PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hidroponik atau istilah asingnya adalah Hydroponics adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Istilah ini di kalangan umum lebih popular dengan sebutan berkebun tanapa tanah, termasuk dalam hal ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porosus lainnya seperti kerikil, pecahan, genteng, pasir kali, gabus putih, dan lain-lain.(Pinus, 1999).
Pupuk daun yang digunakan untuk tanaman hidroponik tersedia dalam banyak jenis. Ada yang berbentuk cair atau padat, baik berbentuk powder (bubuk) maupun prill (butiran). Berdasarkan pemakainannya terdapat dua macam pupuk yaitu pupuk daun, yaitu pupuk daun untuk fase pertumbuhan vegetatif dan untuk fase pertumbuhan generatif. (Hartus, 2002).
Pemberian nutrient di dalam hidroponik system rendam sangat menguntungkan sebab dengan sekali memberi nutrien, tanaman dapat hidup bertahan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian anda baru menambah nutrient lagi setelah cadangan menipis. Sistem ini paling banyak dilakukan untuk hidroponik tanaman hias karena cukup praktis dalam hal pembuatan dan perawatannya. Disamping itu, dengan system ini tanaman hias mudah dipindahkan. (Tim Penulis PS, 1999).
Perwatan tanaman hias hidroponik sedikit berbeda dengan tanaman hias yang ditanam pada media tanah. Cara penyiraman dan pemupukan misalnya penyiraman dilakukan seminggu sekali. Pemberian pupuk (nutrien) dua minggu sekali. Pupuk yang diberikan dilarutkan dalam air yang juga berfungsi sebagai air siraman, lalu dituangkan ke dalam pot. Perawatan lainnya adalah pembersihan media dan wadah. Kegiatan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemangkasan akar. Batu – batu sebagai media tersebut disikat sampai bersih dari kotoran-kotoran yang melekat, demikian pula wadahnya. Kegiatan perawatan lain boleh dibilang sama saja dengan perawatan tanaman pada media tanah. (Palungkun, dkk, 1999).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman Bambu Jepang (Dracaena godseffiana).
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Sistematika bahan Tanaman Bambu jepang (Dracaena godseffiana) menurut Prihmantoro (1997) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Dracaena
Spesies : Dracaena godseffiana
Tanaman bambu jepang ini memiliki akar dengan system perakaran serabut. Tanaman bamboo jepang ini sangat khas karena memiliki banyak cabang – cabang akar. Dan pada percabangan akar tersebut banyak ditemui bulu akar. (Rukmana, 1997).
Batang Dracaena godseffiana adalah batangnya kecil seperti kawat tebal dengan daun berbentuk oval rata tersusun melingkar seperti spiral pada batang. Warna daun hijau tua dengan bintik – bintik putih sangat manis. Bambu jepang memiliki tinggi rata – rata 5 meter, dengan panjang ruas 30 cm. Tanaman ini diperbanyak dengan rimpang atau stek badannya. Batangnya tegak dan berwarna hijau kelabu. Percabangan muncul dari buku – buku bagian tengah, sehingga jajaran batang bisa membentuk pagar jika ditanam secara berderet. (Http://www.suaramerdeka.com/hidroponik, 2008).
Daun bambu jepang berbentuk elips yang ujungnya lancip, tumbuh pada tangkai pendek yang muncul dari ruas batang kecil memanjang tetapi liat. Tinggi tanaman mencapai 2 m. Warna daun hijau tua dan ditaburi oleh titik – titik berwarna kuning atau krem (Varietas Florida beauty). Sementara varietas milky krem atau kekuningan ditengah. Kadang – kadang buah berbentuk bulat berwarna merah muncul dari ketiak daun. (Prihmantoro, 1997).
Tanaman bambu jepang memiliki bunga yang berwarna putih, kuning, ataupun merah. Memiliki kelopal bunga yang berjumlah 5, daun mahkota berbentuk seperti terompet berwarna putih. (Martoharsono, 2004).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman Bambu jepang menyukai daerah yang bersuhu lembab pada sekita 10 -12° C, kelembaban udara sedang 40 - 60° C. Kebanyakan tanaman hias membutuhkan ruangan bersuhu 22°C diwaktu malam dan 24° C diwaktu siang (Loveless, 1991).
Suhu memiliki arti penting bagi tanaman karena dapat membantu proses metabolisme yang pada akhirnya mendukung laju pertumbuhan tanaman. Kebutuhan suhu ini berbeda – beda pada setiap jenis tanaman, fase perkembangan dan perkembangbiakan serta habitat. Kisaran suhu yang optimum bagi tanaman juga berbeda – beda. Namun bagi tanaman yang mudah beradaptasi kisaran suhu itu menjadi sangat luas, sedangkan tanaman yang sulit beradaptasi kisarannya semakin sempit. (Prihmantoro, 1997).
