HIDROPONIK
LAPORAN
Oleh:
BRAM ARDA BINTARIO BANGUN / 070301036
STHEFANI MELKASARI / 070301065
BUDIDAYA PERTANIAN-AGRONOMI
1V/13
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
HIDROPONIK
LAPORAN
Oleh:
BRAM ARDA BINTARIO BANGUN / 070301036
STHEFANI MELKASARI / 070301065
BUDIDAYA PERTANIAN-AGRONOMI
1V/13
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Ditugaskan oleh:
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
( Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc. )
NIP. 130231557
Diketahui oleh: Diperiksa oleh:
Asisten Koordinator Laboratorium Asisten Penanggung Jawab Group IV
( Rimember A. Lubis ) ( Susi Octaviani S. D. )
NIM. 040301014 NIM. 040301049
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Judul laporan ini adalah “HIDROPONIK” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc.; Prof. Dr. Ir. J.M. Sitanggang, MP.; Ir. Meiriani, MP.; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.; Ir. Haryati, MP. dan Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Medan, November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
Tujuan Percobaan …………………………………………………….. 2
Kegunaan Percobaan …………………………………………………. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ………………………………………………………. 3
Syarat Tumbuh ………………………………………………………... 4
Iklim …………………………………………………………….. 4
Tanah ……………………………………………………………. 4
Hidroponik …………………………………………………………….. 5
Bayfolan ……………………………………………………………….. 7
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu ………………….………….……………………... 8
Bahan dan Alat ………………………………….…………………….. 8
Prosedur Percobaan …………………………….……………………... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ……………………………………………………………….…. 10
Pembahasan …………………………………………………….…….. 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………………………...… 14
Saran …………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menanam tumbuhan rumah dalam air, sudah sejak lama dilakukan di Eropa. Sejumlah pabrik telah menghasilkan tempat-tempat terbuat dari bermacam-macam kaca yang berbentuk bagus untuk memenuhi kebutuhan ini. Di Amerika, tempat-tempat seperti ini masih kurang umur, sehingga orang-orang disana masih harus mengandalakan pada kualitas masing-masing. Pada kenyataanya, tempat apapunyang kedap air dan besar ukurannya dapat digunakan. Kami telah menyukai tempat-tempat yang terbuat dari kaca jernih, sebab tidak menghalangi pandangan terhadap sistematika perakarannya (Nicholls, 1995).
Cara penanaman di atas air belakangan ini malah sudah banyak ditinggalkan dan diganti dengan cara penanaman di atas media lain yang lebih praktis, mudah didapat dan dilakukan. Istilah yang digunakan pun berubah menjadi hyrdoponics, yang berarti hydro (air) dan ponics (pengerjaan). Sebab tanaman yang ditumbuhkan dalam air kurang mendapat sambutan dibanding dengan menggunakan media lain seperti pasir, kerikil, sebagai tempat menancapkan tanaman (Lingga, 1998).
Hidroponik membuat sesuatu yang mungkin dengan sepenuhnya mengendalikan karakteristik buah-buahan tertentu dan sayur-mayur seperti asam dalam buah tomat (Imzi, 1996).
Nutrien atau pupuk yang digunakan untuk hidroponik tanaman buah tahunan sama dengan yang digunakan untuk hidroponik tanaman buah semusim. Nutrien ini lebih banyak dipilih yang instan alias siap pakai, mengingat nutrien tersebut lebih praktis.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman Bambu Jepang (Dracaena godseffiana)
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumater Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Prihmantoro (1997), sistematika tanaman Bambu Jepang adalah:
Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Klass : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena godseffiana
Batangnya kecil seperti kawat tebal dngan ujung berbentuk oval rata tersususn melingkar seperti spiral pada batang (Wianta, 1999).
Daun berbentuk elips dan ujungny lancip, tumbuh pada tangkai pendek yang muncul dari ruas batang kecil memanjang tetapi liat. Tinggi tanaman mencapai 2 m. Warna daun hijau tua dan ditaburi oleh titik berwarna kuning di tengah. Kadang-kadang buah berbentuk bulat berwarna merah muncul dari ketiak daun (Prihmantoro, 1997).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman hias ini sangat cocok ditanam dalam pot dan diletakkan di sudut ruangan. Tanaman ini termasuk tahan dalam ruangan ber-AC (Redaksi Trubus, 1998).
