KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dan tepat pada waktunya.
Adapun judul laporan ini adalah “IMBIBISI BIJI”. Dengan tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboraturium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof.Dr. Ir. J. A. Napitupulu, Msc, Prof. Dr. Ir. J. M. Sitanggang, MP, Ir.Meiriani, MP, Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP, Ir. Haryati, MP, dan Ir. Lisa Mawarni, MP, selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan serta abang dan kakak asisten Fisiologi Tumbuhan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
Tujuan Percobaan . . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .2
Kegunaan Praktikum . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .3
TINJAUAN PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
Bahan dan Alat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
Prosedur Percobaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Perhitungan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13
Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Komponen biji adalah struktur lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar (radicula), calon daun, batang (plumule) dan sebagainya. Pada proses perkecambahan, biji membutuhkan air dalam jumlah minimum dalam tubuhnya, atau yang disebut dengan “taraf kandungan minimum”. Jika kandungan air benih kurang dari batas tersebut akan menyebabkan proses perkecambahan terganggu. Fungsi utama cadangan makanan dalam biji adalah memberi makan pada embrio atau tanaman yang masih muda sebulum tanaman itu dapat memproduksi sendiri zat makanan, hormone, dan protein. (Ashari. 1995)
Pola khas indeks luas daun suatu tanaman budidaya yang berbeda dengan sorgum, dimana periode L yang tinggi tersebut sangat pendek. Orang mungkin tidak memilih untuk menghadapi jenis dormansi, karena dapat mencegah perkecambahan biji sebelum waktunya. (Goldsworthy and Fisher. 1992)
Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-bijian memerlukan rangsangan cahaya. Nampaknya ada dua himpunan tekanan ekologis yang mempengaruhinya : Pertama, biji-biji dari banyaknya tanaman-tanaman penggangu. Kedua, dimana perkecambahan yang dirangsang oleh cahaya adalah baik, dimana species mengembangkan satu cadangan biji-bijin yang terkubur. (Fitter and Hay. 1978)
Suhu hamper tidak berpengaruh pada interkontrol versi fotokimia yang dikendalikan oleh pfr dan yang mempengaruhi perusakan ptr sangat peka terhadap suhu. (Salisbury and Ross. 1992)
Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel embrio membesar dan biji melunak.(Http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan, 2008)
Imbibisi merupakan penyusupan atau penyarapan air kedalam ruangan antar dinding sel. Sehingga dinding selnya akan mengembang. Misalnya, masukkan air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. (www.tedbio.multiply.com/journal, 2008)
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan daya hisap biji terhadap air dan mendinginkan daya hidup air beberapa biji tanaman Padi(Oryza sativa) dan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris).
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul yang diimbibisikan harus menempati ruang diantara moleku-molekul zat yang mengimbibisi sehingga volume zat yang diimbibisikan tertakan lebih kecil dari pada bila dalam keadaan bebas. (Heddy. 1990)
Hingga karakter tahan air serta biji mampu berkacambah. Penyebab lain yaitu pengujian impermeable penyerupaan gas, sehimgga O2 tidak dapat masuk kedalam sel dan CO2 tidak bisa keluar. Dengan peristiwa tersebut, sel menjadi dapat ditembus dan embrio dapat bernafas dengan bebas. (Thompson. 1990)
Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban, contohnya penyerapan air oleh benih dalam proses awal perkecambahan, benih akan membesar, kulit benih pecah, berkecambah, dilandasi oleh keluarnya radikula dari dalam benih. Syarat imbibisi yaitu perbadaan tekanan antara benih dengan larutan, dimana tekanan benih lebih kecil dari pada tekanan larutan, ada daya tarik-menarik yang spesifik antara air dan benih. Benih memiliki partikal koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, sellulose, dan benih kering memiliki tekanan sangat rendah. (www.Faperta.ugm.ac.id/imbibisi. 2008)
Dua kondisi yang cocok diperlukan untuk terjadinya imbibisi yaitu : kemiringan/gradien, potensi air harus ada antara permukaan absorbsi dan imbibisi air dan affinier (gaya gabung) harus ada antara komponen absorbsi dan substrat (bahan) imbibisi. (Devlin and Witham. 1992)
Setalah air berimbibisi enzim mulai berfungsi dalam sitoplasma yang mana telah terhidrasi. Imbibisi kembali beberapa enzim yang mengubah protein menjadi asam amino, lemak dan minyak menjadi larutan sederhana atau campuran dan enzim-enzim lain yang merombak pati menjadi gula. Air dan oksigen adalah kebutuhan utama perkecambahan serta cahaya. (Stern,dkk. 1998)
Imbibibisi adalah suatu proses fisika dengan suatu nilai kurang dari 2 dan akan terjadi pula biji yang tidak mampu hidup. Potensial air pada biji-bijian kering cukup rendah untuk menarik uap iar dari atmosfir tanah, tetapi laju gerakannya sangat lebih lambat lewat lintasan uap. Sebab utama potensial air biji yang rendah, adalah bahan simpanan yang terutama bersifat koloid, khususnya protein. Berat suatu biji yang kaya proteindapat melipat dua dalam 24 jam sebagai akibat air yang diambil. Dalam biji padi-padian yang berpati, berat permulaan dapat meningkatsampai kira-kira 150% berat aslinya, setelah itu berat nya tetap (konstan) sampai permunculan radicula. (Fitter and Hay. 1990)
Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian pertumbuhan biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan system yang cepat, lebih luas dan banyak menampung sumber air yang diterima. (Bewley and Black. 1992)
Ahli fisiologi benih menyatakan ada empat tahap: (1) hidrasi atau imbibisi, selama kedua priode tersebut, air masuk kedalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain. (2) pembentukan atau pengaktifan enzim, yang menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik. (3) pemanjangan sel radikal, diikuti munculnya radikula dari biji. (4) pertumbuhan kecambah selanjutnya. Lapisan yang membungkus embrio, yaitu endosperm, kulit biji dan kulit buah.
(Salisbury and Ross.1992)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari sabtu 20 september 2008 dengan ketinggian 25 meter dari permukaan laut pada pukul 08.00 wib sampai selesai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah biji Padi (Oryza sativa) dan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) sebagai objek percobaan, air sebagai indikator biji dan kertas label untuk menulis label nama.
Adapun alat yang digunakan adalah botol kocok untuk tempat objek percobaan, timbangan untuk menimbanag berat biji yang diinginkan, kalkulator untuk menghitun data, tissue untuk mengeringkan biji, kertas millimeter untuk menggambar grafik alat tulis untuk menulis data, dan sebagainya.
Prosedur Percobaan
• Disiapkan 20 botol kocok / gelas beaker
• Ditimbang biji padi dan biji kacang merah masing-masing 10 gram
• Dimasukkan kedalam botol kocok / beaker glass dan masing-masing biji direndam selama 1,2,3,4,5,6,8,12,24,48 jam.
• Ditimbang berat biji yang telah direndam sesuai perlakuan.
• Dihitung persentase kadar air dengan rumus:
% Kadar Air = Berat Akhir – Berat Awal X 100 %
Berat Akhir
• Digambar grafik hubungan antara lama perendaman dengan pertambahan berat biji dalam satu grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komoditi : Padi (Oryza sativa)
Perlakuan (Jam) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA
1 10 10,5 4,76 %
2 10 11,4 12,28 %
3 10 11,5 13,04 %
4 10 11,3 11,50 %
5 10 11,6 13,79 %
6 10 11,5 13,04 %
8 10 10,4 3,85 %
12 10 10,6 20,63 %
24 10 12,7 21,26 %
48 10 35,2 71,50 %
Komoditi : Kacang Merah (Phaseolus vilgaris)
Perlakuan (Jam) Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) % KA
1 10 10.9 8,25 %
2 10 11.6 13,79 %
3 10 13.5 25,93 %
4 10 14.4 30,56 %
5 10 15.9 37,11 %
6 10 13.9 28,06 %
8 10 16.3 38,65 %
12 10 19.3 48,14 %
24 10 19.8 49,50 %
48 10 44.0 77,27 %
Perhitungan
Komoditi : Padi (Oriza sativa)
%KA (1jam) = 10,5-10 X 100 % = 4,76 %
10,5
%KA (2jam) = 11,4-10 X 100 % = 12,28 %
11,4
%KA (3jam) = 11,5-10 X 100 % = 13,04 %
11,5
%KA (4jam) = 11,3-10 X 100 % = 11,50 %
11,3
%KA (5jam) = 11,6-10 X 100 % = 13,79 %
11,6
%KA (6jam) = 11,5-10 X 100 % = 13,04 %
11,5
%KA (8jam) = 14,4-10 X 100 % = 3,85 %
14,4
%KA (12jam) = 10,6-10 X 100 % = 20,63 %
10,6
%KA (24jam) = 12,7-10 X 100 % = 21,26 %
12,7
%KA (48jam) = 35,2-10 X 100 % = 71,50 %
35,2
Komoditi : kacang Merah (Phaseolus vilgaris)
%KA (1jam) = 10,9-10 X 100 % = 8,25 %
10,9
%KA (2jam) = 11,6-10 X 100 % = 13,79 %
11,6
%KA (3jam) = 13,5-10 X 100 % = 25,93 %
13,5
%KA (4jam) = 14,4-10 X 100 % = 30,56 %
14,4
%KA (5jam) = 15,9-10 X 100 % = 37,11 %
15,5
%KA (6jam) = 13,9-10 X 100 % = 28,06 %
13,9
%KA (8jam) = 16,3-10 X 100 % = 38,65 %
16,3
%KA (12jam) = 19,3-10 X 100 % = 48,14 %
19,3
%KA (24jam) = 19,8-10 X 100 % = 49,50 %
19,8
%KA (48jam) = 44,0-10 X 100 % = 77,27 %
44,0
Pembahasan
Faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan data ialah disebabkan oleh kurangnya perhatian praktikan terhadap percobaan, yang mengakibatkan kurangnya air yang mengakibatkan potensi air biji yang rendh akan menghambat proses imbibisi biji, dimana hal ini terjadi pada biji yang kering dan keriput. Selain itu juga dipengaruhi komponen absorbsi dan substratsi biji. Hal ini sesuai dengan literatur Davlin and Witham (1992) bahwa dua kondisi yang cocok yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi yaitu: (1) gradien potensi air harus ada antara permukaan absorbsi dan imbibisi air dan (2) affinitter harus ada antara komponen absorbsi dan subtansi imbibisi.
Berat padi yang direndam selama 48jam bertambah sebesar 25,2 gram, sedangkan kacang merah 34,0 gram. Hal ini karena kacang merah mengandung protein dan padi mengandung zat tepung. Zat tepung lebih mudah larut, tetapi padi memiliki kulit yang keras, sehingga susah untuk mengabsorbsi air, sebaliknya kacang merah memiliki kulit yang tipis, sehingga lebih banyak menyerap air dan biji bertambah besar. Hal ini sesuai dengan literatur Fitter and Hay (1990) yang menyatakan bahwa imbibisi terjadi pada waktu biji kering yang tidak memiliki kulit biji yang kedap diletakkan dalam kontak dengan air.
Pada percobaan didapat padi memiliki pertambahan berat yang baik dari hasil penyerapan air, tetapi pada perlakuan 8 jam berat padi cenderung menurun dan pada perlakuan 24jam berat padi bertambah lagi. Hal ini dipengaruhi oleh radicula. Pernyataan ini sesuai dengan literatur Fitter and Hay (1990) yang menyatakan bahwa dalam biji-bijian padi yang berpati, berat permulaan dapat meningkat dampai kira-kira 150 % berat aslinya, setelah itu beratnya tetap (konstan) sampai permunculan radicula.
Faktor-faktor yang mempenaruhi terbentuknya imbibisi pada kacang merah dan padi adalah tekanan, kulit biji, benih dan substratnya. Semakin kecil tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka semakin besar proses imbibisi. Kulit biji tipis, mengandung substrat yang mudah larut dalam air dan benih tidak kering, maka air yang diserap akan lebih banyak dan sebaliknya. Hal ini sesuai literature Http://www.Faperta.ugm.ac.id (2008) yang menyatakan bahwa tekanan benih lebih rendah dari tekanan larutan. Benih merupakan koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein pati, dan sellulosa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada percobaan didapat % KA terbesar biji padi dengan lama perendaman 48jam yaitu sebesar 71,50 %.
2. Pada percobaan didapat % KA terbesar pada biji kacang merah adalah biji kacang merah dengan lama perendaman 48 jam yaitu sebesar 77,27 %.
3. Pada percobaan didalam % KA terkecil pada biji padi adalah biji padi dengan lama perendaman 8 jam yaitu sebesar 3,85 %.
4. Pada percobaan didapat % KA terkecil pada biji kacang merah adalah biji kacanag merah dengan lama perendaman 1 jam yaitu sebesar 8,25 %.
5. Berat akhir biji padi yang tertinggi pada perlakuan selama 48jam yaitu sebesar 35,2 gram dengan kadar air 71,50 % , sedangkan berat akhir yang terendah pada perlakuan selama 8 jam dengan kadar air 3,85 %.
Saran
Sebaiknya pada waktu percobaan, praktikum melakukan percobaan sesuai dengan prosedur percobaan. Sebaliknya biji yang direndam diletakkan di suatu tempat yang sama, sebaliknya praktikan lebih teliti dalam menghitung berat agar tidak terjadi kekeliruan data.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Bewley. J. D and Black M. 1992. Seeds Physiology Of Development and Germination. Plenum Press. New York.
Devlin, R. M and F. H. Witham. 1992. Plant Physiology. Wardsworth Publishing Company. California.
Fitter, A. H and R. K. M. Hay. 1990. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Goldswothy, P. R and Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Http://www.Faperta.UGM.ac.id/buper. 2008. Imbibisi. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2008. Page 1-3.
Http://www.Tedbio.multiply.com. 2008. Transportasi pada tumbuhan. Diakses pada tanggal 8 November 2008. Page 1-2.
Http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan. 2008. Perkecambahan. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2008. Page 1.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Salisbury, K. B. and H. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Stern, K. R, S. Jansky and J. E. Bidlack. 1998. Introductory Plant Biology. Mc Graw Hill. New York.
Thompson, J. R. 1990. An Introduction to Seed Technology. Leonard Hill.
Rabu, 05 Agustus 2009
imbibisi biji
Diposting oleh arenloveu di 2:35:00 AM 1 komentar
Label: fisiologi tumbuhan, imbibisi biji
Senin, 03 Agustus 2009
kurva sigmoid
KURVA SIGMOID
LAPORAN
Oleh:
BRAM ARDA BINTARIO BANGUN / 070301036
STHEFANI MELKASARI / 070301065
BUDIDAYA PERTANIAN – AGRONOMI
IV / 13
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
KURVA SIGMOID
LAPORAN
Oleh:
BRAM ARDA BINTARIO BANGUN / 070301036
STHEFANI MELKASARI / 070301065
BUDIDAYA PERTANIAN – AGRONOMI
IV / 13
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Ditugaskan oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
( Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc. )
NIP. 130231557
Diketahui oleh: Diperiksa oleh:
Asisten Koordinator Laboratorium Asisten Koordinator Group IV
( Rimember A. Lubis ) ( Susi Octaviani S. D. )
NIM. 040301014 NIM. 040301049
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Judul laporan ini adalah “KURVA SIGMOID” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc.; Prof. Dr. Ir. J.M. Sitanggang, MP.; Ir. Meiriani, MP.; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.; Ir. Haryati, MP. dan Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Medan, November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
Tujuan Percobaan …………………………………………………….. 2
Kegunaan Percobaan …………………………………………………. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ……………………………………………………… 4
Syarat Tumbuh ……………………………………………………….. 6
Iklim ……………………………………………………………. 6
Tanah ………………………………………………………….... 7
Pertumbuhan dan Perkembangan ………………………………….… 8
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu ………………….………….…………………….. 10
Bahan dan Alat ………………………………….……………………. 10
Prosedur Percobaan …………………………….…………………….. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ……………………………………………………………….…. 12
Gambar ……………………………………………………………….. 13
Pembahasan …………………………………………………….…….. 14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………………………...… 17
Saran …………………………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata ‘jagung’ mempunyai suatu arti khusus di Amerika Serikat dan diterapkan hanya untuk jagung atau maizena/sejenis tanaman jagung di negara-negara yang lain itu berlaku bagi semua bulir. Di Eropa, kata-kata itu digunakan untuk ditunjukkan pada gandum, wheat, rye dan bazley, karena seperti jagung. Acuan jagung dalam kitab yang mungkin berarti hanya bulir yang kecil karena jagung atau maizena tanaman jagung tidak dikenal di daerah ketimuran di belahan bumi sebelumditemukan oleh Amerika (Thompson, 1949).
