Ditinjau dari keatsirian minyaknya maka kayu manis dikenal dengan tiga tipe yaitu: kayu manis asal Ceylon Cinnamomum zaylanicum Ness, kayu manis asal Saigon Cinnamomumloureiril Ness dan kayu manis asal Cina Cinnamomum cassia Ness. Ketiga varietas tumbuhan tersebut dapat tumbuh di Indonesia tapi jarang dibudidayakan dengan pola perkebunan, namun dari familia Lauraceae yang banyak dibudidayakan di Indonesia dengan pola perkebunan adalah spesies kayu manis (Cinnamomum burmani) (Nainggolan, 2008).
Karakteristik tiga jenis minyak kayu manis:
|
|
|
|
Sumber : *) Masada, 1980. **) ISO, 1997. ***) (Ma’mun dan Suhirman, 2010).
Budidaya Tanaman Kayu Manis
Kayu manis menghendaki tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik serta kaya bahan organik. Sebagian besar tanaman kayu manis tumbuh di daerah yang memiliki suhu berkisar 10 - 230C, pada ketinggian 100 - 1.200 m dpl. Ketinggian terbaik untuk menghasilkan produk kulit kayu manis adalah 500 - 900 m dpl. Pada dataran rendah (300 - 400 m dpl) tanaman dapat tumbuh baik, tetapi produksi kulit rendah dengan ketebalan kulit kurang 2 mm serta warna kulit kuning kecokelatan. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka terjadi perubahan warna kulit mendekati cokelat sampai kecokelatan.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan setek, cangkok, cabang air, layering dan memelihara tunas yang tumbuh pada tunggul bekas pohon yang sudah ditebang. Perbanyakan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memiliki umur minimal ≥ 10 tahun dan telah masak sempurna. Penananam kayu manis di lapang dilakukan setelah bibit berumur 8 - 12 bulan, tinggi mencapai 60 – 80 cm. Jarak tanam tergantung elevasi dan umumnya digunakan adalah 1,5 x 1,5 m ; 2 x 2 m ; 2,5 x 2,5 m ; 3 x 3 m dan 4 x 4 m. Dari hasil penelitian menunjukkan jarak tanam yang terbaik adalah 2 x 3 m, hal ini bertujuan agar diperoleh batang yang lurus. Pemupukan pada tanaman kayu manis bervariasi jumlahnya tergantung umurnya. Pupuk kandang diberikan sebanyak 5 - 10 kg/pohon dengan cara disebarkan atau dibenamkan ke dalam tanah atau sekeliling parit di bawah tajuk tanaman setahun sekali. Untuk mendapatkan produksi kulit yang terbaik dilakukan pemupukan anorganik yang disesuaikan dengan umur tanaman (bertahap).
Pemakaian pupuk NPK berdasarkan umur tanaman
Umur tanaman (tahun) | Dosis pupuk umum (g/tanaman) | Dosis pupuk anjuran (g/tanaman) |
1 | 100 | 25 |
2 | 150 | 50 |
3 | 200 | 75 |
4 | 300 | 100 |
5 | 450 | - |
6 | 750-1000 | - |
Sumber : Daswir et al. (2003)
Penyiangan dan sanitasi lingkungan dilakukan bersamaan dengan pemupukan, dianjurkan 2 - 4 kali dalam setahun. (Anonimous, 2008).
Pertumbuhan tanaman yang bermikoriza relatif lebih baik dibandingkan dengan yang tidak bermikoriza. Hal ini disebabkan karena tanaman bermikoriza mempunyai kemampuan menyerap unsur hara dan air lebih baik. Hifa dari CMA dapat secara kimia merombak dan menyerap P yang terfiksasi dengan bantuan enzim fosfatase yang dihasilkannya. Selain itu CMA terbukti dapat mengekstrak Ca dan Mg serta beberapa unsur mikro yang biasanya bukan bagian dari pupuk buatan. Faktor lingkungan terutama intensitas cahaya dan suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan CMA serta keberhasilan simbiosisnya dengan inang. Intensitas cahaya matahari yang tinggi akan meningkatkan suhu tanah, selanjutnya suhu tanah akan mempengaruhi kapasitas dan derajad perkembangan CMA dalam menginfeksi akar tanaman. Diketahui bahwa pembentukan dan perkembangan cendawan mikoriza yang optimum terjadi pada suhu tanah 27-28 0C.
Peningkatan dosis CMA dari 50 g/bibit menjadi 100 g/bibit pada tingkat naungan 75% memberikan peningkatan pertumbuhan sebesar 3,64 cm sedangkan pada tingkat naungan 100% hanya sebesar 1,40 cm. Pada tingkat naungan 25% dan 50% peningkatan tinggi bibit akibat peningkatan dosis CMA berbeda tidak nyata. Penggunaan naungan pada kedua dosis CMA mampu meningkatkan tinggi bibit. Pada dosis CMA 50 g/bibit dan 100 g/bibit peningkatan naungan dari 25% sampai 75% menghasilkan peningkatan tinggi bibit masing-masing sebesar 3,61 cm dan 7,40 cm. Penggunaan naungan 100% pada kedua dosis CMA hanya memberikan peningkatan sebesar 3,58 cm dan 5,13 cm seperti yang tampak:
Dosis CMA (g/bibit) | Tingkat naungan (%) | |||
25 (N1) | 50 (N2) | 75 (N3) | 100 (N4) | |
50 (M1) | 30,58 c A | 32,03 b A | 34,19 a B | 34,16 a B |
100 (M2) | 30,43 d A | 32,41 c A | 37,19 a A | 35,56 b A |
(Delvian, 2005).
Manfaat Kayu Manis
Minyak cassia bersifat anti bakteri, biasa digunakan dalam pasta gigi, obat pencuci mulut dan dalam pem-buatan obat tonic. Selain itu banyak digunakan dalam flavor makanan dan minuman termasuk minuman beral-kohol dan minuman ringan. Dalam jumlah kecil digunakan dalam parfum dan kosmetik. Minyak cinnamon mempunyai sifat aniseptik, anti mikroba dan sebagai parasitisida. Minyak kulit dan daun cinnamon banyak digunakan sebagai pewangi sekaligus pengobatan dalam pasta gigi, pencuci mulut, obat batuk dan perawatan gigi, juga sebagai flavor dalam makanan dan minuman seperti dalam coca cola. Minyak daun cinnamon digunakan dalam sabun, kosmetik, toilet deodoran, dan parfum. Batas maksimum pemakaian dalam makanan dan minuman adalah 0,057% untuk minyak cinnamon dan 0,047% untuk minyak cassia (Anonimous, 2008).
Komponen kimia yang terdapat pada minyak kulit kayu manis adalah -pinen, kamfen, -pinen, limonen, sineol, p-simen, d-kamfor, benzaldehid, linaleol, metil eugenol, sinamaldehid dan eugenol. Khasiat sirup kulit kayu manis dapat menyembuhkan rematik, asam urat, batuk/flu, melancarkan aliran darah, menghilangkan bau badan, menurunkan kadar kolesterol, menghilangkan masuk angin dan mencegah kanker (Delvian, 2005). Kayu manis pernah diteliti mengandung senyawa-senyawa: Sinamaldehida, eugenol, benzil bensoat, acetaugenol, phelandrene, dan lain-lain (Nainggolan, 2008). Komponen kimia utama yang terdapat pada ekstrak heksana kulit batang kayu Manis halmahera ialah a-terpineol; safrol; isoeugenol; kopaena; metileugenol; aloaromadendren; a-guaiena; kadinen; 1,2,3,4, 4a,5,6,8a-oktahidro- 4a,8-dimetil-2-(I-metiletenil) naftalena; a-muurolena; a-kubebena dan metoksieu- genol.
Identiflkasi spektrum massa yang diperoleh dari hasil analisis spektrometer massa dengan spektrum massa senyawa-senyawa yang telah diketahui yang terdapat pada bank data NIST library menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun kayu manis halmahera ini terdiri atas senyawa-senyawa monoterpena (sineol); 3,7-dimetil-3,6-oktadien- 3-ol; kamfor; p-linalool; a-terpineol seskuiterpena (kopaena, isokariofilena), turunan fenol (safrol, isoeugenol, metileugenol), hidrokarbon aromatik (2-metil-p-etiltoluena), dan alkana rantai pendek (n-dekana). Adapun komponen utama pada minyak atsiri dari daun ini adalah sineol, kamfor, dan safrol. Komponen kimia yang terkandung pada minyak atsiri dari kulit batang ini terdiri atas senyawa-senyawa dari golongan monoterpena (sineol; 1,7,7-trimetilsikI0- 2,2, 1 ,0(2,6) heptana; 3,7-dimetil-3,6-oktadien-3-01; mirsenol; kamfor; p-Iinalool; a-terpineol) seskuiterpena (kopaena, isoka-riofilena, emerofilena, kadinena, a-muuro- lena, a-kubebena, guaikol, elemol), turunan fenol (safrol, isoeugenol, metileugenol), hidrokarbon aromatik (2-metil-p-etiltoluena), atkana rantai pendek (n-dekana) dan hidrokarbon teroksigen (3,3-dimetilbutil oksirana) (Agusta, dkk, 2010).
KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian menunjukkan jarak tanam yang terbaik adalah 2 x 3 m, hal ini bertujuan agar diperoleh batang yang lurus.
2. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka terjadi perubahan warna kulit batang kayu manis mendekati cokelat sampai kecokelatan.
3. Peningkatan dosis CMA dari 50 g/bibit menjadi 100 g/bibit pada tingkat naungan 75% memberikan peningkatan pertumbuhan sebesar 3,64 cm sedangkan pada tingkat naungan 100% hanya sebesar 1,40 cm.
4. Pada tingkat naungan 25% dan 50% peningkatan tinggi bibit akibat peningkatan dosis CMA berbeda tidak nyata.
5. Khasiat sirup kulit kayu manis dapat menyembuhkan rematik, asam urat, batuk/flu, melancarkan aliran darah, menghilangkan bau badan, menurunkan kadar kolesterol, menghilangkan masuk angin dan mencegah kanker
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. , Y. Jamal, dan M. Harapini, 2010. Komponen Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis Halmahera (Components of Essential Oil From Kayu Manis Halmahera). Hayati, April 1997, hlm 23-26. Vol 4, No. 1, http://e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id [23 September 2010].
Anonimous, 2008. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Volume 14 No. 2, Agustus 2008. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id [19 September 2010].
Delvian, 2005. Pengaruh Cendawan Mikoriza Arbuskula Dan Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii Bl.) (The Effect of Vesicular Arbuscular Mycorrhizal and Shade yo Growth of Cinnamon (Cinnamomum Burmanii BL.). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol. Vol. 4 No. 1 Juni 2005, http://prepository.usu.ac.id [19 September 2010].
Nainggolan, M., 2008. Isolasi Sinamaldehida Dari Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ma’mun dan S. Suhirman, 2010. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial. http://balittro.litbang.deptan.go.id [23 September 2010].
0 komentar:
Posting Komentar