Media hidroponik yang baik mempunyai keasaman yang netral atau pH 5,8-7,2. Selain itu, media harus porus dan harus dapat mempertahankan kelembabkan (Prihmantoro dan Indriani, 1998).
Tanah
Sebagai pengganti tanah bisa digunakan air, kerikil, atau bahan lainnya untuk media. Penggunaan media itu harus benar-benar steril (Tim Penulis, 1992).
Media untuk tanaman dewasa hampir sama dengan media semai, yaitu pastilah agalkasar, arang sekam, dan rockwool. Itulah yang digunakan sebagai media untuk tanaman dewasa (Prihmantoro dan Indriani, 2000).
Pasa awalnya bertanam secara hidroponikmenggunakan wadah yang hanya berisis air yang hanya dicanpur dengan pupuk, baikpupuk makro maupun mikropad perkembangannya, bertanam hidroponik meliputi berbagai cara yaitu bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah yang berisi air berpupuk saja. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah beberapa bahan yang digunakan secara praktis di dunia dalam bertanam secara hidropinik. (http://www.sabah.org.my, 2008).
Batu apung putih mempunyai keunggulan yang sama dengan batu apung merah dan masih ada keunggulan yang lain yaitu media tahan lama. Sayangnya media ini cukup mahal. Pada akhir 1994 harganya Rp 300,00/kg. Keberadaan media ini juga masih terbilang jarang(Prihmantoro dan Indriani, 2000).
Hidroponik
Dalam intisarinya, adalah menjadi ilmu pengetahuan dalam bertumbuh tumbuhan tanpa lahan, walaupun sekarang sistem utama hidroponik menggunakan berbagai material tanpa daya seperti kerikil, perlite, dan lain-lain sebagai pendukung penyerapan tumbuhan (http://www.hydroponicsbc.com, 2008).
Pertanian hidroponik adalah suatu alat yang penting terus meningkat. Metode hidroponik digunakan untuk pembatasan diperdaya ke pertanian tradisional – air tidak cukup, lahan lemah/miskin, musim bertumbuh pendek/singkat, panas berlebihan atau dingin, atau cahaya tidak cukup. Di dalam suatu ruangan/lingkungan yang tiruan harus diciptakan untuk memungkinkan penanaman. Yang terus meningkat di atas bumi, lingkungan harus dikendalikan atau dimodifikasi untuk mencapai akhir yang sama (http://www.interurban.com, 2008).
Hidroponik atau istilah asingnya Hydroponics, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Istilah ini di kalangan umum lebih populer dengan sebutan berkebun tanpa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, gabus putih, dll (Lingga, 1999).
Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Kultur air teknik ini yang telah dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec.
2. Kultur agregat. Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Nutrient film technique. Pada cara ini tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat
(http://www.situs hijau.co.id, 2008).
Menurut http://www.sabah.com (2008) hidroponik ini mempunyai banyak kelebihan berbanding dengan sistem penanaman biasa yang menggunakan tanah sebagai berikut:
1. Sistem ini boleh dipraktekan pada kawasan yang tidak sesuai untuk penanaman secara biasa seperti tanaman bertoksik, padang pasir, dan lain-lain.
2. Sayur-sayur akan cepat tumbuh dan mengeluarkan hasil yang berkualitas tinggi.
3. Bersih dan bebas dari sembarang racun perusak.
4. Tidak perlu merumpai, menyiram,mencangkul.
5. Penggunaan air dan baja berkawat dan efisien.
6. Peluang hasil suatu kawasan pada suatu saat tinggi
Pot jenis ini dilengkapi dengan satu batang paralon. Dengan bantuan sepasang lidi yang ujungnya diberi potongan gabus putih. Paralon ini juga dapat digunakan untuk memonitor ketinggian permukaan air di dalam pot. Panjang lidi sama dengan panjang paralon sama dengan tinggi pot. Apabila pot diisi air, maka lidi akan naik (Tim Penulis, 1992).
Bayfolan
Merupakan pupuk daun lengkap, berbentuk cair, produksi Bayer. Kandungan kadar N 11%, P2O5 10%, K2O 6%, dan unsur-unsur hara mikro lainnya yang melengkapi yaitu: Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No. Gelatin serta zat penyangga. Warna cairan hijau agak kehitam-hitaman (Sutedjo, 2002).
Bayfolan merupakan pupuk anorganik makro dan mikro, berbentuk cair, dan untuk pertumbuhan vegetatif (Lingga dan Marsono, 2004)
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu
Percobaan dilakuan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter dari permukaan laut. Percobaan ini dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2008 sampai 1 November 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang dalam percobaan ini adalah Bambu Jepang (Draceana godseffiana) sebagai objek percobaan, batu apung sebagai media tanaman pengganti tanah,pipa paralon untuk mengalirkan udara dan mengukur banyaknya air, lidi untuk mengukur ketinggian air, bayfolan sebagai pupuk cair tanaman, gabus sebagai pemberat lidi, air sebagai media tanam, pot hidroponik sebagai tempat/menanam hidroponik sebagai tempat hidroponik Bambu Jepang.
Alat yang digunakan ialah pot hidroponik untuk tempat bambu jepang, pipa paralon untuk menyalurkan udara, dan penggaris untuk mengukur ketinggian air pada pot, dan buku data dan alat tulis untuk menulis data.
Prosedur Percobaan
Diseterilkan batu apung dengan cara direbus selama + 30 menit.
Dibersihkan akar tanaman dari kotoran dan tanah serta bagian tanaman yang sudah mati.
Dimasukkan batu apung + 1/3 bagian pot dan dimasukkan pipa paralon tegak dipinggir pot.
Dimasukkan tanaman dandiisi batu apung lagi hingga menutupi bagian akar tanaman.
Dimasukkan gaus yang telah ditusuk dengan lidi untuk mengetahui ketinggian air pada pot.
Setelah satu minggu diberi pupuk bayfolan.
Diamati tanaman setiap minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tanggal Pengamatan Jumlah Daun Observasi Visual
30 Agustus 2008 82 - tanaman segar 79
- muncul 3 tunas baru
6 September 2008 80 - muncul 2 tunas baru
- tanaman agak layu
- 2 daun menguning
- 78 daun segar
13 September 2008 66 - 2 daun menguning
- 2 daun layu
- 3 tunas baru
- 62 daun segar
20 September 2008 71 - 1 daun layu
- 3 tunas baru
- daun segar 70
27 September 2008 72 - 1 daun layu
- 5 tunas baru
- daun segar 71
4 Oktober 2008 74 - 1 daun layu
- 2 tunas baru
- daun segar 73
11 Oktober 2008 75 - 3 daun layu
- 3 tunas baru
- 72 daun segar
18 Oktober 2008 76 - 2 daun layu
- 3 tunas baru
- 74 daun segar
25 Oktober 2008 76 - 4 daun kuning
- 2 tunas baru
- 72 daun segar
1 November 2008 74 - 74 daun segar
- 1 tunas baru
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh jumlah daun Bambu Jepang (Dracoena godseffina), setiap minggunya bertambah jumlahnya. Hal ini karena kebutuhan haranya terpenuhi dalam tumbuhan melakukan fotosintesis. Media tanam tidak mempengaruhi tanaman dalam menyerap unsur hara, walaupun media tanamnya adalah air, bukan tanah, asalkan air tersedia dengan baik, aerasinya terjaga,dan haranya cukup tersedia bagi tanaman Bambu Jepang. Hal ini sesuai dengan literatur http://www.sabah.org.my (2008). Pada perkembangannya, bertanam hidroponik meliputi berbagai cara yaitu bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah yang berisi air berpupuk saja.
Pada percobaan ini, pupuk yang digunakan adalah Bayfolan. Kegagalan tanaman dengan media hidroponik dapat juga dikarenakan kurangnya unsur hara yang diberikan pada tanaman. Hal ini tampak misalnya pada daun yang sudah menguning bahkan mati. Bayfolan mengandung kadar N 11%, P2O5 10%, K2O 6% yang dibutuhkan oleh tanaman bagi kehidupannya. Hal ini sesuai dengan literatur Sutedjo (2002), bahwa kandungan kadar N 11%, P2O5 10%, K2O 6% dan unsur-unsur hara mineral lainnya yang melengkapi yaitu: Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No.
Penanaman secara hidroponik mempunyai kelebihan seperti tidak memerlukan daerah penanaman yang luas atau sempit, perawatan sederhana, unsur hara yang dibutuhkan bisa diatur, praktis dan efisien, biayanya murah dan tidak memerlukan tenaga yang besar. Hal ini sesuai literatur http://www.sabah.com (2008), hidroponik ini mempunyai banyak kelebihan dibandinkan dengan sistem penanaman biasa yang menggunakan tanah sebagai berikut :
Sistem ini boleh dipraktekkan pada kawasan yang tidak sesuai dengan penanaman biasa
Bersih dan bebas dari segala racun perusak,
Tidak perlu menyiram,mencangkul,
Peluang hasil suatu kawasa pada suatu saat tinggi.
Jumlah daun tertinggi terdapat pada hari pertama 82 daun dengan kondisi fisik sebesar 79 dan muncul 3 tunas baru. Selanjutnya jumlah daun berkurang tetapi konstan. Hal ini dikarenakan kurangnya hara bagi tanaman. Penambahan hara ini dapat dilakukan dengan Bayfolan yang cair. Hal ini sesuai literatur Lingga dan Marsono (2004). Bayfolan merupakan pupuk anorganik makro dan mikro, berbentuk cair, dan untuk pertumbuhan vegetatif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jumlah daun tertinggi terdapat pada hari pertama yaitu 82 daun dengan observasi visual 79 segar dan 3 tunas baru.
2. Jumlah daun terendah pada minggu ke-3 yaitu 66, dengan observasi visual 2 daun menguning, 2 daun layu, dan 3 tunas baru.
3. Pada tanggal 20 September 2008, jumlah daunnya 71, 1 daun layu, 5 tunas baru, dan 70 daun segar.
4. Pada tanggal 1 November 2008, jumlah daunnya 74, 74 daun segar dan 1 tunas baru.
5. Pada percobaan digunakan pupuk cair Bayfolan.
Saran
Sebaiknya dalam menghitung daun tanaman harus teliti agar jumlah daun yang diperoleh adalah jumlah daun yang sebenarnya
DAFTAR PUSTAKA
http://www. hidroponicsbc.com, 2008. Hydoponics, What Is It?. Tanggal diakses 29 Agustus 2008, 3 pages.
http://www.interurban.com, 2008. Hidroponics: A Global Perspective. Tanggal diakses 29 Agustus 2008, 2 pages.
http://www.sabah.com, 2008. Hidroponik. Tanggal diakses 29 Agustus 2008, 3 pages.
http://www.sabah.org.my, 2008. Hidroponik. Tanggal diakses 29 Agustus 2008, 2 pages.
http://www.situshijau.co.id, 2008. Hidroponik. Tanggal diakses 29 Agustus 2008, 5 pages.
Imzi, H., 1996. Nonutcularly Hidroponics Systems. Aurost, Tiwan.
Lingga, P., 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lingga, P., dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nicholls, R. E., 1995. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Penabur, Jakarta.
Prihmantoro, H., 1997. Tanaman Hias Daun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prihmantoro, H., dan Y. H. Indriani, 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Redaksi Trubus, 1998. Tanaman Hias Indoor Populer. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Tim Penulis, 1992. Hidroponik Tanaman Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wianta, I. K., 1999. Tanaman Hias Ruangan. Kanisius, Jakarta.
Jumat, 11 September 2009
hidroponik
Diposting oleh arenloveu di 10:21:00 AM
Label: fisiologi tumbuhan, hidroponik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar