BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 17 Juni 2010

BUDIDAYA PISANG

PENDAHULUAN



Latar Belakang

Pisang telah ada sejak manusia ada. Memang, saat itu pisang masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai pengumpul. Mereka hanya mengumpulkan makanan dari tumbuhan yang ada di sekitar mereka tanpa menanamnya.
Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan pengumpul (food gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian lain dari tanaman pisang pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara.
Beberapa bukti sejarah baik tertulis maupun berupa relief di tempat-tempat yang dianggap penting menunjukkan bahwa tanaman pisang telah lama dibudidayakan. Tulisan pertama tentang pemeliharaan pisang berasal dari India. Disebutkn bahwa pemeliharaan itu dilakukan di Epics ; Pali Boeddhist, 500-600 SM. Disebutkaan pula bahwa ”buah sebesar taring” itu memang disukai binatang-binatangbertaring atau bertaduk.
Di Cina, awal kebudayaan pisang dimulai dan terpusat di Yangtse dan Sungai Kuning. Pada zaman batu-batuan kuno dari tanah Yunani dikatakan bahwa pisang termasuk flora dari tanah India sekitar 300 tahuin SM. Sumber lain menyebutkan bahwa sebelum perhubungan benua Eropa dengan benua Asia ditemukan, bangsa portugis telah mengenal pisang dari Teluk Guines di Afrika.
Ahli sejarah dan botani mengambil kesimpulan, bahwa asal mula tanaman pisang adalah Asia Tenggara. Oleh para penyebar agama Islam, Pisang disebarkan ke sekitar Laut Tengah. Dari Afrika Barat menyebar ke Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Asia Tenggara, termasuk Indonesia disebut sebagai sentra asal tanaman pisang. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia meliputi daerah tropik dan subtropik. Dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu juga ke barat melalui Samudera Atlantik,Kepulauan Kanari, sampai ke Benua Amerika. Oleh karenanya, tanaman pisang kini telah menjadi tanaman dunia karena tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Teknik Budidaya Tanaman Pisang (Musa paradisiaca).

Kegunaan Penulisan

- Sebagai tugas pada mata kuliah Agronomi Tanaman Buah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.



TINJAUAN PUSTAKA


Botani Tanaman

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Liliopsida
Genus : Musa
Spesies : Musa sp.
Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang. Akar ini berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. sedang akar yang berada d bagian saming umbi batang ke sampan atau mendatar. Dalam perkembangannnya akar samping bisa mencapai 4-5 m (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa umbi batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung). Sedang yang berdiri tegak di atas tanah yang biasanya dianggap batang itu adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun panjang yang saling melangkup dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga bisa berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi batang semu ini berkisar 3,5-7,5 m tergantung jenisnya (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset memanjang. Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah sekali robek atau terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Bunganya berkelamin satu, berumah satu dalam tandan. Daun penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna merah tua, belilin, dan mudah rontok dengan panjang 10-25 cm. Bunga tersusun dalam dua baris melintang. Bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi, panjangnya 6-7 cm. benang sari 5 buah pada bunga betina tidak sempurna, bakal buah peregi, sedang pada bunga jantan tidak ada (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan terbentk sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Jantungnya perlu dipotong sebab sudah tidak ba menghasilkan sisir lagi (Satuhu dan Ahmad, 2000).

Iklim
Pisang termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, agar produktivitas tanaman optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah. Ketinggian tempat haruslah di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut.
Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang.

Tanah
Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5. Karenanya, tanaman pisang yang tumbuh di tanah berkapur sangat baik, seperti d Pulau Madura yang banyak memiliki bukit- bukit kapur. Di daerah beriklim kering antara 4-5 bulan pun pisang masih tumbuh subur asalkan air tanah tidah lebih dari 150 cm di bawah permukaan tanah. Sementara kedalaman air tanah yang sesuai untuk pisang yang ditanam di iklim biasa adalah 50-200cm di bawah permukaan tanah (Satuhu dan Ahmad, 2000).
Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 – 150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl.


MANFAAT PISANG


Bunga

Bunga pisang disebut juga jantung pisang karena bentuknya seperti jantung. Biasanya dimanfaatkan untuk dibuat sayur, karena kandungan protein, vitamin, lemak, dan karbohidratnya tinggi. Selain dibuat sayur, bunga pisang ini dapat pula dibuat manisan, acar, maupun lalapan.

Daun

Daun pisang banyak dimanfaatkan untuk membungkus. Daun-daun yang sudah tua dan robek-robek bisa digunakan untuk pakan ternak seperti, kambing, sapi atau kerbau. bila jumlah daun seperti itu berlebihan bisa pula dibuat kompos.

 Batang

Batang pisang banyak dimanfaatkan oleh manusia. Misalnya, untuk membuat lubang pada banguanan, alas untuk memandikan mayat, untuk menutup saluran air bi9la ingin mengalirkan air atau membagi air, untuk tancapan wayang, untuk membungkus bibit-bibitan, untuk tali industripengolahan tembakau (dengan dikeringkan terlebih dahulu), dan baik pula dibuat kompos. Selain itu, air dari batang pisang dapat dimanfaatkan untuk penawar racun dan untuk pengobatan tradisional

Buah

Buah pisang banyak digunakan sebagai makanan seperti tepung, anggur, sale, sari buah, pisang goreng, pisang rebus, keripik pisang, dan sebagainya.

Kulit Buah

Kulit buah pisang digunakan sebagai bahan pakan ternak.

Bonggol

Pengertian bonggol pisang ini adalah batang tanaman pisang yang berupa umbi batang (batang aslinya). Bonggol batang pisang muda dapat dimafaatkan untuk sayur.



BUDIDAYA PISANG


Pembibitan

Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi 15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan didalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit dengan daun yang lebar.
Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri. Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.
Pengolahan Media Tanam

Pembukaan Lahan

Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan sosial. Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat, pembuatan sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi, pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi dari landasan saluran itu sendiri.

Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau tanaman pangan semusim. Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi, pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen dengan kelapa.
Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau 40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.

Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang. Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah 5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak. Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalamsetahun).
Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air yang berada di antara barisan tanaman pisang.
Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah. Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma, tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.



Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubungdan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian : sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.

Penyakit
1) Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
2) Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian : dengan menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan: 1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon. 2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan, tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya Geophila repens.
2) Menutup tanah dengan plastik polietilen



CARA PERBANYAKAN TANAMAN PISANG DENGAN SISTEM KULTUR JARINGAN


Perbanyakan benih pisang dapat dilakukan secara konvensional (pemisahan dari anakan dari induknya, pembelahan bonggol) dan kultur jaringan. Perbanyakan benih dengan anakan paling banyak digunakan oleh petani karena mudah dilaksanakan, namunperolehan benih sedikit dan tidak seragam sehingga kurang efisien dalam skala usaha yang luas.

Perbanyakan benih melalui kultur jaringan memerlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi karena mengunakan sarana dan bahan yang steril, sehingga memerlukan modal yang cukup banyak.
Kedua cara tersebut diatas dapat dipilih disesuaikandengan kondisi biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan. Kedua cara perbanyakan tersebut masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut :

Cara perbanyakan Keuntungan Kerugian
Anakan (konvensional) - Biaya murah - Perolehan bibit per pohon sedikit
- Memerlukan waktu yang cukup lama
Kultur jaringan - Dapat memproduksi dalam jumlah yang banyak
- Kecil kemungkinan terinfeksi penyakit
- Lebih cepat berbuah - Biaya mahal

Benih Rebung
Bentuk benih berupa tunas yang belum berdaun, tinggi antara 20-40 cm.
Cara ini dilakukan dengan melakukan pembongkaran karena tunas masih kecil dan berada didekat permukaan tanah.
Benih Anakan Mudah
Berupa tunas yang sudah keluar daun, tetapi daunnya masih menggulung sehingga menyerupai pedang. Tingginya antara 41-100 cm.
Benih anakan sedang
Berupa tunas yang sudah berdaun mekar sehelai. Tingginya antara 101-150 cm.
Benih Anakan Dewasa
Anakan yang telah berdaun lebih dari dua helai,tingginya antara 151-175 cm. Cara perbanyakan ini sulit didapatkan dalam jumlah banyak secara serempak dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Benih dari belahan bonggol
Berupa bahan dari persemaian belahan bonggol yang pohonnya telah dipungut hasilnya.
Keuntungan dari cara perbanyakan dengan belahan bonggol sebagai berikut:
- memperoleh keuntungan dalam jumlah banyak dan keuntungan seragam
- Mempermudah pengangkutan
- Tahan lama dalam penyimpanan
- Memudahkan perlakuan benih untuk pencegahan serangan OPT.