Sebagai tanaman yang berasal dari daerah tropik, maka bambu jepang cocok ditanam di tempat yang terkena cahaya matahari. Cahaya diperlukan oleh tanaman terutama dalam pembentukan gula, dimana gula ini sebagai sumber energi. (Gardner, dkk, 1991).
Tanah
Tanaman Bambu jepang dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan umumnyamenghendaki tanah Ph nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur, tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi. Tanaman bambu jepang menyukai tanah yang kaya akan humus dan juga memiliki drainase yang baik. Humus adalah istilah untuk bahan organik yang secara menyeluruh telah mengalami penguraian dan resisten perubahan selanjutnya (Pinus, 1999).
Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai becek, dan dari tanah subur sampai kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit terjal sampai tanah yang landai. Beberapa jenis tanah yang terdapat didaerah pusat bambu seperti di hutan Solo, Banyuwangi, adalah jenis tanah asosiasi latosol cokelat dengan regosol kelabu, serta andsol cokelat kekuningan. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan bambu. (Berlian, 1995).
Hidroponik
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media – media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu dan busa. Metode hidroponik ini mengizinkan orang – orang yang tinggal di rumah dengan halaman yang sempit dan juga mahasiswa yang bertempat di kos untuk menikmati bermacam – macam buah dari tangan dingin di tempat sendiri. (Http://www.my-curio.us.com/hidroponik, 2008).
Hidroponik ialah suatu kaedah penanaman sayur – sayuran yang tidak menggunakan tanah. Hidroponik ini mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan system penanaman biasa yang menggunakan tanah seperti berikut :
Sistem ini boleh dipraktekkan pada kawasan yang tidak sesuai untuk penanaman secara biasa seperti tanah bertoksik, padang pasir, dan lain-lain.
Sayur –sayuran akan cepat tumbuh dan mengeluarkan hasil yang berkualitas tinggi.
Bersih dan bebas daripada sebarang racun makhluk perusak.
Tidak perlu merumpai, menyiram dan mencangkul.
Penggunaan air dan baja yang terkawal dan efisien.
Pulangan hasil seunit kawasan bagi seunit masa adalah tinggi.
(Htttp://www.sabahorg.my/bm/masihat/artikel_pertanian, 2008).
Dalam kaedah hidroponik ini, keseluruhan keperluan nutrient diberikan kepada akar tanaman dalam bentuk larutan. Pokok sebenarnya boleh hidup tanpa tanah. Pupuk tidak menyerap tanah sebagai makanan tetapi mengambil zat makanan/nutrient yang tersembunyi dalam tanah. Hidroponik sebenarnya tujuan untuk membolehkan zat – zat makanan atau nutrient yang diperlukan oleh tanaman diambil terus melalui larutan yang nutrient yang tersedia. Kaedah yang mudah dan berkesan adalah hidroponik. Hasil keluaran hidoponik sebenarnya dijamin bebas daripada sisa racun kulat atau serangga. Ini selamat dan menjadi pilihan bagi mereka yang mementingkan kesehatan. (Http://www.geocities.com/athens/apaituhidroponik.html, 2008).
Bayfolan
Bayfolan merupakan pupuk daun lengkap, berbentuk cair, produksi Bayer. Kandungan kadar N 11%, P2O5 10 %, K2O 6 % dan unsure – unsure hara mikro lainnya yang melengkapi yaitu Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No. Gelatin serta zat penyangga. Warna cairannya hijau agak kehitam – hitaman. Dianjurkan sebagai konsentrasi normal 0,2 % 200 cc. Bayfolan dilarutkan dalam air / pelarut sebanyak 100 liter. Bayfolan merupakan pupuk cair sebagai bahan makanan secara foliar (daun) dan akar.(Martoharsono, 2004).
Bayfolan merupakan pupuk berbentuk cair sebagai bahan makanan secara foliar dan akar, cocok unruk semua tanaman agricultural serta tanaman hias dan rumah. Disamping kandungan makronutrisi bayfolan juga mengandung besi, Magnesium, Boron, Copper, Zinc, Cobalt, dan molybdenum. Bayfolan masuk ke dalam tanaman melalui daun dan akar. Pemakaian reguter pupuk foliar menghindari dari defisiensi. (Http://www.bayer.co.id, 2008).
Untuk mengaplikasikan pupuk daun memerlukan alat semprot ini disebabkanpemberian pupuk ke daun. Ada beberapa hal yang dianggap mutlak harus diketahui terlebih dahulu, yaitu :
Konsentrasi pupuk harus sesuai.
Pupuk daun disemprotkan ke daun yang menghadap bawah.
Penyemprotan dilakukan saat matahari tidak terik.
Penyemprotan tangan diakukan menjelang musim hutan.
Keterangan pada kemasan pupuk harus selalu dibaca.
Pupuk bayfolan mengandung unsure N 11%, P 8 %, K 6%, Fe, Mg, B, Cu, Zn, Co, Mo. Pupuk ini adalah pupuk organic makro dan mikro, bentuknya cair dan untuk pertumbuhan vegetatif. (Http://www.id.wikipedia.co.id/bayfolan, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tanggal Pengamatan JUMLAH DAUN OBSERVASI VISUAL
31 – 08 - 2008 49 Semua daun segar
Ada satu tunas baru
06 – 09 – 2008 47 Semua daun segar
Ada satu tunas baru
13 – 09 – 2008 45 3 daun layu
20 – 09 – 2008 38 Daun segar
3 daun layu
27 - 09 – 2008 38 Daun segar
04 – 10 – 2008 37 Daun segar
1 daun layu
11 – 10 – 2008 35 2 daun layu
18 – 10 – 2008 35 2 daun layu
01- 11 – 2008 38 Daun segar
3 daun baru
Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa banyak keuntungan menggunakan system hidroponik untuk bercocok tanam. Keuntungan menggunakan hidroponik itu adalah :
Dapat menghemat tempat, sesuai untuk menanam di tempat terbatas.
Lebih bersih daripada menanam yang biasanya.
Pemakaian pupuk lebih terkontrol.
Gulma tidak ada, hingga hama dan penyakit lebih sedikit.
Kegiatan pemeliharaan lebih sedikit.
Hasil produksi lebih seragam.
Hal ini sesuai dengan literatur http://www.sabah.org.my/bm/masihat/artikel_pertanian (2008) yang menyatakan bahwa hidroponik ini mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan sistem penanaman biasa yang menggunakan tanah, salah satunya adalah bersih dan bebas dari gulma dan hama penyakit.
Dari hasil pengamatan selama kurang lebih 2 bulan didapat hasil bahwa tanaman Hidroponik tumbuh dengan baik. Pada tanaman bamboo jepang daun yang ada selalu segar dan tunas baru yang tumbuh juga segar. Hanya saja ada beberapa daun yang berguguran sehingga jumlah daun pada saat awal penanaman berbeda dengan data pengamatan terakhir. Jumlah daun pada saat awal penanaman berbeda pada pengamtan terakhir. Jumlah daun awalnya 49 menjadi tinggal 38 daun dengan 3 daun baru yang muncul. Pada saat pengamatan daun disiram satu minggu sekali denga batas air sampai ke akar dan tidak melewati batang.
Dari data percobaan didapat bahwa pemberian unsur – unsur hara dengan menggunakan pupuk cair bayfolan dengan disemprotkan atau diberikan / dilarutkan ke air agar terserap oleh akar. Hal ini sesuai dengan literatur http://www.bayer.co.id (2008) yang menyatakan bahwa bayfolan merupakan pupuk cair sebagai bahan makanan secara foliar ( daun) dan akar.
Kelebihan menggunakan media tanam batu apung antara lain karena memiliki ruang pori yang besar, sehingga mampu menyimpan cadangan air, selain itu ruang pori yang besar bisa sebagai tempat melekatnya akar, keuntungan lainnya adalah biaya yang murah, ringan untuk dibawa ( dipindahkan ). Hal ini sesuai dengan literatur Prihmantoro (1991) yang menyatakan bahwa batu apung putih mempunyai kelebihan yang sama dengan batu apung merah dan masih ada keuntungan lain yaitu madia ini tahan lama dan dapat ditempatkan dimana saja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada pengamatan minggu kedua, daun masih terlihat segar tetapi sudah ada 2 daun yang gugur dan ada satu tunas baru.
2. Pada pengamatan minggu ketiga terdapat 3 daun layu dan jumlah daun sudah berkurang dari 47 buah menjadi 45 buah.
3. Pada pengamatan minggu kelima daun masih terlihat segar namun jumlahnya sudah berkurang karena ada yang layu dan gugur.
4. Pada pengamatan minggu keenam dan ketujuh beberapa daun terlihat segar tapi yang lainnya terlihat layu.
5. Pada pengamatan minggu terakhir daun segar dan muncul 3 tunas baru. Jumlah daun terakhir adalah 38 buah.
Saran
Sebaiknya dalam menggunakan batu apung, batu apung harus benar – benar bersih dan direbus sehingga penanaman hidroponik lebih baik. Pengisian air harus dilakukan rutin agar tanaman tidak kekurangan air.
Jumat, 11 September 2009
hidroponik
Diposting oleh arenloveu di 10:29:00 AM
Label: fisiologi tumbuhan, hidroponik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar