BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 02 Oktober 2009

vitamin c

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Vitamin adalah molekul organik sederhana yang diminta oleh tubuh. Vitamin bukan karbohidrat, protein maupun lipid. Tubuh tidak dapat mensintesis vitamin-vitamin. Karena larut dalam air, vitamin C mudah diserap dalam usus halus, dari mana ia langsung masuk ke dalam darah vena porta ke hati dan dari sana ke seluruh tubuh. Vitamin ini disimpan dalam banyak jaringan, tetapi terutama banyak sekali dalam organ yang berhubungan dengan aktivitas metabolism (Tarrant, 1989).
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat. Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation (GSH). Peranan asam askorbat sebagai koenzim belum dapat dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun (Sulaiman, 1995).
Vitamin C memiliki sifat yang larut dalam air dan mudah rusak oleh panas udara, alkali enzim, stabil pada suasana asam. Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin C antara lain pendarahan ringan. Sedangkan gejala yang berat antara lain gigi rontok, luka pada gusi, luka sukar sembuh dan tulang mudah patah. Vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, arbei, kangkung, kentang, cabai, selada hijau dan jambu biji(Baliwati dan Ali, 2002).
Vitamin C diperlukan pada pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel. Keadaan kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan juga pada proses pematangan eritrosit dan pada pembentukan tulang dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting pada respirasi jaringan. Pada umur 1 tahun, umumnya anak sudah dapat diet yang lebih bervariasi hingga angka kejadian menurun. Gejala-gejala yang menonjol:
1. Cengeng/mudah marah
2. Rasa nyeri pada tungkai bawah
3. Pseudoporolisis tungkai bawah, sedangkan tungkai atas jarang terserang (Supariasa, 2001).
Sumber vitamin C adalah buah-buahan segar terutama buah jeruk dan sayuran. Fungsinya yang pasti tidak diketahui, kecuali bahwa askorbat ikut berperan pada kerja enzim-enzim prolil dan lisil hidrolakse serta pehidroksifenil-piruvat oksidase, dan pada pembentukan nondrenalin. Kebutuhan orang dewasa 60 mg lebih banyak dalm laktasi, 35 – 45 mg untuk bayi dan anak-anak. Peningkatan kebutuhan dapat terjadi karena stress (Robert, 1977).
Vitamin C pertama-tama diisolasi oleh Szent Gyorgy (1928) dari jeruk, kol dan adrenal korteks. Ia namakan senyawa tersebut asam heksuronik karena molekulnya mempunyai enam karbon dan mempunyai sifat mereduksi. Vitamin C adalah derivate heksosa dan cocok digolongkan sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk Kristal berwarna putih, sangat larut dalam air dan alcohol. Vitamin C stabil dalam keadaan erring tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan apalagi dalam suasana basa (Suharjo, 1987).

Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar vitamin C pada masing-masing bahan dengan pengaru berbagai perlakuan terhadap kadar vitamin C pada masing-masing bahan secara kualitatif.

Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Sumber vitamin C secara umum terdapat dalam buah jeruk, sayur-sayur hijau dan buah tomat. Pada buah-buahan ini merupakan sumber vitamin C yang baik. Tubuh makhluk hidup setiap harinya membutuhkan vitamin C dari 25 sampai 30 mg per harinya. Vitamin C dapat juga beracun jika diambil atau dikonsumsi dalam dosis yang besar atau berlebihan, seperti vitamin C, pricipat hasil akhir dari katabolisme yang disebut sebagai asam oxalit (Lal, 2006).
Walaupun asam askorbat pasti banyak diperlukan pada metabolisme, ia dapat disintesis pada berbagai tumbuh-tumbuhan dan pada semua binatang yang diselidiki kecuali manusia dan primata lainnya dan marmut. Jalan dimengerti bahwa sistem pemindahan hidrogen peranan vitamin dalam system yaitu oksidasi tirosin. Salah satu reaksi analitik dipakai untuk vitamin c adalah reduksi kuantitatif zat warna. Vitamin c sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada menumbuk kentang (Harper, 1979).
Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur
2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu
3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan
4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C (Poedjiadi, 1994).
Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih muda (mentah) lebih banyak mengadung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang vitamin C-nya(Prawirokusumo, 1994).
Pada proses penyimpanan yang lama, penambahan, peradangan dan pengerutan akan menurunkan kandungan vitamin C pada bahan makanan, terutama sayuran dan buah-buahan. Kebutuhan vitamin C pada tubuh setiap hari kurang lebih 60 mg. Sumber vitamin C terdapat pada jeruk, tomat, mangga, papaya, bunga kol, bayam, daun papaya dan daun singkong (Auliana, 1994).
Iodin dan iodium pada vitamin C digunakan sebagai indicator vitamin C, berperan penting dalam hidroksilisin prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentuk kolagen. Vitamin C merupakan reduktor kuat dan penentuannya dapat ditentukan dengan menggunakan titrasi yang digunakan adalah iodine berdasarkan sifat yang menentukannya. Indikator yang digunakan adalah amilum dengan standarisasi iodine yaitu 1 ml 0.01 N dan iodine ekivalen 0.8 asam askorbat (Poedjiadi, 1994).


BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

Bahan

- Buah pir yang tidak didinginkan
- Buah pir yang didinginkan
- Jeruk sunkist.
- Jeruk manis.
- Jeruk purut
- Jerul nipis.
- Jeruk kesturi.
- Nenas masak.
- Apel merah.
- Apel hijau.
- Jambu biji masak.
- Jambu biji mentah.
- Jengkol.
- Petai.
- Semangka.
- Air.

Reagensia

- I2 ( Iodium ) 0,01 N
- NaOH ( Natrium hidroksida )
- Pati 1 %
- Phenophtalin ( PP ) 1 %

Alat

- Tabung reaksi
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Pipet skala
- Beaker glass
- Erlenmeyer
- Kertas saring
- Corong
- Mortal
- Biuret
- Timbangan
- Pisau
- Serbet

Prosedur Percobaan

- Dikupas buah (triming dipisahkan dengan dari kulit dan bijinya).
- Dicuci bersih.
- Dihaluskan dengan mortar.
- Dtimbang masing-masing 5 gr.
- Dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambah air sampai volume 100 ml
- Disaring dan diambil filtratnya 10 ml sebanyak dua bagian
- 10 ml filtrat yang pertama + pati 1 % sebanyak 2 – 3 tetes untuk menguji kadar vitamin C
- 10 filtrat lainnya + pp 1% sebanyak 2 – 3 tetes untuk menguji total asam
- Dititrasi filtrat I dengan I2 sampai berwarna merah.
- Dicatat volume titrasinya
- Dititrasi filtrat II dengan NaOH sampai berwarna merah.
- Dicatat volume titrasinya
- Dihitung kadar vitamin C ( KVC ) dengan rumus :
KVC = ml I2 0,01 x 0,08 x fp x 100
Berat contoh
- Dihitung % total asam ( TA ) dengan rumus :
%TA = %NaOH x N NaOH x fp x BM asam dominan x 100%
Berat contoh x 1000 x valensi


HASIL DAN REAKSI

Hasil

No Nama Bahan KVC % TA
1. Buah pir yang tidak didinginkan 5,632 6,7
2. Buah pir yang didinginkan 8,272 0,134
3. Jeruk Sunkist 1425,6 27,13
4. Jeruk manis 1281,6 6,88
5. Jeruk purut 140,8 11,284
6. Jerul nipis 12,32 8,19
7. Jeruk kesturi 15,86 0,1
8 Jambu biji masak 162,14 61,64
9. Jambu biji mentah 126,88 29,48
10. Jengkol 7,04 8,8
11. Petai 8,8 -
12. Nenas Mentah 8,8 0,0182
13. Nenas masak 12,32 0,02184
14. Apel hijau 176 0,67
15. Apel merah 158,4 2,68
16. Semangka 14 2,18

Perhitungan

Pir yang didinginkan
Pir yang tidak didinginkan
Jeruk Sunkist;
Jeruk Manis;
Jeruk Purut;
Jeruk Nipis;
Jeruk Kesturi;
Jambu Biji Masak;
Jambu Biji Mentah;
Jengkol;
Petai;
Nenas Mentah;
Nenas Masak;
Apel Hijau;
Apel Merah;
Semangka;


Reaksi

Reaksi vitamin C dengan iodine

O=C-H O=C-H

HO-C HO-C-I

HO-C-H O + I2 HO-C-I + H2O

H-C H-C-OH

H-C-OH H-C-OH

H2-C-OH H2-C-OH

Reaksi Asam Malat

O=C O=C-OH

HO-C-H HO-C-Na

HO-C-H O + PP+ NaOH HO-C-H + H2O +NaOH (pink)

H-C H-C-OH

H-C-OH H-C-OH

H2-C-OH H2-C-OH

Asam Sitrat

COOH COONa

CH2 CH2

H2O C COOH+PP+NaOH HO C COOH+2H2O+NaOH(sisa)pink

CH2 CH2

COOH COONa

Asam Jengkolat

H H

COOH C H2C S C2H2 S CH2 C COOH (PP 1%)

NH3

O H O

NaOH C C CH2 S CH2 S CH2 C C + H20

CH2 NH3 NH4 ON4

PEMBAHASAN

Pada percobaan digunakan bahan dari buah-buahan yang telah diketahui banyak mengandung vitamin. Vitamin C tidak dapat ditimbun, oleh karena itu bila kelebihan akan terus dikeluarkan lewat urine sehingga vitamin C bersifat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan literatur Baliwati dan Ali (2004) yang menyatakan bahwa vitamin C memiliki sifat-sifat yang larut dalam air dan mudah rusak oleh panas udara, alkali enzim, dan stabil pada suasana asam. Dan vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, arbei, kangkung, kentang, cabai, selada hijau dan jambu biji.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa vitamin C yang ditambahkan dengan pati 1% sebanyak 4 tetes dan dititrasi dengan Iodine akan menghasilkan warna hitam permanen. Ini karena iodine dan iodium merupakan indikator. Hal ini sesuai dengan literatur Poedjiadi (1994) yang menyatakan bahwa penentuan vitamin C dapat ditentukan dengan titrasi iodine berdasarkan sikap yang menentukan bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan iodine. Indikator yang digunakan adalah amilum dengan standarisasi larutan dengan iodine yaitu 1 ml 0.01 N dan iodine ekivalen 0.8 asam askorbat.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa jeruk sunkist mempunyai KVC 1425.6 mg dan % TA sebesar 27.13%. Jambu biji masak mengandung KVC 162.14 mg dan % TA sebesar 61.64%. Jambu biji mentah mengandung KVC 126.88 mg dan % TA 29.48%. KVC nenas mentah adalah 8.8 mg dan % TA 0.0182 %. KVC nenas masak adalah 82.32 mg dan % TA 0.02184%. Ini membuktikan bahwa KVC buah mentah yang lebih tinggi daripada KVS buah masak. Hal ini sesuai dengan literatur Lal (2000) yang menyatakan bahwa sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan, terutama pada buah segar. Buah yang masih mentah lebih banyak mengandung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang kadar vitamin C-nya.
Dari hasil percobaan pada buah pir yang tidak didinginkan memiliki kadar vitamin C yang paling tinggi dengan hasil 8,272. Hal ini disebabkan buah pir tersebut belum teroksidasi dengan komponen lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harper (1979) yang menyatakan bahwa vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa vitamin C dapat dirusak oleh pemanasan. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Hal ini sesuai dengan literatur Prawirokusumo (1994) yang menyatakan bahwa disamping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah.
Dari hasil percobaan antara buah nenas segar dengan buah nenas layu didapat bahwa kandungan vitamin C yang paling tinggi terdapat pada nenas yang layu. Hal ini disebabkan karena belum teroksidasi dan terhambat akibat antara lain suhu rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1994) yang menyatakan bahwa oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah.
Pada percobaan reaksi Iodine dengan vitamin C yang sebelumnya ditambahkan pati untuk menguji kadar vitamin C diperoleh hasil larutan dengan warna hitam permanen. Hal ini menunjukkan bahwa buah yang mempunyai kadar vitamin C yang tinggi dengan penambahan senyawa lain. Hal ini sesuai dengan literatur Sulaiman (1995) yang menyatakan bahwa asam askorbat suatu reduktor kuat dan bentuk teroksidasi mudah direduksi dengan berbagai reduktor.
Sifat vitamin C adalah:
1. Dalam bentuk kristal tidak berwarna
2. Larut dalam air dan sedikit larut dalam asetat atau alkohol yang mempunyai berat
3. Stabil pada pH rendah
4. Merupakan reduktoor kuat
5. Mudah teroksidasi
Fungsi vitamin C adalah:
1. Untuk membantu pembentukan kolagen interseluler
2. Untuk membantu proses hidrositasi dua asam amino prolin dan lisin
3. Untuk membentuk semua jaringan tubuh
Rumus struktur asam askorbat
OH
O │
O CH─CH2OH
C C
H
C═C

HO OH

Rumus bangun vitamin C
O = C
HOC O
HOC
H C
HOC – H
H2COH


KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan diketahui bahwa KVC pir yang didinginkan adalah 5.632 dengan % TA = 6.7% dan KVC pir yang tidak didinginkan adalah 8.272 dengan % TA = 0.134%
2. Dari hasil percobaan diketahui bahwa KVC jambu biji masak adalah 162.14 dengan % TA = 61.64% dan KVC jambu biji mentah adalah 126.88 dengan % TA = 29.48%
3. Dari hasil percobaan diketahui bahwa buah yang ditambahkan dengan pati 1 % dan dititrasi dengan iodine akan menghasilkan warna hitam permanent.
4. Dari hasil percobaan diketahui bahwa KVC tertinggi adalah pada jeruk sunkist yaitu 1425.6 dan terendah adalah pada buah pir yang didinginkan yaitu 5.632.
5. Dari hasil percobaan diketahui bahwa %TA tertinggi adalah pada jeruk sunkist yaitu 61.64% dan terendah adalah pada nenas mentah yaitu 0.082%.


DAFTAR PUSTAKA

Auliana, R., 1994. Gizi dan Pengolahan Lahan. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta.
Baliwati, Y.F dan Ali, K., 2002. Penilaian Status Gizi.
Harper, H.A., 1979. Biokimia. Diterjemahkan oleh Martin M. EGC, Jakarta.
Lal, H. 2000. Biochemistry for Dental Students. CBS Publishers and Distributor, New Delhi.
Poedjiadi, A., 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.
Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.
Robert, W.M., 1977. Biokimia. Airlangga University Press, Semarang.
Suharjo, 1987. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius, Jakarta.
Sulaiman, A.H., 1995. Biokimia untuk Pertanian. USU-Press, Medan
Supariasa, I.D.N., 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.
Tarrant, 1989. Basic Collage Chemistry. Harper and Row Publisher, London.

protein

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Protein merupakan polipeptida besar yang terdapat dalam semua jasad hidup. Berbagai jenis protein memiliki runtunan asam aminonya sendiri-sendiri. Sifat protein tergantung pada konformasi rantai protein itu, yaitu bagaimana rantai asam amino melipat dan menata diri dalam ruang (Wilbraham dan Matta, 1992).
Sintesis protein merupakan proses perangkaian asam-asam amino sehingga membentuk suatu rantai yang panjang. Rantai asam amino ini disebut polipeptida. Molekul protein dapat terdiri dari 1 atau lebih rantai polipeptida dimana masing-masing rantai polipeptida terdiri dari satuan unit asam amino (Lakitan, 2004).
Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalis yang tak berwarna, larut dalam air (kecuali siotin dan tirosin) mereka pada umumnya larut dalam alkohol encer, tidak larut dalam alkohol absolut atau dalam ester atau dalam pelarut-pelarut organik yang umum. Ada sejumlah asam amino seperti; glisin, alanin, serin, mempunyai rasa yang manis. Glutamat mempunyai rasa gurih, sedangkan asam-asam encer lainnya merupakan rasa pahit (Sastromidjojo, 2005).
Asam-asam amino diperlukan baik dalam gizi (nutrisi) binatang maupun. Akan tetapi, sedangkan binatang biasanya mendapat suplai senyawa. Senyawa ini dan tumbuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Percobaan-percobaan pemberian makanan telah menunjukkan bahwa pada binatang, asam-asam amino yang digunakan untuk membangun protein dapat dibagi dalam dua kelompok yang esensial dan yang non esensial (Titrosomo, 1990).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat dari protein.

Kegunaan Percobaan

- Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah polimer yang termasuk unit aminoacyl yang bergabung dengan formasi amida atau peptida. Kira-kira 20 asam amina yang ada dalam unit monomatik dalam suatu protein. Dalam ilmu pengetahuan pH dalam sistem mamalia diptutorasi. Ini merupakan spesies yang disebut ion zwitter (Cunningham, 1991).
Berdasarkan fungsi biologisnya, protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim (dehidrogenesis lanases), protein storage, (persitrin,myogobblin), protein basa (DNA-protein, hormon peptida), protein struktural (calogen, proteglicans), protein pelindung (faktor darah, immuglobin), protein transport (hemoglobin, plasma, lipoprotein) dan protein karakteristik atau matil (hemoglobin, plasma lipopsetein) dan (aktin, tubulin) (Muray et all, 1996).
Banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal, meskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang susah. Beberapa enzim antara lain, tripsin, pepsin, katalase dan urease telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal. Albumin pada suatu telur sukar dikristalkan. Proses kristalisasi protein sering dilakukan dengan jalan penambahan garam amonium sulfat atau NaCl pada larutan dengan pengaturan PH pada titik isolistriknya (Poedjadi, 1994).
Kebanyakan protein memiliki jumlah yang besar pada kelompok inisiasi. Asam amino, trinin N dan C dan kadang-kadang ada pada kelompok lain. Mungkin atau tidak ada kelompok partikular yang membawa nilai tergantung dari Pka dan hubungannya dengan pH. Pada pH terendah ada banyak charge positif daripada yang negatif, protein cationic dan pemindahan electroda negatif (katoda) pada suatu elektrik (Ottaway and Apss, 1994).
Secara kasar protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan:
- Protein serat (protein struktural), yang membentuk kulit, otot, dinding pembuluh darah, dan rambut, terdiri dari molekul panjang mirip benang yang erat dan tidak larut.
- Protein globular, yang membentuk agak bulat karena rantai-rantai melipat bertumpukan. Protein globular larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu organisme.
- Protein konjugasi, yang dihubungkan kesuatu bagian non protein seperti misalnya gula, melakukan berbagai fungsi dalam seluruh tubuh.
(Fessenden dan Fessenden, 1995).
Larutan protein daalam air terbentuk sol yang suka air atau sol hidrofil, sehingga disamping mempunyai muatan yang berubah dengan perubahan pH. Partikel-partikel protein sangat stabil. Untuk mengumpulkannya dapat dilakukan dengan menambahkan alkohol untuk menarik selubung air (dehidrasi) terjadi pada titik isolatik, sebab saat itu protein tidak bermuatan listrik (Sulaiman, 1997).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut yang dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 29 Agustus 2008 sampai dengan selesai.

Bahan

- Telur puyuh
- Telur ayam eropa
- Telur ayam kampung
- Telur bebek
- Urine
- Kasein

Regensia

- NaOH 0,1 N
- CuSO4 0,1 N
- AgNO3 0,1 N
- (NH4)2SO4 0,4 N
- CH3COOH 6 %
- CH3COOH 36 %
- HNO3 65 %
- Pb(CH3COOH)2 0,1 N
- MgSO4 0,1 N
- K2CrO4 0,1 N
- NH4OH 0,1 N
- Alkohol 96 %
- Reagen Molish (C6H10O)

Alat

- Masker
- Sarung tangan
- Kompor listrik
- Botol kocok
- Erlemeyer
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Pipet skala
- Beaker glass
- Rak tabung reaksi
- Serbet
- Pulpen
- Penggaris
- Brus tabung
- Bunsen
- Penjepit tabung

Prosedur Percobaan

a. Reaksi Biuret
- Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.
- Ditambahkan 1cc NaOH 2 N, 3cc CuSO4 0,1 N.
- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.
b. Reaksi Xantoprotein
- Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa,bebek dan puyuh.
- Ditambahkan 10 tetes HNO3 65 % dan 1cc NH4OH 0,1 N.
- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.
c. Reaksi Molish
- Dambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.
- Ditambahkan reagent molish 2cc HNO3 65 % dengan reksi dinding.
- Dilakukan observasi visual pada masing-,masing tabung.
- Pengendapan dengan Asam Kuat
- - Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.
- Ditambahkan 1cc HNO3(p).
- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung
e. Reaksi Logam Berat
1. Reaksi AgNO3
- - Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.
- Ditambahkan 1cc AgNO3 0,1 N.
- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.
2. Reaksi dengan Pb(CH3COOH)2
- Diambil 4 tabung reaksi diisi dengan 2cc albumin telur ayam kampung, eropa, bebek dan puyuh.
- Ditambah 1cc Pb(CH3COOH)2 0,1 N.
- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung.
f. Salting Out
- Diambil 4 tabung reaksi diisi 2cc contoh bahan.
- Diisi 1cc (NH4)SO4, 1cc MgSO4 0,1N, 1cc K2CrO4 0,1N dan 1cc alkohol 96 %.
- Dilakukan observasi visual pada masing-masing tabung dengan contoh yang berbeda.
g. Kasein
- Diambil casein secukupnya, lalu ditambahkan 2cc NaOH 0,1N dan diaduk.
- Dilakukan observasi visual pada tabung.
h. Pembuktian pada Urine
- Diambil 4 tabung reaksi masing-masing diisi 3cc urine.
- Tabung 1 ditambahkan 3 tetes CH3COOH 6 %.
- Tabung 2 ditambahkan 3 tetes CH3COOH 36 %.
- Dipanaskan dan diamati.


HASIL DAN REAKSI

Hasil

NO BAHAN PEREAKSI OBSERVASI KET
1 Biuret
2 cc albumin tlr aym kpng
2 cc albumin tlr aym eropa
2 cc albumin tlr bebek
2 cc albumin tlr puyuh
1 cc NaOH 2 N
+
3 cc CuSO4 0.1 N
Warna ungu
Warna ungu
Warna ungu
Warna biru muda dan menggumpal

Diamati
2 Xanthoprotein
2 cc albumin tlr aym kpng
2 cc albumin tlr aym eropa
2 cc albumin tlr bebek
2 cc albumin tlr puyuh
10 tetes HNO3
65 %
+
1cc NH4OH
0.1 N
Warna kuning
Menggumpal putih, ada gas
Warna kuning

Warna kuning muda, ada busa,
telur menggumpal

Diamati
3 Molish
2 cc albumin tlr aym kpng
2 cc albumin tlr aym eropa
2 cc albumin tlr bebek
2 cc albumin tlr puyuh

Reagen molish
2 cc HNO3 65 %
Merah bata,ada endapan kuning Menggumpal putih
Warna kuning

Timbul gelembu-ng, sedikit menggumpal,warna
kuning kecoklatan, ada busa

Diamati
4 Asam Kuat
2 cc albumin tlr aym kpng
2 cc albumin tlr aym eropa
2 cc albumin tlr bebek
2 cc albumin tlr puyuh

1 cc HNO3 (p)
Warna kuning
Telur menggumpal
Warna putih
Telur menggumpal berwarna kuning, ada sedikit busa

Diamati
5 Logam Berat
a. Dengan AgNO3
2 cc albumin tlr aym kpng
2 cc albumin tlr aym eropa
2 cc albumin tlr bebek
2 cc albumin tlr puyuh
b.Dengan Pb(CH3COOH)2
2 cc albumin tlr aym kpng
2 cc albumin tlr aym eropa
2 cc albumin tlr bebek
2 cc albumin tlr puyuh

1cc AgNO3 0.1 N

1 cc Pb(CH3COOH)2 0.1 N

Gumpalan abu-abu
Endapan putih
Gumpalan warna pink
warna abu-abu, agak menggumpal
Warna putih
Endapan putih
Warna putih
Warna putih seperti kapur bagian atas

Diamati
6 Salting Out
2 cc albumin tlr aym kpng
2 cc albumin tlr aym eropa
2 cc albumin tlr bebek
2 cc albumin tlr puyuh
1 cc (NH4)2SO4 0.4 N
1cc MgSO4 0.1 N

1 cc K2CrO4
0.1 N
1cc Alkohol 96 %
Warna kuning telur
Kuning, putih bening
Warna kuning
arna kuning dan putih

Diamati

7 Kasein NaOH 0.1 N Endapan putih Diamati
8 Urine
Urine CH3COOH Tidak ada
Tidak ada Dipa- naskan

Reaksi

1. Reaksi Biuret
H O NH2
| || |
H2N – C – C – 0H + CuSO4  C + Cu(OH)2
| |
R C=O biru tua
|
NH2

2. Reaksi Xanthoprotein

H O O
| || ||
H2N – C – C – 0H + HNO3 (p)  R – CH – C - OH
| |
R NH3ON3

Kuning

3. Reaksi Molish

H O
| ||
H2N – C – C – 0H + 
| |
R R-C-NH2
|
C=O
|
OH

4. Reaksi Pengendapan dengan Asam Lemak

H O H O
| || | ||
H2N – C – C – 0H + HNO3 (p)  R – C – C – ONO3 + H2O
| |
R NH2
gumpal


5. Reaksi Logam Berat

H O H O
| || | ||
H2N – C – C – 0H + CuSO4  H2N – C – C – OCu + H2SO4
| |
R R
gumpal


H O H O O H
| || | || || |
H2N – C – C – 0H + AgNO3 H2N – C – C C – C –NH2 + NO2 + H2O
| | O-Ag-O |
R R R
Gumpal


H O H O O H
| || | || || |
H2N – C – C–0H + Pb(CH3COO)2H2N– C – C C – C – NH2 + CH3COOH
| | O-Pb-O |
R R gumpal R

6. Salting Out


Elektrolit

7. Kasein
H O H O
| || | ||
R – C – C + NaOH  R – C – C + H2O
| | | |
NH2 OH NH2 ONa

8. Urine
H O H O
| || | ||
R – C – C + CH3COOH  R – C – C + CH3OH
| | | |
NH2 OH NH2 OH

PEMBAHASAN

Diketahui bahwa protein dapat diklasifikasikan yaitu yang salah satunya protein globular, yaitu pada percobaan yang telah dilakukan diketahui albumin pada telur sedikit menggumpal karena rantai-rantai melipat bertumpukan dan protein globular larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu organisme. Hal ini sesuai literatur Fessenden dan Fessenden (1995), bahwa secara kasar protein dapat dikategorikan menurut tipe tugas yang dilaksanakan. Protein globular yang membentuk agak bulat karena rantai-rantai melipat bertumpukan. Protein globular larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu organisme.
Pada percobaan reaksi biuret, larutan albumin dicampurkan dengan NaOH 2 N dan CuSO4 0,1 N akan menghasilkan gumpalan birun (mengkristal) yang menunjukkan adanyagugusan asam amino dan albumin pada telur mudah dikristalkan. Hal ini sesuai dengan literatur Poedjadi (1994), bahwa banyak protein yang telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal, mskipun demikian proses kristalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, artinya ada yang dengan mudah dapat terkristalisasi, tetapi ada pula yang sukar.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat protein adalah protein tidak dapat larut dalam basa atau asam, dapat menggumpal jika ditambahkan alkohol dan jika dipanaskan tetapi bila didinginkan maka akan membentuk gel yang umumnya bersifat elastis (kenyal) dan tidak dapat kembali menjadi sol. Sifat yang unik dari protein yaitu sebagai pembawa gugus penting seperti oksigen, lipid dan sebagai cairan dalam tubuh.
Diketahui bahwa protein mempunyai fungsi yaitu:
a. Sebagai sumber bahan bakar dalam tubuh.
b. Sebagai sumber energi.
c. Sebagai zat pembangun dan pengatur.
d. Sebagai zat yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan.
Sifat suatu protein dapat ditentukan oleh sifat-sifat asam amino yang menyusunnya karena asam amino bersifat ampoter dan molekul asam amino bersifat/ menunjukkan sifat sebagai ion zwitter, maka protein bersifat ampoter dan ion zwitter.
Sifat-sifat asam amino yaitu:
• Bersifat optis aktif (mengikat 4 gugus).
• Bersifat ampoter (bersifat basa dan asam sekaligus).
• Bersifat ion zwitter (bisa bermuatan positif dan negatif dalam air).
Protein dapat diklasifikasikan/ dibagi berdasarkan atas:
a. Kelarutan
b. Bentuk keseluruhan
1. protein globular
2. protein fibrosa
c. Fungsi
d. Sifat-sifat fisik
e. Struktur 3 dimensi


KESIMPULAN

1. Pada reaksi biuret, albumin yang direaksikan dengan NaOH ditambahkan CuSO4 akan menghasilkan gumpalan biru.
2. Pada reaksi xantoprotein larutan albumin yang direaksikan dengan NH4OH menghasilkan gumpalan yang berwarna kuning.
3. Pada reaksi molish, albumin telur puyuh yang direaksikan dengan reagent molish ditambahkan HNO3 65 % akan menghasilkan atau timbul gelembung seperti air mendidih, telur sedikit menggumpal berwarna kuning kecoklatan dan ada basa.
4. Urine yang direaksikn dengan asam asetat (CH3COOH) menghasilkan larutan yang tidak menggumpal sehingga dapat dikatakan pada urine tersebut tidak mengandung protein.
5. Kasein yang ditambahkan dengan NaOH 0,1 N menghasilkan gumpalan atau endapan putih.


DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, B. E. 1991. Biochemistry Mecanism of Metabolism. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Fessenden, R. J dan S. Fessenden. 1995. Kimia organik. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lakitan, B. 2004.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Murray, R.K; D.K. Grauner; A.P. Grauner, Maye and V.W. Rod Well.1996. Harpers Biochemistry, 24¬¬¬¬¬th Edition. Pretice-hall International Inc. London.
Ottoway, J. H and O. K. Apps.1994. Brochemismetry Fourth Editon. The English Book Society and Boilere Tindall. Combedge.
Poedjadi, A.1994.Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Sastroharmidjo, H. 2005.Kimia Organik, Sytreokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Sulaiman, A. H dan Sinuraya, G. 1994. Biokimia. Untuk Pertanian. USU Press. Medan.
Tjiittrosomo, S. S.1990.Botani Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.
Wilbraham, A.C.W dan M. S. Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Diterjemahkan oleh Dennis Staley. ITB-Bandung.

lipid (lemak)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lipid adalah zat organik yang sangat hidrofobik yang berarti bahwa zat – zat tersebut sangat sukar atau sama sekali tidak larut dalam air. Di dalam sel terdapat bermacam jenis lipid tiogari tetapi kita akan memusatkan perhatian kita pada tiga golongan yaitu lemak, fosfolid, dan steroid. Molekul lemak terdiri atas empat bagian : satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Tiap asam lemak terdiri atas rantai hidrokarbon dengan gugus karboksil di ujungnya. Molekul gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap gugus hidroksil ini dapat mengadakan interaksi dengan gugus karboksil asam lemak (Willey, 2000).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang: pada temperature kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari) (Fessenden dan Fessenden, 1999).
Lemak merupakan komponen utama dari membran sistem kehidupan. Dua tipe lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membran memiliki suatu gugusan fosfat dalam strukturnya dan dengan demikian disebut sebagai fosfolipid. Salah satu jenis yang memilki gliserol sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain memilki sfingosin(sfingolipid) (Armstrong, 1995).
Seperti karbohidrat, lipid juga tesusun dari atom atom karbon, hidrogen, dan oksigen tatapi lemak selalu memiliki porsi asam hifrogrn yang lebih banyak disbanding pada molkeul karbohidrat. Lemak disintesis dari glioseol dan san – asam lemak Di dalam sel glisrol disintesis dari glukosa . Asam lemak yang palinmg sederhana adalah asam asetat. Gugus asam lemak (-COOH) merupakan ciri dari molekul asam –asam organik (Lakitan, 2004).
Pengertian Lipid atau lemak secara umum ialah kelompok zat atau organik yang jika disentuh dengan ujung – ujung jari akan terasa berlemak. Tidak zat atau senaywa yang berlemak dibicarakan di dalam biokimia. Ada kelompok senyawa berlemak yang tidak berfungsi biologi yaitu kelompok lipid petrol oli mesin, oli pelumas, dan gemuk mesin. Kelompok petrol tersebut akan dibicarakan biokimia (Hawab, 2005).

Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahul sifat – sifat lipid secara kualitatif.
- Untuk membedakan antara lemak dan minyak.
Kegunaan Penulisan
- Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal di Laboratorium Biokomia Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Lemak dicirikan dengan ketidaklarutannya didalam air dan kelarutannya di dalam pelarut organik, benda fisik, yang merefleksikan hidrophobiknya, hidrokarbon alami. Lipid meliputi senyawa – senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak. Klasifikasi Lipida dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Lipid sederhana
b. Lipid Majemuk
c. Lipid Turunan
(Conn and Stumpf, 1963).
Ciri khusus dari zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi dalam pelarut – pelarut lemak, yaitu cairan pelarut nonpolar seperti alkohol, khloro eter, aseton, dan sebagainya. Sifat lipid yang tidak larut dalam air mengakui kurang menarik untuk diteliti karena selain nilai ekonomi pelarut lipid tersebut juga ada sifat fisik lain yang tidak menguntungkan yaitu mudah terbakar. Sifat lipid sukar dimurnikan atau dikristalkan walaupun biomolekul lipid tidak sesukar atau serumit karbohidrat atau protein (Hawab, 2005).
Istilah Lipida meliputi senyawa – senyawa heterogen termasuk lemak dan minyak umum dikenal di dalam makanan, malam, fosfolipida, sterol, dan ikatana lain sejenis terdapat di dalam makana dan tubuh manusia. Lipida mempunyai sifat yang sama larut dalam pelarut nonpolar, seperti etanol, eter, kloroform dan benzena. Klasifikasi lipida yang penting dalam ilmu gizi menurut komposisi kimia adalah sebagai berikut :
a. Lipid sederhana
1. Lemak netral = monogliserida, digliserida dan trigliserida (ester asam lemak dengan gliserol).
2. Ester asam lemak dengan alcohol berberat molekul tinggi
b. Lipid majemuk
1. Fosfolipida
2. Lipoprotein
c. Lipid turunan
1. Asam lemak
2. Sterol
(Almatsier, 2001).
Lipid sederhana dapat dibagi 2 golongan yaitu ester lemak dan gliserol dan ester asam lemak. Lipid majemuk berupa ester asam lemak dengan alcohol yang mengandung gugus contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida0, sulfolipida, aminolipida, protein. Lipid Turunan merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah disebut terdahulu. Termasuk kedalam golongan ini ialah asam lemak, gliserol, steroid, alkohol, aldehida, dan keton. Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipida, termasuk lipida sederhana, fosfogliserida, glikolipida, ester kolesterol, lilin, dan lain – lain. Telah diisolasi lebih dari 70 macam asam lemak dari berbagai sel dan jaringan. Semuanya berupa rantai hidrokarbon dengan ujungnya berupa gugus karboksil. Rantai ini bisa jenuh atau bisa juga mengandung ikatan rangkap (Girindra, 1993).
Fosfolipida terdapat dalam tiap sel hidup, dibentuk di dalam hati dan menempati urutan ke 2 kandungan lipida dalam tubuh. Fosfolipida merupakan trigliserida di mana asam lemak pada posisi karbon ketiga ditempati oleh gugus fosfta dan gugus basa mengandung nitrogen. Gugus basa pada fosfolipida menentukan nama fosfolipida tersebut. Sebagai contoh, fosfatidikolin (lesitin) mempunyai gugus kolin, sedangkan fosfatidilserin mempunyai gugus serin sebagai gugus basanya(Fessenden and Fessenden, 1999).
Lipid adalah bentuk yang digunakan untuk menggambarkan kelompok yang besar dan substansi besar yang merupakan kelas dari komponen jaringan dan pentingsebagai bahan makanan. Walaupun kita termasuk komponen grup yang cukup tidak berhubungan di strukturnya, waalaupun begitu mereka melakukan bersama karena mereka memiliki beberapa karakteristik kelarutan (Harrow and Mazur, 1964).
Salah satu kelas dari lipid adalah – saponifikasi lipid – terdiri dari komponen yang molekulnya memiliki satu atau lebih grup yang dapat menghidrolisis atau saponifikasi. Sejumlah famili di kelas ini, termasuk lilin, fosfolipid, dan glikolipid. Kelas lipid yang lain – nonsaponifikasi lipid – kekurangan grup yang dapat menghidrolisis atau saponifikasi. Steroid termasuk banyak hormon sex di kelas ini (Wiley and Sons, 1983).


BAHAN DAN METODE

Bahan :

- Buah sawit mentah
- Buah sawit masih di tandan
- Berondol sawit
- CPO
- Minyak jagung
- Minyak jelantah
- Minyak curah
- Minyak bimoli
- Aquadest

Bahan Kimia

- Alkohol 95 %
- Alkohol 96 %
- NaOH 2N dan 0,1N
- FeCl3 5%
- Na2CO3 0,5%
- Phenolphtalein 1%

Alat

- Pipet tetes
- Pipet Skala
- Beaker Glass
- Tabung Reaksi
- Hot Plate
- Gelas ukur
- Timbangan
- Labu Erlenmeyer

Prosedur Percobaan

A. Hidrolisis Lemak
- Diambil 2 ml minyak / lemak dan 2 ml air kemudian masukkan dalam tabung reaksi pyrex.
- Diletakkan dalam beaker glass yang berisi air, panaskan hingga mendidih selama 30 menit.
- Diangkat dan didinginkan
- Diamati terbentuknya gliserol pada tabung reaksi dengan ditandai terjadinya pemisahan dan terbentuknya warna merah yang menandakan gliserol kasar.
B. Daya emulsi
- Diambil tabung reaksi dengan 1 cc minyak.
- Ditambahkan aquadest 2 cc kemudian ditetEsi dengan 8 tetes Na2CO3 0,5%.
- Dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.
C. Uji kelarutan
- Diambil 4 buah tabung reaksi dan diisi masing – masing dengan 2 ml minyak / lemak.
 Tabung reaksi 1 diisi dengan heksan 2 ml
 Tabung reaksi 2 diisi dengan alcohol 96%
 Tabung reaksi 3 diisi dengan kloroform 2ml
 Tabung reaksi 4 diisi air 2 ml
- Semua tabung dikocok kuat dan amati kelarutan nya.
D. Reaksi Oksidasi
- Diambil 1 tabung reaksi diisi dengan 3 cc minyak.
- Ditambahkan dengan aquadest 3 cc, NaOH 2N 3cc dan FeCl3 5% 2 cc.
- Dikocok dan dipanaskan 15 menit dalam pemanas air / hot plate.
- Diamati perubahan yang terjadi dengan mencium bau.
E. Penentuan Asam Lemak Bebas
- Diaduk bahan dengan rata untuk cairan, sedangkan untuk bahan padat (berondol sawit) minyak / lemak terlebih dahulu diekstrak dengan diperas lalu diaduk rata.
- Ditimbang sebanyak 28 gram dalam Erlenmeyer 250 ml.
- Ditambahkan alkohol sebanyak 95% 50 ml dan diaduk lalu dipanaskan hingga mendidih, dan diangkat cepat.
- Didinginkan dan ditambahkan 2 ml indikator phenolphthalein (PP)1%
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N hingga warna berubah menjadi merah jambu permanen (tidak hilang selama 30 detik.
AlB(%)= ml NaOH X N NaOH X Berat molekul as.lemak x 100%
Berat contoh x 1000

BM asam lemak dominan untuk kelapa sawit (palmitat) = 256

BM asam lemak dominan untuk lemak sapi (stearat) = 284


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No Bahan Pereaksi Observasi Keterangan
1 HIDROLISIS
2 ml minyak curah 2 ml AIR Berwarna kuning pucat Dipanaskan saat mendidih selama 30’
2 ml minyak bimoli Bening (seperti air)
2 ml minyak jelantah Berwarna merah bata
2 ml minyak jagung Berwarna putih keruh
2 ml CPO Berwarna Orange
2 Emulsi
2 ml minyak curah 2 cc Aquadest
+
8tetes Na2CO3,5%
Sedikit Kocok
2 ml minyak bimoli Banyak
2 ml minyak jelantah Sedikit
2 ml minyak jagung Sedikit
2 ml CPO Banyak
3 Uji Kelarutan
A. 2 ml minyak curah 2 ml Heksana Larut Dikocok kuat
2 ml minyak bimoli Larut
2 ml minyak jelantah Larut
2 ml minyak jagung Larut
2 ml CPO Larut
B. 2 ml minyak curah 2 ml alkohol Tidak larut Dikocok kuat
2 ml minyak bimoli Tidak Larut
2 ml minyak jelantah Tidak Larut
2 ml minyak jagung Tidak Larut
2 ml CPO Tidak Larut
C. 2 ml minyak curah 2 ml kloroform Larut Dikocok kuat
2 ml minyak bimoli Larut
2 ml minyak jelantah Larut
2 ml minyak jagung Larut
2 ml CPO Larut
D. 2 ml minyak curah Air Tidak larut Dikocok kuat
2 ml minyak bimoli Tidak Larut
2 ml minyak jelantah Tidak Larut
2 ml minyak jagung Tidak Larut
2 ml CPO Tidak Larut
4 Reaksi Oksidasi
2 ml minyak curah 2 cc Aquadest +
3 cc NaOH 2 N
+
2 cc FeCl3 5%
Tidak berbau
2 ml minyak bimoli Tidak Berbau
2 ml minyak jelantah Tidak Berbau
2 ml minyak jagung Tidak Berbau
2 ml CPO Tidak Berbau

PERHITUNGAN ALB :

NO Bahan Jumlah As.lemak bebas
1 Buah mentah 1.48
2 Buah masih di tandan 1.17
3 Berondol 1.95
4 CPO 0.92
5 Minyak curah 3.584
6 Minyak jagung 2.256
7 Minyak jelantah 2.048
8 Minyak Bimoli 1.024

Perhitungan
AlB(%)= ml NaOH X N NaOH X Berat molekul as.lemak x 100%
Berat contoh x 1000

Minyak Curah ALB(%): 0,7 X 0,1 X 256 X 100%
5 gr x 1000
: 3,584%
Minyak Bimoli : 0,2 x 0,1 x 256 x 100%
5 gr x 1000

: 1,024%

Minyak Jagung : 0,4 x 0,1 x 282 x 100%
5 gr x 1000

: 2,256%

Minyak Jelantah : 0,4 x 0,1 x 256 x 100%
5 gr x 1000

: 2,048%

CPO : 1,8 X 0,1 X 256 X 100%
5 gr x 1000

: 0,92%

Buah mentah : 2,9 x 0,1 x 256 x 100%
5 gr x 1000

: 1,48%

Buah ditandan : 2,3 x 0,1 x 256 x 100%
5 gr x 1000

: 1,17%

Buah berondol : 3,8 x 0,1 x 256 x 100%
5 gr x 1000

: 1,95%

Reaksi

H2C – O – C17H35
|
H – C – O - C17H37 + CHCL  Larut
|
HC – O – C17H37


H2C – O – C15H33
|
H – C – O - C15H33 + CHCL3  Larut
|
HC – O – C15H33


H2C – O – C17H35
|
H – C – O - C17H35 + C2H5O4 
|
HC – O – C17H35


H2C – O – C17H35
|
H – C – O - C17H35 + C6H14  larut
|
HC – O – C17H35


H2C – O – C17H35
|
H – C – O - C17H35 + H2O 
|
HC – O – C17H35


H2C – O – C15H33
|
H – C – O - C15H33 + H2O 
|
HC – O – C15H33


PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan diketahui bahwa Lipid memiliki klasifikasi tersendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan Conn and Stumpf (1963) yang menyatakan bahwa istilah lipid meliputi senyawa – senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak. Klasifikasi Lipida dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Lipid sederhana
b. Lipid majemuk
c. Lipid Turunan
Dari hasil percobaan diketahui bahwa sifat lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam satuan pelarut organik misalnya eter, aseton, dan alkohol. Hal ini disebabkan ketiga senyawa tersebut adalah senyawa non polar sehingga senyawa dapat laut dalam larutan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lehninger (1988) yang menyatakan bahwa lipid adalah semyawa organk yang tidak larut di dalam air, yang terdapat diekstrak sel dan jaringan oleh pelarut non polar seperti kloroform dan eter.

KESIMPULAN

1. Minyak jelantah direaksikan dengan 2 ml air dan dipanaskan selama 30 menit akan menghasilkan warna coklat.
2. Minyak bimoli direaksikan dengan 2 cc aquadest dan 8 tetes Na2CO3 0,5% kemudian dikocok maka larutan dan minyak akan terpisah.
3. Minyak curah direaksikan dengan 2 ml alkohol maka tidak larut.
4. Minyak jelantah direaksikan dengan 2ml heksana maka akan larut.
5. Minyak Jagung direaksikan dengan 2 ml kloroform maka akan larut.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, J. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Armstrong, F. B. 1995. Biokimia edisi ketiga. Penerbit Buku Kedokteran.
Conn, E. C and P.K. Stumpf. 1963. Biochemistry. John Willey and sons Inc. Sidney
Fessenden, J. R. and Fessenden, J. S. 1998. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Girindra, A. 1993. BIOKIMIA 1. Penerbit Gramedia. Jakarta
Harrow, B. and Mazor, A. 1964. Biochemistry eight edition. W.B.SoUNDERS Camp. London
Hawab, H.M. 2005. Pengantar Biokimia. Edisi Revisi. Bayumedia. Medan.
Lakitan, B. 2004. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tjitrosomo, H. S. S. 1990. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa. Bandung
Willey, J. and sons. 1983. Elements of general and Biological Chemistry Seventh edition. New York.

karbohidrat

PENDAHULUAN
Pendahuluan
Karbohidrat atau arang adalah zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori, walaupun lemak menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi. Karbohidrat banyak di temukan pada serelia ( beras, gandum, jagung, kentang, dan sebagainya ) ( Library USU , 2007 ).

Karbohidrat tersususun dari 3 jenis unsur, yakni karbon, hidrogen, dan oksigen. Rumus umum karbohidrat adalah ( CH2O )n contoh senyawa karbohidrat adalah gula, pati dan selulosa satuan unit terkecil penyusun karbohidrat adalah monosakarida, atau disebut dengan gula sederhana yang hanya mengandung 3 sampai 7 atom hidrogen ( Lakitan, 1994 ).


Karbohidrat terbentuk pada saat prose fotosintesis, sehingga merupakan senyawa perantara awal dalam pengaturan CO2 hidrogen dan oksigen dan cahaya matahari kedalam bentuk hayati. Karbohidrat didefenisikan sebagai polihidroksi aldehid dan keton beserta turunannya. Karbohirat dapat di golongkan ke dalam monosakarida, olgosakarida, dan polisakarida. Karbohidrat merupakan hidrat suatu karbon Cx (H2O)y berupa polihidroksi aldehid dan keton (Dydra, 2007 ).

Karbohidarat dikelompokkan menjadi tiga kelompak yakni: monosakarida besrta turunannya, oligosakarida, serta polisakarida higrokopis karbohidrat berpariasi pada struktur isomer dan kemurniannya sedangkan solubilitas karbohidrat akan halnya karbohidrat lengket satu sama lain ( Pangan Plus, 2007 ).

Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui sifat-sifat karbohidrat (monosakarida, disakarida dan polisakarida) secara kualitatif.

Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.











TINJAUAN PUSTAKA
Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida, akan berwarna merah – ungu bila larutannya di campur dengan beberapa tetes larutan α-naftol. Dalam alkohol dan di tambahkan asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang batas antara kedua cairan. Sifat ini di pakai sebagai dasar uji kualitatif adanya karbohidrat dalam suatu bahan dan di kenal dengan uji molisch ( Yazid, 2006 ).
Makro molekul senyawa organik berkerangka rantai hidrokarbon. Secara kimiawi, karbohidrat adalah suatu poli hidroksi aldehida atau polihidroksi aseton. Suatu senyawa karbohidrat biasanya di akhiri dengan kata sakarida yang berarti gula ( bahasa Yunani ) atau dengan kata osa ( Hawab, 2004 ).
Secara kimiawi monosakarida terdiri dari polihidroksi aldehid dan polihidroksi keton dan akan dibahas keturunannya. Semua monosakarida sederhana mempunyai satu rumus empiris umum ( CH2O )n, dimana n adalah satu bilangan penuh berkisar 3 sampai 9 dengan mengabaikan nomor atau jumlah karbon, semua monosakarida dapat dikelompkkan ke dalam salah satu dari dua kelas umum ( Bohinsky, 1973 ).
Kelas umum dari molekul-molekul biologi adalah karbohidrat atau sakarida. Karbohidrat adalah polyfunctional campuran-campuran yang masing-masing karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O yang di peroleh dari satu campuran yang mempunyai rumusan ini ( Boikes and Edelson, 1978 ).
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur carbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) perbandingan antara hidrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya air. Oleh kartena ini diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana formulasi karbohidrat adalah CnH2nOn hanya heksosa ( 6 atom karbon ) serta pentosa ( 5 atom karbon ) dan polimernya memegang peranan penting dalam ilmu gizi ( Hawab, 2004 ).
Struktur siklik yang beranggotakan 5 atau 6 karbon strukturnya menjadi lebih kompleks dengan adanya atom karbon asimetris pada molekul tersebut yang menyebabkan molekul bersifat optis aktif, yaitu mampu memutar bidang cahay terpolarisasi pada karbohidrat dijumpai juga ke isomeran optik, yaitu molekul-molekul yang komposisinya identik tapi berbeda orientasinya dalam ruang dan keaktifan optiknya. Monosakarida atau gula sederhana dapat dengan mudah digabungkan menjadi polisakarida yang mengandung beberapa unit sampai beberapa ribu unit monosakarida ( Dydra, 2007 ).
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energi untuk proses metabolik lain. Dalam peran ini karbohidrat di pegunakan oleh sel terutama dalam bentuk glukosa. 3 monosakarida utama yang di hasilkan dari proses pencernaan adalah glukosa fruktosa dan galaktosa ( Martin,dkk, 1992 ).
Larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air sedangkan larutan fehling B adalah larutan garam KN atartrat dan NaOH dalam air. Dengan larutan gula 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila di gunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1% endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. Pereaksi benedict lebih banyak di gunakan untuk pemeriksaan glukkosa dalam urine daripada pereaksi fehling karena beberapa alasan pereaksi ini terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air. Dan digunakan untuk membedakan anatara monosakarida dan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat dari pada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida dari pada oleh disakarida ( Poedjiadi, 1994 ).


















BAHAN DAN METODA

Bahan

- Sukrosa [C12H22O11]
- Galaktosa [C6H12O6]
- Dextrin Cn(H2O)n
- Pati singkong
- Pati jagung
- Pati pulut
- Pati beras
- Pisang

Bahan Kimia

- Reagent Molisch [C6H10O]
- Reagent Benedict [Cu(NO3)2]
- Reagent Tollens [Cu(CH3CuOH)2]
- Reagent Fehling [CuNO3]
- Asam sulfat (H2SO4)
- Air (H2O)

Alat


- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet tetes
- Pipet skala
- Alat pemanas
- Beacker glass
- Erlenmeyer
- Serbet
- Penjepit tabung
- Korek api
- Bunsen
- Buku data
- Alat tulis

Prosedur

1. Uji molisch
a. Diambil 3 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambah 1cc reagent mollisch pada masing-masing tabung
c. Ditambah H2SO4 98% dengan cara reaksi dinding
d. Diamati perubahannya
2. Uji Benedict
a. Diambil 3 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambah 1cc reagen benedict pada masing-masing tabung
c. dipanaskan selama 2 menit
d. Diamati perubahannya
3. Uji Fehling
a. Diambil 5 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
- Tabung IV diisi 2cc fruktosa 1%
- Tabung V diisi 2cc laktosa 1%
b. Ditambahkan 1cc reagent fehling pada masing-masing tabung
c. Dipanaskan selama 5 menit
d. Diamati perubahannya
4. Uji Cermin Perak untuk Gula Aldosa

a. Diambil 3 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambahkan 1 ml reagen Tollens pada masing-masing tabung lalu dikocok
c. Dipanaskan dipenangas air/hot plate/air mendidih selama 10 menit
d. Diamati terbentuknya cermin perak

5. Uji Perbedaan Amilosa dan Amilopektin
a. Diambil 4 tabung reaksi
- Tabung I diisi pati singkong
- Tabung II diisi pati jagung
- Tabung III diisi pati pulut
- Tabung IV diisi pati beras
b. Ditetesi dengan larutan iodin 0,01 N
c. Diamati perubahan warna yang terjadi
6. Pemeriksaan Glukosa pada Urine Penderita Diabetes Melitus
a. Diambil 4 tabung reaksi
b. Diisi masing-masing tabung dengan 2 ml urine yang mengandung glukosa
c. Dilakukan percobaan uji molish, uji benedict, dan uji fehling
d. Dibandingkan hasil percobaan satu sama lainnya
7. Adanya Karbohidrat
a. Dihancurkan pisang, lalu ditambahkan air dan diambil filtratnya
b. Ditambahkan 1 cc filtrat pisang dan tambahkan reagen benedict
c. Dikocok dan dipanaskan
d. Dilakukan obeservasi visual








HASIL DAN REAKSI

Hasil

NO
Bahan
Pereaksi
Observasi visual
keterangan
1
2cc galaktosa
1cc reagent mollisch dan H2SO4 98%
Terbentuk cincin ungu
Reaksi dinding
2cc Sukrosa
2cc Dextrin
2
2cc galaktosa
1cc reagent Benedict
Orange
Dengan pemanasan                5 menit
2cc Sukrosa
Biru kehitaman
2cc Dextrin
Hitam keorangean
3
2cc galaktosa
1cc Reagent fehling
Larutan Biru bening
Dengan pemanasan               5 menit
2cc Sukrosa
2cc Dextrin











Reaksi
a. Uji molisch




Hidroksi metil furfural
( Cincin ungu )


Sukrosa Hidroksi metil furfural
(Cincin ungu)



Dextrin
+ (H2O)n



b. Uji Benedict




+ Cu(NO3)2 Cu2O +
R. Benedict Endapan
Merah bata








d. Uji Fehling











PEMBAHASAN

Pada percobaan Reagen molish diperoleh pengamatan bahwa ketiga sakarida membentuk cincin ungu. Hal ini dikarenakan kondensasi karbohidrat oleh reagen molish, dan karena adanya reaksi dihidro dengan H2SO4 atau asam sulfat. Hal ini sesuai dengan literatur Yazib ( 2006 ) yang menyatakan bahwa semua jenis karbohidrat baik monosakarida, polisakarida akan berwarna merah-ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes larutan α naftol. Dalam alkohol ditambahkan H2SO4 ( Asam sulfat ) sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang atas antara kedua cairan yang menandakan adanya karbohidrat suatu bahan.
Dari hasil percobaan karbohidrat yang di tambah dengan R fehling memberikan warna biru bening. Seharusnya bila di beri dengan R fehling menghasilkan warna merah bata, tetapi dari hasil memberikan warna larutan biiru bening. Hal ini ini bisa saja disebabkan oleh konsentrasi dari bahan tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Poedjiadi ( 1994 ) yang menyatakan bahwa dengan larutan glukosa pereaksi menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Dari bahan yang di gunakan yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa bersifat optis aktif karena memiliki atom C yang kiral pada atom ke-5. hal ini sesuai dengan literatur Biomolekul ( 2007 ) yang menyatakan bahwa struktur siklik yang beranggotakan 5 atau 6 struktur karbon bersifat optis aktif yaitu mampu memutar bidang cahaya terpolarisasi pada karbohidrat.
Dari praktikum yang telah dilalui kita tahu adanya bpembagian karbohidrat menurut jumlah karbon. Hal ini sesuai dengan literatur Pangan Plus ( 2007 ) yang menyatakan bahwa karbohidrat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu monosakarida disakarida ( gabungan monosakarida ) dan polisakarida.





















KESIMPULAN

1. Karbohidrat yang diberi reagen molisch dan penambahan H2SO4 menghasilkan cincin ungu
2. Sukrosa yang di tambah dengan reagen benedict menghasilkan warna biru pekat
3. Karbohidrat yang di tambah dengan reagen fehling lalu di panaskan menghasilkan warna biru bening
4. Reagen benedict di campur dengan galaktosa lalu di panaskan menghasilkan endapan orange
5. Pisang ditambah dengan reagen Benedict menghasilkan warna hijau


DAFTAR PUSTAKA
Biomolekul, 2007. karbohidrat. www.dydra.com/karbohidrat_ Biomolekul /2007-11-15

Bohinski, R.C., 1973. Modern Concepts In Biochemistry, Third Edition. Allyn and Bacon, Inc, London.

Boikess, R.S and G. Edelson. 1978. Chemical Principles. Harper International Edit, London.

Hawab, H. M., 2004. Pengantar Biokimia. Bayumedia, Jakarta.

Lakitan, B., 1994. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Library,USU. 2007.www.library.USU.id. 6/11/2007.

Martin, D. W.; P. A. Mayes; V. W. Rodwell; an D. K. Granner. 1992. Biokimia Edisi 20 Alih Bahasa Iyan Darmawan. EGC, Jakarta.

Poedjiadi,A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. UI-Press, Jakarta.

Panganplus,2007.Karbohidrat.www.panganplus.com/karbohidrat. 2007

Yazid,E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa Analis. Penerbit Andi, Yogyakarta.

karbohidrat

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur – unsur : C, H dan O terutama terdapat didalam tumbuh – tumbuhan yaitu kira – kira 75 % di samping itu bagian yang padat pun dari tanaman – tanaman tersusun dari zat ini. Dinamakan karbohidrat karena senyawa – senyawa ini sebagai hidrat dari karbon. Dalam senyawa tersebut perbandingan antara H dan O sering berbanding, seperti air. Karbohidrat merupakan zat yang mempunyai sifat aktif optik, sedangkan gliseraldehid adalah merupakan induk karbohidrat (Sastrohamidjojo, 2005).
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organic yang mengandung atom karbon, hydrogen dan oksigen dan pada umumnya unsure hydrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (Hutagalung, 2008).
Nama karbohidrat yang bermakna hidrat karbon diterbitkan daripada formula glukosa C6H12O6, kini perkataan karbohidrat menunjuk kepada aldehid dan keton yang lebih dikenal dengan nama umum gula atau sakarida. Sakarida tersusun dari satu aldehid atau keton dinamakan gula atau monosakarida (Elisa, 2008).
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan dan dalam bentuk serat, seperti selulosa, pectin, serta lignin. Karbohidrat mempunyai rumus empiris yaitu (CH2O)n dan ini dipakai oleh karbohidrat sederhana , gliseraldehid (n=3) ke polisakarida yang lebih luas, yang memiliki berat molekuler jutaan warna, polimer ini terbuat dari beberapa monosakarida yang akan dijelaskan (Ottaway dan Apps, 1997).
Karbohidrat yang terdiri dari glycolipids, tidak dapat dijadikan atau terbuat dari bahan – bahan organik kebanyakan bahan – bahan yang ada diatur, meskipun sedikit, seperti sellulosa, jumlahnya sangat relatif (Clark dan Switzer, 1997).
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui sifat – sifat karbohidrat (monosakarida, disakarida dan polisakarida) secara kualitatif.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di laboratorium Biokimia,Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan


































TINJAUAN PUSTAKA
Aldehid dan keton bereaksi dengan alcohol membentuk masing – masing heniasetal dan hemiketal. Karena monosakarida mempunyai baik, gugus aldehid atau keton ditambah gugus alcohol, maka pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk menghasilkan suatu struktur cincin atau lingkaran karena adanya tegangan sudut ikatan struktur cincin beranggotakan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula (Sulaiman, 1995).
Satuan unit terkecil penyusun setiap karbohidrat adalah monosakarida. Setiap monosakarida dicirikan oleh adanya gugus aldehid dan gugus keton. Kedua gugus ini sangat reaktif pada larutan alkali. Didalam larutan yang mengandung satu atau lebih ion – ion pengoksidasi, gugus aldehid dan gugus keton akan teroksidasi membentuk gugus asama disebut gugus karboksil ( - COOH ) (Lakitan, 2007).
Semua jenis karbohidrat baik monosakarida, polisakarida akan berwarna merah ungu bila larutannya dicampur beberapa teted larutan α naftol. Didalam alcohol ditambahkan H2SO4 (Asam Sulfat) sehingga tidak tercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang atas antara kedua cairan yang menandakan adanya karbohidrat suatu bahan (Wirahadikusumah, 1985).
Senyawa yang mempunyai dua satuan sakarida yang banyak dibicarakan adalah maltosa. Sellulosa. Laktosa dan sukrosa. Untuk mengujinya digunakan larutan fehling A dan B. Disakarida tersusun dari 2 satuan monosakarida yaitu glukosa. Dengan larutan gula 1% pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1% endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. Pereaksi benedict banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine daripada pereaksi fehling karena terdiri atas larutan kupri asetat dan asam asetat dalam air. Dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida (Martoharsono, 1997).
Karbohidrat atau sakarida digolongkan atas golongan besar yakni monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Polisakarida terdiri pati yaitu Amilosa dan Amilopektin. Amilosa dapat dikenal dengan iodium yang menghasilkan warna biru tua. Amilosa terdiri atas molekul α – D glukosa yang berikatan glikosida 1,4 membentuk rantai lurus tanpa percabangan. Amilopektin serupa dengan amilosa tapi rantainya bercabang – cabang melalui ikatan 1,6. Amilopektin atau glikogen memberikan warna ungu hingga merah jika direaksikan dengan larutan iodium. Pereaksi benedict, digunakan ion Cu¬¬¬-- diikat molekul sitrat dalam larutan alkalis. Ion Cu++ akan direduksi oleh monosakarida menjadi Cu- yang tidak larut dan mengendap sebagai endapan cokelat Cu2O. Pereaksi Tollens yaitu larutan perak dalam ammonium. Ion perak akan direduksi menjadi logam perak yang mengendap pada dinding tabung membentuk cermin, karena itu reaksi ini disebut juga reaksi cermin perak (Sulaiman dan Sinuraya, 1996).





















BAHAN DAN METODA
Bahan
- Sukrosa [C12H22O11]
- Galaktosa [C6H12O6]
- Dextrin Cn(H2O)n
Bahan Reagensi
- Reagent Mollisch [C6H10O]
- Reagent Benedict [Cu(NO3)2]
- Reagent Tollens [Cu(CH3CuOH)2]
- Reagent Fehling [CuNO3]
- Asam sulfat (H2SO4)
- Air (H2O)
Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet tetes
- Pipet skala
- Alat pemanas
- Beacker glass
- Erlenmeyer
- Serbet
- Penjepit tabung
- Buku data
- Alat tulis
Prosedur Percobaan
1.Uji Mollisch
a. Diambil 3 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambah 1cc reagent mollisch pada masing-masing tabung
c. Ditambah H2SO4 98% dengan cara reaksi dinding
d. Diamati perubahannya
2. Percobaan R.Benedict
a. Diambil 3 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambah 1cc reagen benedict pada masing-masing tabung
c. dipanaskan selama 2 menit
d. Diamati perubahannya
4. Percobaan R.Fehling
a. Diambil 5 tabung reaksi
- Tabung I diisi 2cc sukrosa 1%
- Tabung II diisi 2cc galaktosa 1%
- Tabung III diisi 2cc dextrin 1%
b. Ditambahkan 1cc reagent fehling pada masing-masing tabung
c. Dipanaskan selama 2 menit
d. Diamati perubahannya
5.Uji Cermin Perak
a. Diambil masing – masing 2 ml contoh karbohidra dimasukkan dalam tabung reaksi , ditambahkan 1 ml R. Tollens lalu dikocok
b. Dipanaskan dalam air mendidih selama ± 10 menit
c. Diamati terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi
6.Uji Perbedaan Amilosa dan Amilopektin
a. Diambil pati singkong, pati jagung, pulut dan beras ditetesi larutan iodine 0,01 N, lalu diamati perubahan warna yang terjadi
7.Pemeriksaan Glukosa Pada Urine Penderita Diabetes
a. Diambil 4 buah tabung reaksi, lalu ditambahkan 2 ml urine yang diduga mengandung glukosa.
b. Kemudian dilakukan percobaan uji mollisch, uji benedict dan uji fehling
c. Dibandingkan hasil percobaan satu sama lain
HASIL DAN REAKSI

Hasil
NO Zat yang direaksikan Pereaksi Observasi visual keterangan
1 2cc galaktosa 1cc reagent mollisch dan H2SO4 98% Terbentuk cincin ungu Reaksi dinding
2cc Sukrosa
2cc Dextrin
2 2cc galaktosa 1cc reagent Benedict Endapan Orange Dengan pemanasan
2cc Sukrosa Warna biru kehijauan
2cc Dextrin Warna Hijau
3 2cc galaktosa 1cc Reagent Fehling Endapan merah bata Dengan pemanasan
2cc Sukrosa Warna biru tua
2cc Dextrin Biru kecokelatan
4 2cc galaktosa 1cc reagent Tollens Endapan abu perak Dengan pemanasan
2cc Sukrosa Orange muda
2cc Dextrin Hitam
5 Tepung pulut I2 0,01 N Endapan putih susu Dipanaskan 10 menit
Tepung beras Endapan putih susu
Tepung singkong Endapan hitam
Tepung jagung Endapan orange putih
6. Pemeriksaan glukosa
R.Mollish Cincin Hijau R.dingding
R.Benedit Cincin Hijau Dipanaskan
R.Fehling Cincin Hijau

Reaksi
a. Uji mollisch





Hidroksi metil furfural
( Cincin ungu )


Sukrosa Hidroksi metil furfural
(Cincin ungu)


Dextrin
+ (H2O)n


b. Uji Benedict



+ Cu(NO3)2 Cu2O +
R. Benedict Endapan
berwarna











d.Uji Fehling















+ Cu(NO3)2 Cu2O +
Berwarna merah bata
e.Uji Cermin Perak





AgO
+ Ag






AgO






+ + Ag







Ag O



+ Ag








































PEMBAHASAN



Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji molish diperoleh bahwa ketiga sakarida membentuk cincin ungu dengan menggunakan reagen molisch. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi suhu senyawa yang berfungsi sebagai katalisator yaitu H2SO4. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman (1995) yang menyatakan bahwa pembentukan hemiasetal atau hemiketal dapat terjadi didalam untuk menghasilkan suatu struktur enzim atau lingkungan karena adanya tegangan sudut ikatan, struktur cincin beranggotankan 5 dan 6 lebih menguntungkan bagi gula.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji fehling diperoleh bahwa 2 cc galaktosa yang ditambahkan fehling menghasilkan endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena larutan galaktosa merupakan larutan gula. Hal ini sesuai dengan literature Martoharsono (1997) yang menyatakan bahwa dengan larutan gula 1% pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Dari hasil percobaan pada uji perbedaan Amilosa dengan Amilopektin, dapat diketahui bahwa tepung singkong yang ditambah iodium menghasilkan warna hitam atau biru tua sedangkan tepung jagung menghasilkan warna orange putih atau ungu. Hal ini disebabkan karena larutan amilosa jika ditambahkan iodium berubah warna menjadi biru tua sedangkan amilopektin jika ditambahkan iodium berubah warna menjadi ungu. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan amilosa dapat dikenal dengan iodium yang menghasilkan warna biru tua. Amilopektin memberikan warna ungu hingga merah jika direaksikan dengan larutan iodium.
Dari hasil percobaan pada benedict terjadi perubahan warna pada galaktosa menjadi warna merah setelah dipanaskan ± 5 menit. Seharusnya perubahan warnanya menjadi cokelat karena ion Cu – diikat pada molekul sitrat dalam larutan alkalis. Hal ini sesuai dengan literature Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan pereaksi benedict dimana ion Cu diikat pada molekul sitrat dalam larutan alkalis. Ion Cu++ akan direduksi oleh monosakarida menjadi Cu yang tidak larut dan mengendapa sebagai endapan cokelat.
Pada uji fehling didapat hasil berupa bentuk cermin perak pada galaktosa karena tollens merupakan larutan perak dalam amoniak dan mengendap pada dinding tabung. Hal ini sesuai dengan literatur Sulaiman dan Sinuraya (1996) yang menyatakan pereaksi tollens yaitu larutan perak yang mengendap pada dinding tabung membentuk cermin, karena itu reaksi ini disebut juga reaksi cermin perak.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada uji pemeriksaan glukosa pada urine dapat diperoleh dari urine yang ditambahkan R.Fehling menghasilkan perubahan menjadi cincin hijau. Hal ini karena adanya larutan glukosa 0,1 % dalam urine yang apabila ditambahkan pereaksi fehling diperoleh endapan berwarna hijau. Hal ini sesuai literatur Martoharsono (1997) yang menyatakan larutan glukosa 0,1 % jika ditambahkan pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna hijau kekuningan.










KESIMPULAN
1. Galaktosa yang direaksikan dengan R. Molish dan reaksi dinding akan menghasilkan cincin ungu
2. Pada uji benedict, galaktosa terbentuk warna orange sukrosa menjadi warna biru kehijauan, dekstrin menjadi warna hijau
3. Pada uji fehling, galaktosa mengalami perubahan warna merah bata
4. Pada uji perbedaan amilosa dan amilopektin tepung singkong dan jagung mengalami perubahan
5. Dalam uji glukosa pada penderita diabetes urine yang mengalami perubahan warna ,positif menderita diabetes






DAFTAR PUSTAKA
Clark, M.J and L.R.Switzer, 1997. Experimental Biochemistry. Freeman and Company. New York.
Elisa.2008.Karbohidrat.Http://elisa.ugm.ac.id/files/karbohidrat.htm. diakses pada tanggal 10 november 2008. Page 1 of 1
Hutagalung.2008.IlmuGizi.Http://www.usu.ac.id/library/fk/karbohidratarticles.htm. diakses pada tanggal 10 November 2008. Page 1
Lakitan, B. 2007. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Utama. Jakarta
Martoharsono,S.1997. Biokimia. Jilid 1. UGM Press. Yogyakarta.
Ottaway, H.S and K.D Apps. 1997. Biochemistry. Fourth Edition. ELBS Press. New York
Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik. UGM Press. Yogyakarta
Sulaiman, A.H.1995. Kimia Anorganik USU Press. Medan
Sulaiman, A.H dan G. Sinuraya. 1996. Biokimia. USU Press. Medan
Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia.ITB Press. Bandung.

enzim

PENDAHULUAN


Latar Belakang

Di dalam tubuh tanaman yang hidup terjadi proses – proses yang beraneka warna, akan tetapi proses – prose situ pada pokoknya dapat kita bagi atas dua golongan saja, yaitu proses penyusun (anabolisme) dan proses pembongkaran (katabolisme) yang keduanya merupakan aktivitas hidup yang kita sebut pertukaran zat metabolism. Dalam proses – proses penyusun dan p[embongkaran itu kita dapatkan suatu at yag aktif membantu perubahan – perubahan itu akan berlangsung sangat lambat (Dwidjoseputro, 1994).
Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim bersifat sangat spesifik, sehingga meskipun jumlah enzim ribuan didalam sel – sel dan substratnya pun sangat banyak, tidak akan terjadi kekeliruan. Apoenzim : bagian enzim yang merupakan protein, mempunyai struktur 3 dimensi. Bagian yang buakn protein disebut koenzim. Kompleks apoenzim dengan koenzim disebut haloenzi. Struktur 3 dimensi pada enzim tersebut sangat penting untuk aktivitas katalis oleh karena itu perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi aktivitasnya (Brown and Lemay, 1997).
Setiap enzim terbentuk dari molekul protein sebagia komponen utama penyusunnyadan beberapa enzim hanya terbentuk dari molekul protein sengan tanpa adanya penambahan komponen lain. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua protein mempunyai fingsi katalitik, sehingga tidak dapat digolongkan sebagai enzim. Sebagai contoh, protein pada mikrotubula, mikrofilamen, dan beberapa molekul protein pada membrane terlihat lebih fungsi structural daripada katalitik (Lakitan, 1996).
Satu ciri khas sel hidup adalah terdapatnya proses metabolisme yang diperantarai oleh suatu protein yang disebut enzim yaitu suatu katalisator protein yang mempercepat reaksi kimia dalam makhluk hidup atau dalam system biologic. Tanpa enzim maka reaksi seluler berlangsung sangat lambat bahkan mungkin tidak terjadi reaks. Dalam mengkatalis suatu reaksi enzim ribuan didalam sel dan substratnya sangat spesifik tidak akan terjadi kekeliruan. Subsrat adalah substansi yang mengalami perubahan kimia setelah becampur dengan enzim sedangkan produk adalah substansi baru yang terbentuk setelah reaksi mencapai keseimbangan (Iswari dan Yuniastuti, 2006).
Oksireduktusi beredar antara bentuk – bentuk oksidase dan reduktasinya jika molekul – molekul substrat secara berturut – turut dioksidasi. Sifat electron menetukan manasari dua jenis oksidase reduktase yang kita tinjau, dehidrogenase atau oksidase (Page, 2006).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini yaitu mengetahui reaksi – reaksi dan enzim amylase dan oksidase.

Kegunaan Percobaan
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Biokimia, Fakultas Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.












TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif membentuk metabolism perantara dari sel. Peranan enzim dalam biologis yaitu kontrol sintesis enzim, dan peranan enzim dalam berbagai proses pertumbuhan dan difersiasi atau pembelahan sel (Wirahadikusuman, 1989).
Reaktan dimana enzim akan bekerja disebut sebagai substrat enzim. Enzim berikatan dengan substrata tau beberapa substrat ketika terdapat dua atau lebih reaktan. Pada saat enzim dan substrat berikatan kerja katalitik enzim tersebut akan mengubah substrat menjadi produk atau beberapa produk reaksi. Keseluruhan prose situ dapat diringkas sebagai berikut, dengan naman enzim ditulis tansa panah berikut:
Substrat (- substrat) enzim produk (- Produk)
Misalnya, enzim enzim sukrase (sebagian besar nama enzim berakhiran – ase) memecah disakarida sukrosa menjadi kedua monosakarida, glukosa dan fruktosa:
Sukrosa + H2O sukrosa glikosa + Fruktosa (Campbell,2002)
Untuk memperoleh pengukuran kecepatan reksi enzim yang terpercaya, diperlukan penetuan dalam jangka waktu pendek segera setelah enzim dicampurkan kedalm substrat. Ideal kecepatan ini harus diukur pada saat yang tepat ketika ensim itu dicampurkan, tetapi itu bukan sasaran yang praktis. Walaupun demikian, karena kecepatan ini dinyatakan sebagai kecepatan reaksi awal dan kira – kira sanagat dekat dengan kecepatan reaksin yang dikatalis enzim sebelum terjdi perubahan konsentrasi substrat (Loveless, 1999).
Aktivitas enzim dinyatakan sebagai laju reaksi kimia berkatalis enzim dalam mengubah substrat menjadi produk. Aktiovitas tergantung pada konsentrasi enzim dan keadaan reaksi seperti pH dan suhu, aktivitas enzim sering diukur dengan mengikuti munculnya produk berwarna dalam beberapa waktu atau reaksi yang melibatkan pengambilan atau pelepasan proton dapat diikuti dengan mengukur perubahan pH larutan uji menurut waktu (Wilbraham dan Matta, 1992).
Enzim mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan tipe katalisnya. Pada empat yang pertama enzim mempunyai tingkat temperatur yang spesifik, studi tentang aktivitas enzim partikuler yang maksimal disekeliling tempetur normal dari organ dimana enzim ditemukan (Brown dan Lenas, 1997).



BAHAN DAN ALAT

Bahan
- Getah papaya
- Kentang
- Apel
- Pir
- Air ludah / saliva
- Susu sapi
Bahan Kimia
- Phenol 1% (C6H5OH)
- Iodin 0,01 N
- Reagen benedict 1% (C4(NO3)2)
- Phyrogallol 1% (C6H6O3)
- Pati 1%
Alat
- Kain muslin
- Kertas saring
- Corong
- Pemanat
- Pisau
- Erlenmeyer
- Mortal
- Beaker gelas
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Pipet skala
- Parutan
- Rak tabung
- Alat tulis
- Buku data
Prosedur Percobaan
A. Enzim Oksidase
- Bahan umbiu atau buah dicuci, dikupas lalu dipotong – potong kemudian dihaluskan
- Dimasukkan dalam kain muslin
- Dicelupkan naik tiurun kedalam beaker gelas yang berisi air 200 ml samp[ai bewarna coklat
- Diambil 2 tabung reaksi dan diisi 3 ml filtrat
• Tabung 1 ditetesi dengan phenol 1% sebanyak 10 tetes
• Tabung 2 diisi dengan phyrogallol 1 % sebanyak 10 tetes
- Diamati perubahan warna yang terjadi
B. Enzim Amilase
- Daimbil 3 tabung reaksi
• Tabung 1 diisi degan 2 ml saliva dan 2 gr pati dan diaduk, biarkan 15 menit
• Tabung 2 diisi dengan 2 ml saliva dan 2 gr pati dan diaduk, biarkan 15 menit
• Tabung 3 diisi dengan 2 ml saliva dan 2 gr pati dan di aduk, biarkan 15 menit kemudian ditetesi Iodin 0,01 N sebanyak 1 ml
- Diamati perubahan yang terjadidan dibandingkan
C. Enzim Papain
- Diambil bagian tanaman papaya (batang, daun atau getah) yang msih segar kemudian dihaluskan dan ditambahkan air dan diaduk, disaring airnya dan diambil
- Diambil 1 buah tabung reaksi dan dimasukkan 8 ml susu
- Didiamkan selama 30 menit dan diamati perubahan yang terjadi pada susu









HASIL DAN REAKSI

Hasil

No Bahan Peraksi Observasi Keterangan
1 Oksidase
- Filtrat Apel
- Filtrat Ubi Kayu
- Filtrat Ubi Rambat
- Filtrat kentang

Phenol 1%
10 tetes
Tdak berubah
Putih

Putih keruh

Bening

Amati perubahan warna

- Filtrat apel
- Filtrat ubu kayu
- Filtrat ubi rambat
- Filtrat kentang

Pyrogallol
1 % 10 tetes
Kuning kecoklatan

Kuning tua

Kuning muda
kuning
Amati perubahan warna
2 Amilase
- Saliva + pati
- Saliva + Pati
- Saliva + Pati
1 ml I2
0,01 N
2 ml reagen benedict

Warna putih
Warna putih
Warna putih

Amati perubahan warna
3 Papain
- Getah pepaya
8 ml susu
Menggumpal
Didiamkan




























PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan didapat pada enzim oksidase didapat hasil dengan bahan filtrat apel, filtrat ubi kayu, filtrate kentang dengan phenol 1% 10 tetes menghasilkan warna. Tidak terjadi perubahan, putih – putih keruh, dan bening. Hal ini terjadi karena hasil redoktasi dan oksidasi. Halk ini sesuai dengan literature Page (2006) yang menyatakan bahwa oksireduktor beredar antara bentuk – bentuk oksidasi dan seduktasinya jika molekul – molekul substrat secara berturut – turut dioksidasi.
Pada percobaan reaksi enzim filtrat apel dan kentang yang direaksikan dengan phyrogallolakan menghasilkan larutanm warna kuning sedangkan filtrat yag direaksikan dengan phenol 1% tidak terjadi perubahan warna warna. Hal ini disebabkan karena setiap enzim hanya dapat aktif pada senyawa / molekul teertentu. Haini sesuai dengan literature Wilbraham dan Matta (1992) yang menyatakan bahwa aktivitas enzimmenyatakan sebagai laju reaksi kurang berkatalis enzim dalam mengubah substrat menjadi produk.
Pada percobaan papain dengan bahan getah papaya yang ditambahkan dengan 8 ml susu akan menggumpal. Hai ini terjadi karena getah papaya mengandung papain, hal ini sesuai dengan pernyataan Brown dan Lenas (1997) yang menyatakan bahwa enzim mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan tipe katalisnya.
Pada percobaan enzim amylase larutan saliva yang ditambahkan pati lalu dipanaskan dan kemudian ditambahkan Iodine menghasilkan larutan putih, tetapi jika ditambahkan regensia benedict akan menghasilkan larutan hijau tua. Hai ini terjadi karena adanya substrat yang diberikanberbagai sebagaimana disebutkan oleh sebelumnya bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi enzim antara lain adalah konsentrasi enzim,substrat,suhu,pH, dan inhibitor. Hal ini sesuai dengan literatur Dwidjoseputro (1994) yang menyatakan bahwa diantara faktor – faktor yang mempengaruhi enzim dan aktivitas enzim kita sebutkan adalah pengacuh temperatur.











KESIMPULAN

1. Pada reaksi enzim oksidase bahan yang direaksikan dengan phenol 1 % menghasilkan warna tidak terjadi perubahan putih, putih keruh dan bening
2. Pada reksi enzim oksidase bahan yang direaksikan dengan phyrogallol 1% menghailkan warna kuning kecoklatan, kuning tua, kuning muda
3. Pada reaksi amylase, saliva yang ditambah pati direaksikan dengan Iodine menghasilkan warna putih.
4. Pada reaksi enzim amylase salifa yang ditambah pati direaksikan dengan benedict menghasilkan warna putih
5. Dari hasil percobaan enzim papain menghasilkan hasil dari getah papaya yang ditambahkan 8 ml susu menjadi menggumpal.










DAFTAR PUSTAKA

Brown, T and Lemas, E. H. 1997. Chemistry, Prentice Hall. Inc, Newyork.

Campbell, A. N., Reece. B. J and Mitchell G. L. 2002. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Iswani, S. R dan Yuniastuti, A. 2006. Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Lakitan. B. 1993. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

http://www. Wikipedia. Org//wiki/enzim diakses tanggal 20 November 2008

Loveless, A. R. 1999. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Derah Tropik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page, S. D. 2006. Prinsip – Prinsip Biokimia. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wilbraham, A. C dan M. S Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung.

Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia. ITB, Bandung.