Para ahli botani dan pertanian memeperkirakan tanaman jagung berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis. Nikolai Ivanovich Vavilow memastikan daerah asal sentrum tanaman jagung adalah Meksiko bagian Selatan dan Amerika bagian Tengah. Penyebaran tanaman jagung ke berbagai negara di dunia diperkirakan dibawa oleh Christopher Colombus sekitar tahun 1942, kemudian menyebar ke seluruh dunia (Rukmana, 1997).
Jagung digambarkan oleh Lyle (1916) suatu ‘tanaman yang mengagumkan’, barangkali hanya dikenal di Amerika dalam periode sebelum Colombus. Sekarang ini mempunyai peringkat dalam produksi dunia di antara tiga tanaman padi-padian utama. Ia ditanam lebih banyak di negara daripada setiap padi-padian lain, dan telah menghasilkan hasil bijian yang paling besar di antara setiap tanaman padi-padian lain. Kebanyakan daerah yang ditanami jagung (58 persen) adalah di negara-negara yang sedang berkembang, dan daripadanya kira-kira 50 juta hektar terdapat di daerah tropik, terutama pada ketinggian yang rendah (kira-kira 46 juta ha). Walaupun demikian, kira-kira dua pertiga jagung dunia dihasilkan di negara-negara yang berkembang, yang iklimnya hampir seluruhnya iklim sedang (Goldsworthy and Fisher, 1992).
Kata “jagung” diberlakukan bagi sejenis gandum, barley, wheat, atau rye di Eropa. Di Amerika, itu mengacu pada jagung atau sejenis tanaman jagung. Jagung tumbuh di Amerika Utara sebelum 2000 SM. Jenis jagung yang dikenal sebagai jagung manis (Zea mays var rugosa) dipercaya untuk menjadi mutasi bidang atau lekukan jagung. Itu ditumbuhkan oleh orang Indian dan dikumpulkan pertama yang untuk diuraika oleh penetap di tahun 1780, dengan 1900 hadir, di atas 63 lahan sudah diuraikan. Hal ini, di atas 2000 lahan dan bastar ada tersedia (Splittstoesser, 1984).
Pertumbuah dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuahan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersediannya meristem, hasil asimilasi, hormon, dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukungnya (Gardner, dkk, 1991).
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays).
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1997), kedudukan tanaman jagung (termasuk baby corn) dalam sistematika tumbuhan, adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays Linn.
Sistem perakaran tanaman jagung meliputi tiga macam akar, yakni akar seminal, akar koronal, dan akar udara. Akar seminal tumbuh pada saat biji berkecambah yang dicirikan dengan arah pertumbuhan akar ke bawah atau menembus tanah. Akar koronal muncul dri jaringan batang setelah plumula tumbuh. Akar udara tumbuh pada buku-buku di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk asimilasi dan mendukung batang terhadap kerebahan (Rukmana, 1997).
Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1,5 m dan 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku, dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Sering melingkupi hingga buku berikutnya, pada lidah daun (ligula). Setiap pelepah daun kemudian membengkak menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung. Ligula ini melekat kuat melingkupi batang pada ujung pelepah. Lembar daun berselang-selingdan bentuknya lir-rumput. Daun panjang ini memili lebar agak seragam, dan tulang daunnya terlihat jelas, dengan banyak tulang daun kecil sejajar dengan panjang daun. Tidak jarang, sebelum bibit mencapai tinggi 20 cm, seluruh tunas daun dan perbungaan akhir sudah terbentuk (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm, serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang. Daun mempunyai dua jenis bunga yang berumah satu (Najiyati dan Danarti, 1999).
Pembungaan jantan berbentuk malai longgar (tassel), yang terdiri dari bulir poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah biasanya memiliki empat buah baris pasangan bunga (spikelet) atau lebih cabang lateral biasanya terdiri dari dua baris. Setiap batang bunga bertingkat. Bunga tassel mengandung benang sari, dan putik yang rudimeter (tidak berkembang) yang tumbuh lebih awal, walaupun pada kondisi tertentu putik dapat juga terbentuk (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Buah jagung berupa tongkol yang ditutupi oleh kelobot. Tongkol jagung stadium muda disebut jagung semi atau baby corn (Rukmana, 1997).
Biji-biji menempel kuat pada suatu poros yang kuat ‘jangge’, dan tidak seluruhnya tertutup oleh daun pelindung bunga atau sekam-sekam sebagaimana pada kebanyakan padi-padi lainnya (biji-bijinya dilindungi) secara individual, pada jagung, biji-biji tertutup seluruhnya bersama-sama. Ini menghasilkan suatu perlindungan alami tongkol yang sedang masak terhadap banyak hama di lapangan dan suatu ketergantungan pada manusia untuk penyebaran dan kelangsungan hidupnya (Goldsworthy and Fisher, 1992).
Syarat Tumbuh
Iklim
Jagung manis beradaptasi cukup baik terhadap iklim bebas bunga es, dan ditanam hingga lintang sejauh 50o dari khatulistiwa. Namun jagung manis tidak beradaptasi dengan baik pada kondisi tropika basah (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).
Menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Di tempat-tempat yang teduh, pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mau membentuk buah (Najiyati dan Danarti, 1999).
Umumnya tanaman jagung memiliki daya adaptasi yang baik di daerah tropis, seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Daerah perkembangan baby corn yang paling baik adalah dataran rendah berketinggian 750 m dpl, tergantung daya adaptasi suatu varietas jagung (Rukmana, 1997).
Hampir selalu ditanam langsung, benih ditanam dengan beda aman 3-5 cm. jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 21-25 cm dalam barisan dan 75-90 cm antarbarisan (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).
Tinggi produksi jagung semi (baby corn) dipengaruhi oelh sifat genetika (varietas) dan interaksinya dengan lingkungan tumbuh (enviromental). Tanaman yang membutuhkan suhu hangat antara 21oC-32oC dengan suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 23oC-27oC, dan kelembaban udara (rH) 50%-80%. Faktor iklim yang mendukung pertumbuhan dan produksi baby corn, antara lain curah hujan dan sinar matahari. Curah hujan yang ideal adalah 100 mm-125 mm perbulan dan distribusinya merata. Sinar matahari amat berperan dalam proses fotosintesis tanaman jagung. Bila tanaman ternaungi, pertumbuhannya terhambat dan hasilnya rendah (Rukmana, 1997).
Tanah
Tanaman jagung mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis tanah. Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk untuk mengembangkan budidaya jagung. Jenis tanah yang paling ideal untuk menghasilkan tanaman jagung semi (baby corn) adalah tanah andosol, latosol, dan podsolik merah kuning (PMK) (Rukmana, 1997).
Jagung manis peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,0-6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung manis memerlukan kelenggasan tinggi, berkisar antara 500 hingga 700 mm permusim. Cekaman lenggasan paling kritis terjadi selama pembentukan rambut dan pengisian biji (Rubatszky dan Yamaguchi, 1998).
Membutuhkan air yang cukup, terutama pada saat awal pertumbuhannya, yaitu pada stadia pembungaan dan stadia pengisian biji (Najiyati dan Danarti, 1999).
Pertumbuhan dan Perkembangan
Agar supaya tanaman dapat menjadi dominan pada lingkungan yang cocok, diperlukan kemampuan memanfaatkan lingkungan sepenuhnya. Di dalam lingkungan yang baik dan bebas dari gangguan yang merusaknya. Di dalam keadaan seperti itu, vegetasi seperti semak muncul, yang ditandai oleh pertumbuhan yang cepat dan bukannya pertumbuhan yang besar (Fitter and Hay, 1991).
Umumnya, tahap pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua fase, yakni fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah (Novizan, 2002).
Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation) (Ashari, 1995).
Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup bunga, buah, dan biji atau pada perbesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makana, akar-akar dan batang yang berdaging (Harjadi, 1982).
Dapat dilihat adanya perubahan dalam berat kering selama kurang lebih 10 hari pertama. Kemudian penurunan berat terjadi sampai kurang lebih 20 hari berlalu (Heddy, 2001).
Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme (termasuk tumbuh-tumbuhan), yaitu berbentuk kurva sigmoid (Latifah, 2008).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1996).
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu
Percobaan dilakukan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2008 sampai 28 Oktober 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung (Zea mays) sebagai objek perbobaan, dan top soil, pasir, kompos sebagai media tanam, label nama untuk memberi tanda pada polibag, dan polibag sebagai wadah percobaan.
Adapun alat yang digunakan adalah cangkul untuk membersihkan gulma dan mengolah lahan, meteran untuk mengukur lahan dan mengukur tinggi tanaman, batu bata sebagai alas polibag, tali plastik untuk membatasi lahan, pacak untuk pembatas lahan, ayakan untuk mengayak pasir dan top soil, buku data untuk menulis data, alat tulis untuk menulis data, gembor untuk menyiram tanaman jagung dan spanduk sebagai pembatas lahan.
Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada Kurva Sigmoid adalah:
- Diisi media ke dalam polibag yaitu campuran top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2:1:1.
- Direndam benih jagung yang hendak di tanam dalam air selama 15 menit.
- Dibersihkan lahan dari gulma dan disusun batu bata sebanyak 4 buah dengan 2 batu bata sebagai lanjaran setiap polibag.
- Dibuat 3 buah lubang pada tiap polibag.
- Ditanam benih yang sudah direndam pada polibag sebanyak 2 benih tiap lubang.
- Diamati jumlah daun (helai) dan tinggi tanaman (cm) tiap minggu
- Dicatat data dan digambar grafiknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter: Jumlah Daun (Helai)
MINGGU SETELAH TANAM SAMPEL TOTAL RATAAN
1 2
2 September 2008 3 3 6 3
9 September 2008 5 5 10 5
16 September 2008 5 5 10 5
23 September 2008 4 5 9 4,5
30 September 2008 5 7 12 6
7 Oktober 2008 6 6 12 6
14 Oktober 2008 6 6 12 6
21 Oktober 2008 5 6 11 5,5
28 Oktober 2008 6 6 12 6
Parameter: Tinggi Tanaman (cm)
MINGGU SETELAH TANAM SAMPEL TOTAL RATAAN
1 2
2 September 2008 21,5 22 43,5 21,75
9 September 2008 43 48 91 45,5
16 September 2008 74 75 149 74,5
23 September 2008 77,5 83 160,5 80,25
30 September 2008 85 91 176 88
7 Oktober 2008 87 93 180 90
14 Oktober 2008 88 94,3 182,3 91,15
21 Oktober 2008 89,1 95,7 184,8 92,4
28 Oktober 2008 92 97 189 94,5
Gambar
Keterangan:
A: fase logaritmik
B: fase linear
C: fase penuaan
Keterangan:
A: fase logaritmik
Pembahasan
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa tanaman jagung mengalami perkembangan dan pertumbuhan karena terjadi pertumbuhan akar, batang, buah, bunga, dan biji. Ini dapat kita lihat dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung mulai dari minggu pertama sampai minggu kesembilan. Jumlah daun, dari minggu pertama hanya 3 daun, rataan akhir pada minggu kesembilan menjadi 6. Hal ini sesuai dengan literatur Novizan (2002), fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah.
Dari hasil percobaan jumlah daun diperoleh pada minggu pertama sampai kedua, minggu keempat sampai kelima, dan minggu kedelapan sampai kesembilan adalah fase logaritmik; minggu kedua sampai ketiga dan minggu kelima sampai ketujuh adalah fase linier. Sedangkan pada minggu ketiga sampai keempat dan minggu kedelapan sampai kedelapan terjadi fase penuaan. Terjadi penurunan jumlah daun dan kenaikan jumlah daun merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (1995), pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi (penggandaan) sel.
Dari percobaan dengan menggunakan tanaman jagung (Zea mays), didapatkan parameter tinggi tanaman pada pengamatan kurva sigmoid mulai minggu pertama sampai minggu kesembilan pertumbuhan tunggi tanamannya logaritmik. Belum terjadi fase linier dan fase penuaan pada tahap ini. Tanaman belum menghasilkan buah. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996), Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan.
Dari data percobaan dapat dilihat bahwa jagung mengalami pertambahan tinggi dari minggu pertama rataanya 21,75 hingga minggu kesembilan rataannya menjadi 94,5. Semakin lama, tanaman semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (1995), pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation).
Dari data diperoleh bahwa tinggi tanaman mengalami penambahan tinggi tanaman yang tidak selalu sama. Pada minggu pertama rataannya 21,75, pada minggu kedua rataanya 45,5, pertambahan ini terus terjadi tatapi pada minggu kedelapan rataanya 92,4 dan minggu kesembilan adalah 94,5. hal ini terjadi karena banyak faktor, misalnya faktor volume, biomassa, dan diameter umur tanaman mengikuti bentuk ideal pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur Latifah (2008), pola pertumbuhan tegakan antara lain dapt dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme yaitu berbentuk kurva sigmoid.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada percobaan tanaman jagung dengan paremeter tinggi tanaman pada minggu pertama sampai minggu kesembilan mengalami fase logaritmik.
2. Dari percobaan dengan paremeter jumlah daun, minggu kelima sampai minggu ketujuh adalah fase linear.
3. Pada minggu kedelapan, pada paremeter jumlah daun, tanaman jagung mengalami proses penuaan.
4. Tinggi tanaman jagung tertinggi terjadi pada minggu kesembilan dengan total tinggi 189 dan rataanya 94,6 dan terendah pada minggu pertama dengan jumlah 43,5 dan rataan 21,75.
5. Jumlah daun terbanyak terjadi pada minggu kelima, enam, tujuh, dan sembilan, dengan total daun 12 dan rataanya 6 dan terendah pada minggu pertama yaitu 6 dengan rataan 3.
Saran
Sebaiknya praktikan melakukan perawatan tanaman secara intensif agar diperoleh hasil yang optimal dan dapat sesuai dengan fase-fase pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S., 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.
Decoteau, D. R., 2000. Vegetable Crops. Prentice Hall, New York.
Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI-Press, Jakarta.
Golsworthy, P. R. dan N. M. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan Tohari. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Harjadi, S. S., 1982. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Heddy, S., 2001. Ekofisiologi Tanaman. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Latifah, S., 2008. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU-Digital Library, Medan.
Najiyati, S. dan Danarti, 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rubatszky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia: Pinsip, Produksi, dan Gizi. Penerbit ITB, Bandung.
Rukmana, H. R., 1997. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Jakarta.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross, 1996. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Splittstoesser, W. E., 1984. Vegetable Growing Handbook. Avi Book, New York.
Thompson, H. C., 1949. Vegetable Crops. Mc Graw-Hill Book Company, Inc., London.
Diposting oleh arenloveu di 9:36:00 AM 0 komentar
Label: fisiologi tumbuhan, kurva sigmoid