Tahapan Pembuatan Benih
Tunas Anakan:
- Tentukan pohon induk yang unggul dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit
- Pilih anakan segar dan sehat, kemudian bongkar dengan menggunakan cangkul atau linggis
- Kumpulkan benih pada tempat yang teduh, bersihkan akar beserta tanahnya,kurangi daunnya, seleksi menurut besar dan tingginya benih untuk mendapatkan benih yang seragam.
- Celupkan benih kedalam larutan formalin 5% selama 20 menit atau ke dalam air panas 550 C selama 30 menit.
- Angkat dan kering anginkan benih ditemapat teduh
- Benih dapat ditanam langsung (anakan dewasa) atau ditanam dalam polybag ( tunas anakan/rebung).
Benih belahan bonggol
- Tentukan pohon induk yang unggl dan dari populasi yang benar-benar bebas dari serangan penyakit
- Bongkar pohon/bonggol dengan alat cangkul atau linggis
- Bersihkan bonggol dari tanah dan akar-akar ya ng masih menempel secara hati-hati agar mata tunas tidak rusak
- Potong batang semu dan sisakan 10-12,5 cm dan diatas pangkal bonggol
- Periksa warna bonggol tersebut arah membujur sehingga menjadi beberapa belahan bonggol dengan ukuran 10x10x10 cm. tiap belahan bonggol memiliki satu mata tunas
- Masukkan belahan bonggol kedalam air panas 550 C selama 60 menit dana masukkan kedalam laruta ZPT IBA 20 ppm. Selama 60 menit. Tujuan merendam kedalam air panas adalah untuk menghilangkan hama penyakit dan ZPT untuk merangsang pertumbuhan tunas
- Angkat dan kering anginkan benih ti tempat yang teduh dengvan menggunakan alas plastik atau tempat dari bambu
- Selanjutnya benih dapat ditanam di persemaian atau ditanam dalam polybag sebelum ditanam dilapangan. Benih asal belahan bonggol biasanya setelah berumur 3 bulan setelah keluar daun 2-3 helai.



PANEN DAN PASCA PANEN


PANEN
Mutu pisang yang baik sangat ditentukan oleh tingkat ketuaan buah dan penampakannya. Tingkat ketuaan buah diukur berdasarkan umurnya, sedang penampakan yang baik diperoleh dari penanganan pasca panen yang baik.
Secara fisik sebetulnya mudah dilihat karena tanda-tanda ketuaan mudah diamati. Tanda-tanda buah pisang sudah tua diantaranya sebagai berikut:
1. Buah tampak berisi, bagian linger (tepi) buah sudah tidak ada lagi.
2. Warna buah hijau kekuningan. Untuk buah pisang dengan tingkat kematangan penuh, maka pada tandannya aka nada buah yang sudah masak (2-3 buah)
3. Tangkai di putik telah gugur
1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah. Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh pergesekan buah dengan tanah. Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali. Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tunas.
3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28 ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.


PASCA PANEN

Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
Pisang yang masih berupa tandan ini, sesampai di penampung akan diperam sebelum dipasarkan. Ada dua perlakuan sebelum pisang diperam. Pertama dilakukan penyisiran, kedua tetap dibiarkan utuh berupa tandan. Proses pemeramannya dengan asap, karbit atau gas etilen. Masing-masing punya kelebihan sendiri-sendiri. Penyisiran sebelum pemeraman memiliki keuntungan karena transportasinya lebih murah. Bobot tangkai tandan pisang bisa sampai 20% dari total bobot tandan. Kalau truk dari Lampung yang masuk Jakarta mengangkut 7 ton pisang tandanan, maka yang 1,4 ton adalah tangkai tandan.
Kalau penyisiran dilakukan di kebun, maka tangkai tandan pisang itu bisa dikembalikan ke lahan sebagai pupuk organik. Di lain pihak ada penghematan ongkos angkut. Dengan biaya angkut Rp 100,- per kg. maka dari tiap rit dengan bobot 7 ton, ada penghematan biaya Rp 140.000,- Kalau dalam keadaan normal tiap harinya ada sekitar 100 truk pisang dari Lampung ke Jakarta, maka penghematan yang bisa didapat mencapai Rp 14.000.000,- per hari atau Rp 420.000.000,- per bulan. Belum lagi penghematan yang bisa diperoleh dari upah menyisir yang lebih murah di Lampung daripada di Jakarta. Pasca panen pisang modern maupun tradisional, memang sama-sama menggunakan pola penyisiran. Dalam pasca panen modern, pisang harus segera disisir begitu dipanen. Sisiran pisang dimasukkan ke dalam bak berisi air yang mengalir untuk menghilangkan getahnya. Selanjutnya sisiran digrade, disortir, dikeringkan lalu dikemas plastik vacum dan dimasukkan ke dalam kardus. Pisang mentah yang telah dikemas ini, kemudian dimasukkan ke dalam cold storage dan dikirim dengan kapal laut ke negara importir. Dengan kemasan vacum dan suhu 14° C, pisang mentah ini bisa bertahan tetap segar sampai jangka waktu satu bulan.
Pemeraman
Buah pisang tergolong buah-buahan yang klimaterik.Artinya buah yang kurang tua saat panen akan menjadi matang selama penyimpanan. Hanya saja, mutunya kurang baik, rasanya kurang enak, dan aromanya kurang kuat. Buah yang cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam4-5 hari setelah panen tanpa perlakuan pemeraman. Namun, kematangan tidak seragam dan warnanya kurang menarik.
Permeraman sering dilakukan pada pisang. Tujuan pemeraman ialah untuk mempercepat kematangan buah dan menyeragamkan kematangan buah. Banyak cara yang dilakukan untuk pemeraman pisang diantaranya ialah pemeraman dengan pemeraman dengan karbit, asap, ethrel, daun gamal, ethylene, dan sebagainya.

Pemeraman dengan gas Etilen
Di negara konsumen, pisang ini tetap disimpan dalam cold storage. Pemasakan (pemeraman) dilakukan secara bertahap sesuai daya serap pasar. Untuk memasakkannya, kardus dan plastik kemasan dibuka, lalu ditaruh dalam rak pemeraman. Rak ini berada dalam ruang bersuhu antara 20 sd. 22° C. Ke dalam ruang pemeraman ini dialirkan gas etilen. Dalam jangka waktu 24 jam, seluruh pisang akan masak dengan ditandai warna kulitnya yang kuning cerah. Biasanya, yang diperlakukan demikian hanyalah pisang cavendish serta golden fingger (lady finger). Namun perlakuan demikian sebenarnya bisa diterapkan untuk semua jenis pisang.
Pemeraman tradisional (Asap)
Secara tradisional (untuk dikonsumsi sendiri), masyarakat memeram pisang dengan terlebih dahulu disisir, dijemur lalu dimasukkan ke dalam lubang dengan lapisan daun lamtoro atau albisia yang telah dilayukan. Kemudian lubang ditutup tanah. Dalam jangka waktu tiga hari seluruh pisang yang diperam akan masak. Namun cara demikian tidak mungkin dilakukan secara massal. Para pemeram pisang di kawasan Ciawi, Cibedug dan Cijeruk, kab. Bogor, membuat lubang permanen (ruang bawah tanah) yang dukuatkan dengan batako. Bagian atas lubang dicor dengan semen. Ruang bawah tanah ini hanya diberi lubang ukuran 60 X 60 cm. yang bisa dibuka dan ditutup.
Melalui lubang inilah tandan pisang utuh dimasukkan dan ditata. Setelah ruang bawah tanah itu penuh tandan pisang, pintu lubang ditutup. Melalui lubang kecil yang diberi pipa besi dimasukkan asap. Caranya, sabut atau daun kelapa kering ditaruh pada ujung lubang lalu dibakar dan dikipas-kipas. Asap akan masuk ke dalam ruang melalui pipa besi tadi. Setelah ruangan penuh asap, sabut yang terbakar diambil dan lubang kecil itu juga ditutup. Pemeraman demikian hanya berlangsung selama 24 jam. Setelah itu pisang diambil dan disisir untuk dipasarkan.
Agar dicapai tingkat kemasakan penuh (pisang siap untuk dikonsumsi), pemeraman dalam ruang berasap juga harus dilakukan selama 3 X 24 jam. Namun akibatnya pisang tidak bisa tahan lama didisplai di pasar swalayan atau kios buah di kawasan Puncak. Dengan lama pemeraman hanya 24 jam, maka warna pisang masih hijau kekuningan. Daging buahnya sendiri meskipun sudah mulai empuk, namun belum siap untuk dikonsumsi. Hari itu pisang disisir, besuknya didistribusikan dan hari berikutnya ketika didisplai, pisang sudah siap untuk dikonsumsi. Pisang dengan tingkat kemasakan demikian akan tahan didisplai sampai sekitar satu minggu.
Pemeraman dalam ruang berasap ini berkembang di sekitar Ciawi, Cibedug, Cijeruk dan sekitarnya, karena suhu harian rata-rata di kawasan ini memang cocok untuk memeram pisang yakni 22° C.
Pengeraman dengan karbit
Selain dengan asap, ada juga pemeram yang menggunakan gas karbit (yang biasa digunakan untuk mengelas). Kelebihan gas karbit adalah, mudah pengoperasiannya, masaknya pisang lebih merata, warna kuningnya lebih cerah. Meskipun pisang ambon kuning masih sangat muda, apabila diperam dengan gas karbit akan masak dengan warna kulit yang kuning cerah merata.
Kelemahan pemeraman dengan karbit adalah, daya tahan pisang lebih pendek dari yang diperam dengan asap. Selain itu, rasa pisang juga menjadi lebih hambar jika dibanding dengan yang diperam menggunakan asap. Pembeli yang jeli, akan dengan mudah membedakan, mana pisang yang diperam dengan karbit, dan mana yang dengan asap. Pembeli awam, biasanya akan memilih pisang yang diperam dengan karbit, karena penampilannya yang lebih menarik. Sementara konsumen yang sudah berpengalaman akan lebih memilih pisang hasil pemeraman dengan asap. Meskipun warna kulitnya agak kurang cerah, namun rasanya lebih manis daripada yang diperam dengan gas karbit

PENGOLAHAN PISANG

Proses pengolahan diperlukan karena buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan sehingga umur simpannya sangat singkat. Selain itu ada sebagian buah yang bersifat musiman atau dengan kata lain tidak berbuah sepanjang masa. Hal ini menyebabkan pada masa musim panen tiba produksi buah menjadi sangat melimpah, sedangkan pada masa yang lain buah-buahan ini sulit ditemukan. Kondisitersebut di atas menyebabkan rendahnya nilai ekonomis beberapa komoditas buah. Bahkan pada saat musim panen tiba banyak buah yang tidak memiliki nilai ekonomis sama sekali.

Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
Buah pisang sangat prospektif sebagai bahan baku industri. Hal tersebut karena kemudahan dalam mendapatkan bahan baku, serta berbagai produk dapat diolah dari buah pisang sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Pengolahan berbagai produk olahan dapat meningkatkan penganekaragam pangan serta memberikan alternatif dalam memasarkan produk (buah segar atau produk olahan). Bentuk-bentuk olahan buah pisang antara lain.

a. Tepung Pisang
Pemanfaatan tepung pisang cukup luas dalam industri pangan, sebagai bahan makanan (bubur) balita juga sebagai bahan baku produk roti (bakery). Sebagai bahan baku industri, ketersediaan buah pisang dapat dipenuhi karena tanaman pisang mudah dibudidayakan, dapat tumbuh diberbagai kondisi lahan dan panen sepanjang tahun (tidak tergantung musim). Buah pisang yang digunakan sebagai bahan baku tepung pisang adalah buah pisang tua tetapi belum matang. Pada kondisi tersebut kadar pati buah mencapai maksimum sehingga sesuai untuk pembuatan tepung. Tahap pengolahan tepung pisang adalah pengukusan/ perebusan buah pisang, pengupasan, pengirisan dan pengeringan. Selanjutnya gaplek pisang dilakukan penepungan/penggilingan dan pengayakan. Komposisi gizi tepung pisang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi kimia tepung dan rendemen gaplek pisang.

Komponen Tepung Pisang
Kadar air (%) 5,85-11,6
Kadar pati (%) 64,69-67,31
Kadar total gula (%) 18,24-20,04
Kadar serat kasar (%) 1,96-2,51
Kadar protein 3,36-4,12
Kadar vitamin C 0,0325-0,0326
Kadar total asam 0,36-0,71
Rendemen gaplek pisang (%) 15,4-18,8

b. Sale Pisang
Sale pisang merupakan jenis makanan yang dibuat dari buah pisang matang yang diawetkan dengan cara pengeringan. Sale ini mempunyai rasa yang khas dengan daya simpan cukup lama. Mutu sale sangat dipengaruhi oleh warna, rasa, aroma dan daya simpannya. Mutu sale tergantung jenis pisang, tidak semua jenis pisang enak diolah menjadi sale. Pembuatan sale pada prinsipnya melalui tahapan pengupasan, permukaan buah dikerok dan dikeringkan.

c. Sari Buah Pisang
Varietas pisang yang sesuai untuk pembuatan sari buah pisang adalah pisang raja. Buah pisang harus matang penuh dapat menghasilkan warna yang menarik, aromanya kuat dan rasanya enak. Buah yang kurang matang menghasilkan sari buah yang rasanya sepet (kurang enak). Prinsip pembuatan sari buah pisang adalah pengukusan selama 7-10 menit, buah dihancurkan (diblender) dengan penambahan air 1 : 3. Kemudian disaring dan ditambah gula sampai 15% (TSS) dan asam sitrat 2,5-3 g/lt sari buahnya. Sari buah dimasukkan dalam botol dan dipasteurisasi selama 30 menit.

d. Keripik Pisang
Buah pisang yang dipergunakan untuk keripik adalah buah masih mentah tetapi tua dan bisa juga pisang matang namun digoreng dengan penggoreng vakum. Pembuatan keripik adalah dikupas dan dipotong tipis-tipis. Irisan buah pisang direndam dalam larutan Na metabisulfit 0,05%, asam sitrat 0,1% dan garam 1% selama 30 menit. Pisang ditiriskan kemudian digoreng dengan minyak. Setelah matang dikemas dalam kaleng atau kantong plastik dan ditutup rapat. Jenis pisang yang enak diolah keripik adalah pisang kepok, pisang nangka, pisang siem dan pisang tanduk.

e. Selai Pisang
Bahan baku selai adalah buah pisang matang dan beraroma kuat serta tidak busuk. Pisang dikukus selama selama 10 menit, dikupas dan dihancurkan (diblender) dengan ditambah air seperlima bagian. Gula ditambahkan sebanyak 750 g per kg bahan dan asam sitrat 3 g per kg bahan. Campuran ini dimasak sampai kental.

f. Saos Tomat
Saos tomat dapat diolah dari bubur buah pisang dan ditambah bumbu-bumbu. Untuk bahan saos dapat dipilih buah pisang yang nilai ekonomi segarnya rendah (murah), namun setelah diolah menjadi saos justru memiliki nilai ekonomi tinggi. Buah pisangdiperlukan cukup matang. Prinsip pembuatan saos adalah buah pisang pengupasan, pemotongan, penghancuran, pemasakan bubur buah dan ditambah gula dan garam. Sementara itu bumbu saos dihancurkan hingga halus dan dibungkus dengan kain saring, kemudian dimasukkan dalam bubur pisang. Selama pemasakan tambahkan zat pewarna merah, cuka 25% dan asam sitrat.

g. Buah Pisang Dalam Sirup
Buah pisang dalam sirup diolah dari buah pisang yang matang dan tidak busuk. Buah dikupas dan direndam dalam larutan asam sitrat 0,5% sambil dikerok bagian luarnya. Buah ditiriskan dan dipotong-potong menurut selera. Kemudian dikukus selama 5 menit dan diatur dalam wadah. Selanjutnya, buah dituangi sirup 30% dalam keadaan panas. Wadah ditutup dan dipasteurisasi selama 30 menit.

h. Dodol Pisang
Dodol pisang dapat diolah dari buah pisang yang kurang baik mutu segarnya, sehingga nilai tambahnya dapat ditingkatkan setelah diolah menjadi dodol. Buah pisang matang dikupas (4 kg), diris tipis, direndam dalam larutan Na metabisulfit atau kapur sirih1 g per 1 lt air selama 5-10 menit. Kemudian ditiriskan, dihancurkan, tambahkan tepung terigu 400 g. Campuran tersebut masukkan dalam wajan, dimasak sambil diaduk, tambah gula pasir 1 kg, benzoat 1 sdm. Setelah mencapai kekentalan tertentu masukkan dalam oyang, dikeringkan, dipotong dan dibungkus plastik.

DAFTAR PUSTAKA


Http://endrah.blogspot.com/2010/02/teknologi-pengolahan-pisang.html, diakses tanggal 16 Mei 2010.

Http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/pedoman-budidaya-pisang.html. Budidaya pisang. diakses tanggal 12 mei 2010.

Satuhu, S dan Ahmad S. 2000. Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar Pisang. Jakarta. Penebar Swadaya.

0 komentar: