatum - 10 - - 27 - 1 - - - - 2 40 4 2.26 4.12 3.19
24 Phyllanthus niruri - - 3 2 3 1 2 - 2 - - - 13 6 0.73 6.19 3.46
25 Setaria plicata 17 17 35 12 34 4 47 19 13 28 21 98 345 12 19.51 12.37 15.94
26 Sida rhombifolia 2 - - - - - - 1 - - - - 4 3 0.23 3.09 1.66
27 Spingelia anthelmia - - - 5 - - - - - - - - 5 1 0.28 1.03 0.655
1768 98

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa gulma yang tidak mendominasi daerah tersebut adalah Cyrtococcum arcroneum dengan NJD 0,855 % sedangkan yang mendominasi adalah Cyperus kyllingia dengan nilai NJD 20,66 %.

Pembahasan
Dari hasil percobaan diperoleh NJD tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 20,66%, sedangkan NJD terendah adalah Cyrtococcum arcroneum yaitu 0.855%. Cyperus kyllingia merupakan gulma yang pertumbuhannya cepat dan memiliki toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim. Hal ini sesuai dengan literatur Barus (2003) yang menyatakan perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif.

Pada lahan percobaan juga diketahui bahwa NJD setiap gulma bervarisi sehingga jelas terjadi persaingan, dan dari persaingan tersebut maka akan menyebabkan populasi dari satu gulma lebih sedikit dibandingkan dengan gulma lain. Hal ini sesuai dengan literatur Nasution (1986) yang menyatakan bahwa persaingan terjadi apabila sejumlah organisme (baik dari jenis yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam lingkungan. Dalam interaksi antara tumbuh-tumbuhan, pengobahan faktor-faktor lingkungan oleh suatu tumbuhan mengakibatkan berkurangnya aktivitas pertumbuhan dari tumbuhan lainnya.

KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan diperoleh KM tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 530 dan KM terendah adalah Ipomea reptans yaitu 1
2. Dari hasil percobaan diperoleh KN tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 29,98% dan KN terendah adalah Phyllanthus niruri yaitu 0,73%
3. Dari hasil percobaan diperoleh NJD tertinggi adalah Cyperus kyllingia yaitu 20,66% dan NJD terendah adalah Cyrtococcum arcroneum yaitu 0,855%
4. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa gulma dominan yang terdapat pada lahan percobaan adalah Cyperus kyllingia
5. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa jenis gulma berdaun lebar lebih banyak terdapat pada lahan percobaan dibandingkan gulma kelompok teki dan rerumputan

DAFTAR PUSTAKA
Barus, E., 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta
Huffaker, C. B., dan P. S. Messenger, 1989. Teori dan Praktek Pengendalian Biologis. Terjemahan S. Mangoendihardjo. UI-Press, Jakarta
Nasution, U., 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM), Tanjung Morawa.
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta


TEKNIK APLIKASI HERBISIDA

Sthefani Melkasari/070301065
Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini bertujuan umtuk mengukur aplikasi perlakuan herbisida yang seragam pada suatu areal, sehingga diperoloh hasil pengendalian yang efektif dan efisien. Percobaan ini menggunakan air, dan knapsock. Luas areal yang dikalibrasikan 2,2 m2 dengan volume awal 5 liter/ha. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa air yang digunakan untuk luas areal tersebut 1,5 liter/ha dan volume semprot yang digunakan adalah 181,81 L. Kebutuhan herbisida pada perlakuan 1/4x adalah 0,0032 L, pada 1/2x adalah 0,0062 L, x adalah 0,0123 L, dan 2x adalah 0,0248 L.
Kata Kunci: Herbisida, Dosis, Kalibrasi.

PENDAHULUAN
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik (Djojosumarto, 2002).

Proses aplikasi herbisida menyangkut berbagai aspek antara lain penyediaan larutan yang sesuai, pembuatan butiran semprotan, gerakan butiran cairan semprot pada sasaran dan butiran pada sasaran kebutuhan aspek itu diintegrasi untuk mendapatkan hasil biologi/kematian gulma (Triharso, 1990).

Dalam pengendalian gulma tidak seharusnya untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi terjadi yang terjadi tidak berarti pada tingkat yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma samapi tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau tidak melampui ambang ekonomik, sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol (Sukman dan Yakup, 2002).

Di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni:
 Ukuran lubang nozel.
 Tekanan dalam tangki alat semprot.
 Kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator.
(Anderson, 1977).

BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 18 April 2007 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Percobaan ini menggunakan air sebagai pelarut herbisida, gelas ukur untuk mengukur herbisida yang akan digunakan, ember plastik sebagai tempat menaruh air, glifosat sebagai herbisida yang akan diaplikasikan, dan Knapsock Sprayer sebagai alat semprot. Sebelum mengkalibrasikan air pada pelataran parker, ditentukan terlebih dahulu volume awal dengan rumus:
Volume yang diaplikasikan = Volume yang diperlukan
Luas areal perlakuan Luas areal yang akan diberi perlakuan


Kemudian ditentukan banyaknya volume semprot yang diperlukan untuk dosis herbisida 1/4x, 1/2x, x, 2x.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Volume awal (V1) = 5 L
Volume akhir (V3) = 3,5 liter
Volume semprot (V2) = V1 – V3
= 1,5 liter
Dosis anjuran = 220 cm = 2,2 m
G = 1,5 L
C = 10 m
Luas Lahan = 2,2 m2
Waktu = 16 detik = 60/16 x 10
= 37,5 m/menit

Volume semprot = Cx10000 = 1,5x10000 = 181,81 L
G.K 2,2x37,5
Kebutuhan herbisida pada perlakuan:
T1 = 0,375x1,5 = 0,0032 L
181,81
T2 = 0,75x1,5 = 0,0062 L
181,81
T3 = 1,5x1,5 = 0,0123 L
181,81
T4 = 3,0x1,5 = 0,0248 L
181,81

Pembahasan
Dari hasil percobaan dengan mengkalibrasikan air pada luas lahan 2,2 m2 diperoleh volume yang mau disemprot sebanyak 1,5 L, dan diperoleh volume semprot sebesar 181,81 L. Setiap dosis herbisida dimasukkan dalam 1,5 L air sehingga diperoleh kebutuhan herbisida untuk perlakuan 1/4x adalah 0,0032 L; 1/2x adalah 0,0062 L; x adalah 0,0123 L; dan 2x adalah 0,0248 L. Perbedaan jumlah aplikasi herbisida yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda. Di dalam melakukan kalibrasi ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi yaitu ukuran lubang nozzle, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan (kedepan) aplikator. Ketiga faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu volume larutan herbisida tertentu yang dapat dilepaskan melalui lubang nozzle pada setiap waktu yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan literatur Anderson (1977) bahwa di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang menentukan keberhasilan kalibrasi yakni ukuran lubang nozel, tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator.

KESIMPULAN
1. Pada perlakuan 1/4x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0032 L.
2. Pada perlakuan 1/2x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0062 L.
3. Pada perlakuan x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0123 L.
4. Pada perlakuan 2x, membutuhkan herbisida sebanyak 0,0248 L.
5. Volume semprot adalah 181,81 L.


DAFTAR PUSTAKA
Anderson, W.P., 1977. Weed Scince. West Publishing, Los Angeles.
Purba, E., 1996. Dasar Ilmu Gulma. FP – USU, Medan.
Sukman, Y., dan Yakup, 1995, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Triharso, 1986, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, UGM-Press, Yogyakarta.


PERIODE KRITIS PERSAINGAN KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.)


Sthefani Melkasari/070301065
Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m dpl. Percobaan ini dilaksanakan mulai 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki periode kritis persaingan tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill.) terhadap bayam (Amaranthus sp.). Benih kedelai di tabur pada setiap kotak dengan jumlah 20 benih masing-masing kotak 3 ulangan, dan benih Amaranthus sp. di tebar pada masing-masing kotak dengan jumlah benih berbeda-beda empat perlakuan dan 1 perlakuan tanpa gulma sebagai pembanding masing-masing perlakuan adalah P0, P1, P2, P3 . Hasil diperoleh bahwa bobot segar kedelai tertinggi pada plot bebas gulma.
Kata kunci: Priode kritis, Kedelai, Bayam, Kompetisi.

PENDAHULUAN
Persaingan atau kompetisi adalah suatu corak interaksi antara dua pihak organism yang memperbutkan faktor kehidupan yang sama. Persaingan terjadi apabila sejmlah organism (baik dari jenis yang sama maupun berbeda) membutuhkan/menggunakan faktor-faktor kehidupan yang sama dan faktor-faktor kehidupan tersebut tidak cukup tersedia di dalam lingkungan (Nasution, 1986).

Hadirnya gulma pada periode permulaan siklus hidup tanaman dan pada periode menjelang panen tidak berpengaruh atau hanya berpengaruh kecil terhadap produksi tanaman. Akan tetapi antara dua periode tersebut tanaman peka terhadap gulma. Periode kritis prinsipnya merupakan saat sutau periode pertanaman berada pada kondisi yang peka terhadap lingkungan terutama unsure hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Pada periode kritis tersebut maka tanaman akan kalah bersaing dalam hal penggunaan unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhannya sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, yang akhirnya akan menurunkan produksi tanaman (Sukman dan Yakup, 2002).

Persaingan untuk nutrisi antar tanaman dan gulma tergantung pada kadar nutrisi yang terkandung dalam tanah dan tersedia bagi keduanya dan tergantung pada pula pada kemampuan kedua tanaman dan gulma menarik masuk ion-ion nutrisi tersebut. Kemampuan serta kecepatan menarik ion-ion ke dalam tubuh tanaman tergantung pada sifat alamiah masing-masing tumbuhan (Moenadir,1993).

Gulma berkecambah (Germination) secara bersamaan dengan tanaman akan mengalami persaingan kuat. Karena tanaman bebas gulma di awal pertumbuhan kemungkinan tidak berbeda nyata dengan hasil tanamn bebas gulma sepanjang musim. Kerugian utama yang di timbulkan oleh gulma terhadap tanaman adalah hasil tanaman berkurang baik bobot basa maupun produktivitasnya. Beberapa jumlah minimum gulma (populasi atau bobot) menyebabkan cekaman material biologis pada tanaman. Kerapatan optimum gulma (The optimum level of weedensity) tidak menyebabkan penurunan hasil tanaman. Perkecambahan gulma yang tumbuh pada tanaman utama bergantung pada kelembaban(moisture) (Anderson, 1982).

BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dimulai tanggal 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Bahan percobaan yang digunakan sebagai objek percobaan adalah kedelai (Glycine max) di tebarkan pada box dengan 3 ulangan masing-masing 20 benih. Dan gulma yang di gunakan adalah bayam (Amaranthus sp.). Benih bayam di tebar pada box 0,100,100,100. Box terbuat dari kayu berbentuk balok dengan panjang 120 cm, lebar 50 cm dan tinggi 20 cm. Masing-masing box diisi dengan tanah top soil
.
Percobaan dilakukan atas 4 macam perlakuan yaitu P0 20:0; P1 20:100; P2 20:100: dan P3 20:100 masing-masing sebanyak 3 ulangan. Kedua belas box ini diisi dengan pasir dan di beri perlakuan sesuai prosedur di atas.
Untuk menentukan priode keritis tersebut maka bobot segar kedelai di timbang setelah kurang lebih 5 MST. Masing masing akar di timbang dan di catat sesuai perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Bobot segar setelah 5 MST (gr)

Perlakuan ulangan


X
1 2 3
P0 200 210 180 590 196.67
P1 200 150 200 550 183.33
P2 150 70 190 410 136.67
P3 170 175 180 525 175
Tabel sidik ragam
SK db JK KT F f .01
Blok 2 49256.25 24628.13 0.004 tn 5.14
Perlakuan 3 3204222.92 1068074 1.98 tn 4.26
Error 6 3220723.17 536787.1 - -
Total 11 32706.25 - - -

Pembahasan
Hasil tanaman utama Kedelai (Glycine max) untuk menolerir priode kritis terhadap persaingan beberapa jumlah gulma menunjukan hasil yang tidak nyata itu artinya semakin sedikit jumlah gulma yang bersaing dengan tanaman utama saat priode kritis menunjukan hasil yang signifikan yaitu pada box yang berisi 20 benih kedelai dan 40 benih amaranthus hasil dari grafik dapat di lihat bobot kering kedelai mengalami penurunan sehingga hasilnya sebesar 30 % yaitu pada perlakuan P2. Hal ini di sebabkan karena hadirnya gulma pada priode permulaan siklus hidup tanaman pada priode menjelang panen hanya berpengaruh kecil terhadap pertumbuhan tanaman. Priode kritis terjadi karena tanaman berada pada kondisi kondisi yang peka terhadap lingkungan. Persaingan gulma selama 6 MST pertama segera setelah penanaman mempunyai pengaruhy besar terhadap penurunan produksi priode kritis persaingan gulma terjadi pada 25-33 % pertama dari siklus hidup tanaman. Priode kertis persaingan terjadi pada sepertiga sampai setengah pertama umur tanaman. Priode keritis persaingan gulma bervariasi priode yang sangat keritis untuk persaingan gulma adalah satu bulan peretama setelah pertanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukman dan Yakup (2002) periode kritis prinsipnya merupakan saat sutau periode pertanaman berada pada kondisi yang peka terhadap lingkungan terutama unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Pada periode kritis tersebut maka tanaman akan kalah bersaing dalam hal penggunaan unsur-unsur yang diperlukan untuk pertumbuhannya sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, yang akhirnya akan menurunkan produksi tanaman.

Sedangkan hasil tanaman utama kedelai (Glycine max) untuk menolerir priode kritis tanpa persaingan beberapa jumlah gulma menunjukan hasil yang tidak nyata itu artinya hasil tanaman bebas gulma menunjukan hasil yang signifikan pada perlakuan P3 yaitu mengalamai peningkatan. Hal ini di sebabkan karena tanaman bebas gulma memiliki kecepatan tumbuh yang amat tinggi. Hasil tanaman bebas gulma tanpa pengendalian di awal pertumbuhan kemungkinan hasilnya tidak berbeda nyata dengan hasil tanaman di akhir pengendalian. Hal ini sesuai dengan Anderson (1982), bahwa kerugian utama yang di timbulkan oleh gulma terhadap tanaman adalah hasil tanaman berkurang baik bobot basa maupun produktivitasnya. Beberapa jumlah minimum gulma (populasi atau bobot) menyebabkan cekaman material biologis pada tanaman.

KESIMPULAN
1. Bobot segar kedelai tertinggi terdapat pada plot bebas gulma, dengan nilai rata-rata 196,67 g.
2. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap periode kritis kedelai terhadap bayam.
3. Bobot segar terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan rataan 136,67 g.

DAFTAR PUSTAKA
Nasution, U., 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian & Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa, Tanjung Morawa.
Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukman. Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendalianya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


KEMAMPUAN BERSAING KACANG KEDELAI (Glycine max) TERHADAP GULMA BAYAM (Amaranthus sp.)


Sthefani Melkasari/070301065
Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


ABSTRAK

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m dpl. Percobaan ini dilaksanakan mulai 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persaingan gulma bayam terhadap pertumbuhan vegetatif kedelai. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok non Faktorial. Yang terdiri dari satu perlakuan yaitu populasi bervariasi dan tiga ulangan. Perlakuan yang digunakan perbandingan populasi kedelai dan bayam yaitu 30:0; 20:10; 10:20; dan 0:30. Dalam percobaan ini diperoleh total bobot segar setelah 5 MST kedelai dan bayam dengan 3 ulangan pada perlakuan 30:0 yaitu 580 g, perlakuan 20:10 yaitu 550 g, perlakuan 10:20 yaitu 410 g, dan perlakuan 0:30 yaitu 525 g.
Kata kunci : Kompetisi, Kedelai, Bayam.

PENDAHULUAN

Beberapa faktor yang mengakibatkan kompetisi adalah faktor pertama yang mengakibatkan kompetisi adalah kehadiran suatu individu atau kelompok tanaman lain. Faktor kedua adalah kuantitas faktor pertumbuhan yang tersedia dan kompetisi terjadi apabila ketersediaan faktor pertumbuhan terbatas. Tetapi ini perlu diingat bahwa kompetisi dapat terjadi tidak hanya diantara tanaman baik dari varietas atau spesies yang sama atau berbeda, tetapi juga dintara organ dari tanaman yang sama. Karena kebutuhan tanaman akan jenis unsur hara dan air dapat berbeda diantara jenis faktor tersebut untuk suatu kombinasi jenis tanaman. Perbedaan intensitas kompetisi untuk suatu jenis faktor ini juga dapat terjadi antara umur tanaman karena tingkat kebutuhan yang berbeda dengan waktu sesuai dengan perkembangan tanaman (Moenandir, 1993).

Persaingan atau kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan diperlukan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan timbul dari 3 reaksi tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasi pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan yang berlebihan itu berkurang maka persaingan akan timbul, sehingga istilah persaingan menerangkan kejadian yang mnjurus pada hambtan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain (Triharso, 1996).

Baik gulma maupun tanaman mempunyai kebutuhan yang sama akan kebutuhan hidupnya persaingan interspesifik terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan persaingan antar spesies tumbuhan yang sama merupakan persaingan intra spesifik (Sukman dan Yakup, 1991).

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, yang dilaksanakan mulai 6 November 2009 sampai 18 November 2009. Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kedelai (Glycine max (L.) Merill.) dan benih bayam (Amaranthus sp.) sebagai objek pengamatan, top soil sebagai media tanam, kotak triplex untuk tempat menanam.
.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak kelompok Non Faktorial. Perlakuan yang dipakai adalah perbandingan populasi kedelai dan bayam yaitu 30:0; 20:10; 10:20; dan 0:30. Ditanam benih kacang kedelai dan bayam dengan populasi yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Dilakukajn penjarangan jika jumlah populasi berlebih dari perlakuan dan dilakukan penyulaman jika populasi tidak mencukupi perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Bobot segar setelah 5 MST (gr)

Perlakuan Ulangan ∑ X
1 2 3
K0 75 50 60 185 60,67
K1 95 30 55 175 58.33
K2 25 35 45 105 35
K3 65 35 30 130 43,33
K4 35 20 30 85 28,33

SK db Jk KT F f .01
Blok 2 1453,33 726,66 0,895 3,11
Perlakuan 4 69173,3 17293,3 21,29 2,81
Error 8 6495,33 811,92 - -
Total 14 5673,33 - - -


Pembahasan
Dari percobaan didapatkan bobot kering Glycine max pada perlakuan 30:0 lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan 20:10. Pada perlakuan 20:10 gulma Amaranthus sp lebih banyak dibandingkan pada perlakuan 30:0 dan ternyata bobot basah setelah 5 MST Glycine max lebih besar pada perlakuan pada perlakuan 30:0. Hal ini disebabkan pada perlakuan 30:0 persaingan intersfesifik Glycine max lebih sedikit dibandingkan pada perlakuan 20:10 yang lebih banyak populasinya. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1991), baik gulma maupun tanaman mempunyai kebutuhan yang sama akan kebutuhan hidupnya persaingan interspesifik terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda, sedangkan persaingan antar spesies tumbuhan yang sama merupakan persaingan intraspesifik.
Dari percobaan diperoleh bahwa bobot segar setelah 5 MST terendah terdapat pada perlakuan K4, yaitu 0 kedelai dan 30 bayam. Hal ini terjadi karena tanaman yang ada hanya 1 jenis saja sehingga semua hara yang terdapat didalam tanah diserap terus-menerus yang mengakibatkan lama- kelamaan akan habis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moenandir (1993) bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kompetisi adalah faktor pertama yang mengakibatkan kompetisi adalah kehadiran suatu individu atau kelompok tanaman lain. Faktor kedua adalah kuantitas faktor pertumbuhan yang tersedia dan kompetisi terjadi apabila ketersediaan faktor pertumbuhan terbatas. Karena kebutuhan tanaman akan jenis unsur hara dan air dapat berbeda diantara jenis faktor tersebut untuk suatu kombinasi jenis tanaman. Perbedaan intensitas kompetisi untuk suatu jenis faktor ini juga dapat terjadi antara umur tanaman karena tingkat kebutuhan yang berbeda dengan waktu sesuai dengan perkembangan tanaman.

KESIMPULAN
1. Gulma bayam dapat mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman kedelai jika jumlahnya menyaingi jumlah tanaman kedelai.
2. Pada media yang ditanam Glycine max tanpa adanya gulma bayam maka hasil bobot keringnya lebih besar.
3. Kerapatan gulma dapat menyebabkan penurunan hasil dari suatu tanaman utama.

DAFTAR PUSTAKA

Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.
Triharso, 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. UGM-Press, Yogyakarta.


WEED SEED BANK PADA LAHAN YANG BERBEDA

Sthefani Melkasari/070301065
Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK
Percobaan dilakukan dilahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut. Percobaan ini bertujuan untuk memperkirakan ukuran, komposisi dan distribusi vertical seed bank yang dicobakan. Percobaan tersebut menggunakan tanah dari empat lokasi yang berbeda, yaitu tanah dari lahan tanaman jagung, tanah dari lahan tanaman ubi kayu, tanah dari lahan kelapa sawit, dan tanah tanpa tanaman di pinggir jalan. Dari percobaan diperoleh bahwa seed bank yang tumbuh adalah gulma Phylanthus niruri, Cyperus rotundus, Ageratum conyzoides, Cleome rutidosperma, Paspalum conjugatum, Asystasia intrusa, dan Cyperus kyllingia.
Kata kunci : Seed bank, Gulma, Kedalaman tanah.

PENDAHULUAN
Biji gulma yang berada di dalam tanah, dalam waktu tertentu atau setelah terjadi pematahan dormansi, dapat berkecambah. Perkecambahan itu dapat terjadi selama biji tersebut sudah tidak akan berkecambah lagi setelah biji mengalami senesensi. Perkacambahan biji gulma ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, ialah faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam inilah merupakan sifat yang dipunyainya secara menurun (genetis) misalnya lama dormansi oleh karena tebalnya kulit biji, vigor, viabilitas, dan lain-lain (Moenandir, 1993).

Perkembangan gulma sangat cepat dan mudah, baik secara genetatif maupun vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di bagian tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizoma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).

Rotasi tanaman memungkinkan mempunyai dampak kecil terhadap jumlah total biji dan alat biak vegetatip dalam tanah kecuali jika tanaman tersebut bebas gulma setiap saat. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan hidup (longevity) dalam tanah ( Sukman dan Yakup, 1992).

BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 6 November – 18 November 2009 dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Bahan yang digunakan polybag sebagai media tanam, tanah top soil sebagai media tanam dan tanah seed bank dari empat lokasi berbeda yaitu lahan jagung, lahan ubi kayu, lahan kelapa sawit, dan tanah pinggir jalan sebagai objek pengamatan, pipa untuk mangambil tanah seed bank tersebut, label untuk menandai polybag.

Dalam percobaan ini dibuat satu petak lahan, kemudian polybag diisi ¾ tanah top soil lalu tanah seed bank dimasukkan dan disusun pada lahan tersebut dan diberi label untuk menandai tanah seed bank dari keempat tempat yang berbeda tersebut dan sesuai ulangannya. Data tersebut diambil dan diamati gulma apa saja yang tumbuh setiap minggu selama tiga minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Dari percobaan tersebut diperoleh hasil percobaan sebagai berikut :
Nama Gulma Tanah Jagung
0-2 cm 2-5 cm 5-10 cm
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Phylanthus niruri 1 1 - 1 - 1 4 - 3
Cyperus rotundus 11 25 1 10 7 11 15 3 7
Ageratum conyzoides - - - 5 9 6 - - 2
Cleome rutidosperma 6 1 1 - - - 4 - 3
Paspalum conjugatum 10 5 7 - - - - - -
Asystasia intrusa - - - - - - 1 - -
Cyperus kyllingia - 1 - - 1 - - - -
Seed bank pada tanah jagung

Seed bank pada tanah ubi kayu
Nama Gulma Tanah Jagung
0-2 cm 2-5 cm 5-10 cm
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Phylanthus niruri 4 - 1 1 - - 1 2 -
Cyperus rotundus - - - - 1 3 9 3 2
Ageratum conyzoides 5 - 3 3 3 7 3 - 1
Cleome rutidosperma 9 4 8 - - - - 4 -
Paspalum conjugatum 6 6 6 - - - 2 - 1
Asystasia intrusa - - - - - - - - 1
Cyperus kyllingia 3 - - - - 4 3 - 1

Seed bank pada tanah kelapa sawit
Nama Gulma Tanah Jagung
0-2 cm 2-5 cm 5-10 cm
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Phylanthus niruri 1 - 4 10 3 5 3 - -
Cyperus rotundus - - - - - - - 4 -
Ageratum conyzoides 1 2 - 8 2 - 3 - -
Cleome rutidosperma - - - 4 5 3 5 1 3
Paspalum conjugatum - - - 2 5 1 - 3 -
Asystasia intrusa - 1 - - - - 1 - -
Cyperus kyllingia 2 - 1 4 - 5 2 - 1
Nama Gulma Tanah Jagung
0-2 cm 2-5 cm
1 2 3 1 2 3
Phylanthus niruri 6 3 - 4 - 4
Cyperus rotundus - - 1 - 2 -
Ageratum conyzoides - 1 - - - -
Cleome rutidosperma 3 - 2 - - 3
Paspalum conjugatum - - 1 1 - -
Cyperus kyllingia - 1 - - - 1
Seed bank pada tanah pinggir jalan tanpa tanaman

Pembahasan
Dari hasil percobaan didapat bahwa gulma Cyperus rotundus mendominasi hampir seluruh gulma di areal tanah jagung. Cyperus berkembang dapat melalui biji dan bagian vegetatifnya. Bagian vegetatif ini akan dengan cepat mengembangkan teki sehingga penyebarannya dapat cepat terjadi.hal ini sesuai literatur Barus (2003) Perkembangan gulma sangat cepat dan mudah, baik secara genetatif maupun vegetatif. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di bagian tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.

Dari percobaan dapat dilihat bahwa jumlah seed bank yang paling sedikit adalah pada Asystasia intrusa. Bahkan pada tanah dipinggir jalan yang tidak ada tanamannya, Asystasia intrusa tidak menjadi salah satu jenis gulma di tanah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa biji Asystasia memiliki masa dormansi yang lama. Menurut Sukman dan Yakup (1992) kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan hidup (longevity) dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Barus, E., 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Efektivitas dan Efiseiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius, Yogyakarta.
Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukman., Y dan Yakup, 1992. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Press, Jakarta.


PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA


Sthefani Melkasari/070301065
Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

ABSTRAK

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada tanggal 19 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk mencatat kemampuan sejumlah gulma untuk muncul dari kedalaman yang berbeda-beda. Percobaan tersebut menggunakan 2 faktor perlakuan yaitu faktor 1 adalah jenis gulma S1 Amaranthuss sp., S2 Asystasia intrusa. Sedangkan faktor kedua adalah K. K1 0 cm, K2 1 cm, K3 5 cm, K4 15 cm. Dari percobaan diperoleh bahwa gulma yang banyak tumbuh adalah pada kedalaman 15 cm yaitu jenis gulma Amaranthus sp..
Kunci : Perkecambahan, Kedalaman tanah, Gulma.

PENDAHULUAN

Kedalaman pembenaman memberikan jumlah perkecambahan yang berbeda. Biji pada permukaan tanah dan biji yang dibenam sedalam 3, 8, 15 dan 23 cm akan memberikan perkecambahan masing-masing 30 %, 62 %, 60 %, 52 % dan setelah 12 bulan tidak tampak perubahan viabilitas pada biji yang dibenamsedalam 23 cm, tetapi bila pembenaman biji diangkat ke atas permukaan tanah perkecambahannya 7% saja (Moenandir, 1993).

Biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah. Bila dormansi diperpanjang waktunya akan mengalami imbibisi sehingga jaringan embrio menjadi rusak. Dalam biji terimbibisi ini daya perkecambahan biji masih tetap tinggi (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).
Faktor tanah yang turut menentukan distribusi gulma antara lain : kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, unsur-unsur makanan dalam tanah dan lain-lain. Umumnya gulma mempunyai kemampuan bersaing yang cukup baik pada semua mcam tipe tanah. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah (Sukman dan Yakup, 1995).

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada tanggal 19 November 2009. Percobaan ini menggunakan polibag sebagai media tanam, tanah yang steril sebagai media tanam, benih Asystasia intrusa dan Amaranthus sp. sebagai objek pengamatan, label untuk menandai polibag. Dalam percobaan ini polibag diisi ¾ tanah yang steril dan benih tersebut diletakkan di atasnya sesuai dengan perlakuan dan diberi label untuk menandai perlakuan serta ulangannya. Diamati gulma apa saja yang tumbuh setiap hari sampai pengamatan terakhir dan dicatat datanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

ama Gulma Perlakuan
S1K0 S1K1 S1K2 S1K3 S1K4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Amaranthus sp. 10 5 10 6 3 4 - 3 - 6 5 5 10 14 16
25 13 3 16 40
Nama Gulma Perlakuan
S2K0 S2K1 S2K2 S2K3 S2K4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Asystasia intrusa 5 8 7 1 2 3 - 2 - - 1 2 2 1 1
20 6 2 3 4

Pembahasan

Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data bahwa benih Amaranthus sp. lebih dominan pada setiap kedalaman tanah dari pada Asystasia intrusa. Hal ini dikarenakan benih Amaranthus sp. memilki ketahanan untuk bertahan hidup pada setiap kedalaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1991) yang menyatakan bahwa kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah.

Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data, ada gulma yang tidak dapat tumbuh pada suatu kedalaman. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor yaitu dari benih tersebut yang sudah ketuaan, atau karena faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Tjitrosoedirjdo,dkk (1984) yang menyatakan bahwa biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah.

KESIMPULAN

1. Benih gulma yang paling banyak tumbuh adalah Amaranthus sp. dan yang paling sedikit benih gulma Asystasia intrusa.
2. Benih gulma Amaranthus sp. paling banyak tumbuh pada kedalaman K4 yaitu kedalaman 15 cm sebanyak 40.

DAFTAR PUSTAKA

Moenandir. 1993. Ilmu Gulma Dalam sistem Pertanian Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukman, Y., dan Yakup., 1995, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta.